• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. KESETIAAN MARIA SEBAGAI TELADAN KELUARGA

C. Gambaran Ibu Keluarga Katolik

2. Peranan Ibu-Ibu dalam Keluarga dan Masyarakat

Peran ialah bagian yang kita mainkan pada setiap keadaan, dan cara bertingkah laku untuk menyelaraskan diri kita dengan keadaan. Seorang ibu dalam keluarga harus memerankan dirinya sebagai ibu rumah tangga yang baik demi kesejahteraan keluarganya (Brunetta, 1989 :10). Untuk membantu para pembaca penulis di bawah ini akan menguraikan secara singkat tentang peran seorang ibu di dalam keluarga dan di dalam masyarakat.

a. Ibu dalam Keluarga

Menurut Teha Sugiyo (1996 :17), keluarga adalah seorang pria dan seorang wanita yang disatukan dalam ikatan suci perkawinan, yang berdiri di atas kakinya dengan seluruh miliknya, dengan anak-anak yang tumbuh dan berkembang dalam perawatan asuhannya dengan suasana udara segar, terang cahaya dan air bersih dan bening. Dalam keluarga juga terdapat seorang ayah, ibu dan anak-anak yang tinggal dalam kesatuan yang berbahagia, membentuk unit kemasyarakatan yang paling kecil dari masyarakat besar.

Berdasarkan pengertian tersebut syarat-syarat yang harus ada supaya persekutuan dapat disebut keluarga adalah, adanya anggota-anggota keluarga yaitu: ayah, ibu dan anak. Dalam hidup berkeluarga terdapat ikatan batin dan saling ketergantungan satu sama lain, lewat adanya peranan dan tanggung jawab masing- masing anggota keluarga. Setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan

tanggung jawab sesuai dengan posisi masing-masing dalam keluarga. Bapak mempunyai peranan sebagai bapak keluarga, ibu mempunyai peranan sebagai ibu rumah tangga, anak mempunyai peranan sebagai anak dalam keluarga. Untuk uraian selanjutnya, secara khusus akan diuraikan peranan ibu dalam keluarga demi memperoleh gambaran yang memadai tentang sosok seorang ibu dalam keluarga. Peranan seorang ibu sangat penting dalam keluarga di samping teladan seorang ayah. Peranan ibu-ibu yang dimaksudkan adalah: melahirkan, membesarkan anak, menciptakan kehangatan keluarga, mengurus rumah tangga dan sebagainya.

1) Melahirkan dan Membesarkan

Melahirkan manusia baru adalah bagian dari hidup seorang wanita. Menurut Kitab Suci, mengandung dan melahirkan seorang manusia disertai oleh kata-kata wanita: “Aku telah mendapatkan seorang anak dengan pertolongan Tuhan” (Kej 4:1). Kutipan ini mau menunjukkan kegembiraan dan kesadaran seorang wanita, bahwa ia ikut ambil bagian dalam misteri agung keturunan abadi yaitu melahirkan manusia baru. Peranan seorang ibu, melahirkan dan membesarkan anak- anak adalah salah satu peran yang tak dapat diganggu gugat oleh siapapun, tidak dapat dialih perankan kepada seorang ayah dan hanya terjadi pada setiap ibu. Melahirkan dan membesarkan anak adalah tugas dan tanggung jawab seorang ibu yang sangat mulia dan luhur bagi setiap ibu rumah tangga. Seturut dengan itu Iswarahadi, dalam tulisannya “Kasih Ibu yang Total” mengungkapkan pengalamannya sebagai berikut:

Kasih ibu yang bersifat total dan tidak menuntut balas jasa kepada anak- anaknya maupun kepada sang suami. Kurang lebih sembilan bulan ibu mengandung kita. Selama waktu itu ia banyak melakukan penyangkalan

diri agar bayi yang ada di dalam kandungannya lahir dengan selamat dan sehat. Tiba waktunya untuk melahirkan ibu mempertaruhkan nyawanya bagi kita. Bertahun-tahun ibu merawat, melindungi, memberi makan serta mendidik kita. Segala usaha dan daya pikiran diarahkannya kepada kita agar kita memiliki masa depan yang indah. Saat kita sudah dewasa sang ibu membiarkan kita melangkah pergi jauh dan tinggal sendirian. Hanya memberi tak harap kembali.

Ungkapan pengalaman tersebut sangat jelas peranan seorang ibu yang sangat agung dan mulia semuanya itu diwujudkan dengan pengorbanan, cinta yang total dan sempurna. Peranan seorang ibu melahirkan dan membesarkan tidak hanya sebatas pada saat melahirkan tetapi selanjutnya dituntut suatu pengorbanan dan cinta yang sangat sempurna demi membesarkan, merawat, melindungi, dan mendidik tampa pamrih. Letak kebahagiaan seorang ibu dalam peranannya, bukan terletak pada imbalan yang besar untuk diperoleh setelah anaknya besar dalam rupa

“balas budi” melainkan bahwa seorang ibu dapat melahirkan dan membesarkan

anaknya hingga dewasa, bertanggung jawab dan memiliki masa depan yang indah. Seorang ibu mewujudkan peranannya dengan pengorbanan cinta yang total dan sempurna demi mengantar anaknya pada pengenalan dan pengalaman akan Allah yang Maha Pengasih dan Pemurah yang tiada batas.

2) Menciptakan Kehangatan dalam Keluarga

Selain peranan seorang ibu melahirkan dan membesarkan anaknya kebesaran cinta seorang ibu juga diwujudkan dalam menciptakan kehangatan rumah tangga, baik bagi sang suami maupun bagi anak-anak. Suasana kehangatan dalam rumah tangga adalah bagian dimana semua anggota keluarga kerasan, betah dan senang tinggal di dalam rumah. Seorang ibu rumah tangga dapat memancarkan daya

tarik, keceriaan, dan kecemerlangan yang menyenangkan semua yang tinggal di dalamnya (Teha Sugiyo, 1996 :72).

Thomas Subandriyo (2004 :53) dalam tulisannya “Tangan Paling Cantik” mengatakan, seorang ibu sejati membuktikan cintanya walaupun itu berarti ia menyerahkan hati yang terluka. Ibu sejati bukanlah sekedar seorang wanita yang melahirkan anak-anak. Ibu adalah hati yang mengasihi, tangan yang melayani, dan hidup yang berbakti. Jiwa suami dan anak-anaknya selalu aman dalam rangkulan cinta kasihnya. Semua ia lakukan demi menciptakan suasana hangat dan damai dalam keluarganya agar setiap anggota mengalami kebahagiaan hidup dalam keluarga.

3) Mengatur Rumah Tangga

Sudah menjadi kebiasaan pada masa-masa lampau dalam hidup berumah tangga bahwa istri tinggal di rumah demi mengurus rumah tangga. Oleh sebab itu, peranan ibu hanyalah sebatas menata rumah tangga menjadi rapi, bersih, dan nyaman sehingga membuat semua anggota keluarga betah tinggal di dalamnya. Di samping itu, semua peranan seorang ibu hanya mengatur hal-hal yang perlu bagi pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari demi kebahagiaan keluarga. Antara lain, menyediakan makan minum, mengurus keuangan demi mengatur ekonomi keluarga supaya dapat berjalan dengan lancar (Wilson Nadeak, 1989 :28).

b. Ibu dalam Masyarakat

Selain seorang ibu melaksanakan perannya di rumah. Kaum ibu juga berperan di dalam masyarakat, meskipun ada pandangan zaman dulu bahwa kaum

perempuan lemah. Bekerja hanya di rumah saja demi mengatur anak-anak, mempersiapkan makan minum dan lain sebagainya. Sedangkan yang bekerja mencari nafkah di luar rumah adalah orang yang lebih kuat yakni kaum pria. Sehingga menimbulkan kesenjangan antara pria dan wanita. Peranan seorang ibu di dalam keluarga hanya sebatas mengatur rumah tangga.

Banyak aksi dan usaha yang dilakukan demi membuka pintu bagi kalangan ibu-ibu. Seiring dengan perubahan sosial dan perkembangan jaman yang semakin modren, banyak ibu-ibu yang berperanan di dalam masyarakat misalnya guru, sekretaris, dokter, kepala pemerintahan setempat, buruh, polwan dan lain sebagainya. Sekarang dapat kita saksikan kaum ibu tidak mau lagi ketinggalan jaman. Dengan demikian banyak lapangan pekerjaan yang tidak membedakan jenis kelamin, sebab dapat dijabat oleh pria maupun wanita dan tidak dikhususkan bagi satu kelompok saja (Brunetta, 1989 :18). Dengan demikian muncullah peran ganda seorang ibu. Kepada ibu-ibu diwajibkan untuk pandai membagi waktu antara rumah tangga dan kegiatan di luar rumah tangga. Sehingga tanggungjawab sebagai seorang ibu rumah tangga maupun di luar rumah tidak terbengkalai serta dapat berjalan dengan baik.

Dokumen terkait