• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Pupuk Organik dan Pupuk NPK Majemuk terhadap Pertumbuhan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Belum Pertumbuhan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Belum

Menghasilkan Umur Dua Tahun

Rancangan percobaan disusun secara faktorial dalam Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) yang terdiri atas dua faktor yaitu pupuk organik dan pupuk NPK majemuk, masing-masing pupuk tersebut terdiri dari beberapa taraf yang merupakan dosis-dosis pupuk. Dosis-dosis pupuk tersebut berdasarkan rekomendasi PT Sinar Mas dengan mempertimbangkan hasil analisis daun dan tanah di lokasi penelitian. Berikut ini merupakan dosis-dosis dari masing-masing perlakuan:

1. Perlakuan dosis pupuk organik terdiri dari tiga taraf dosis yaitu : O0 = 0 kg tanaman-1 tahun-1 (tanpa pupuk organik) O1 = pupuk organik 45 kg tanaman-1 tahun-1

O2 = pupuk organik 90 kg tanaman-1 tahun-1

2. Perlakuan dosis pupuk NPK majemuk terdiri tiga taraf yaitu : M0 = 0 kg tanaman-1 tahun-1 (tanpa pupuk NPK majemuk) M1 = 3.45 kg tanaman-1 tahun-1

M2 = 6.9 kg tanaman-1 tahun-1

Kombinasi perlakuan yang didapatkan adalah sembilan kombinasi, setiap kombinasi perlakuan diulang tiga kali sehingga terdapat 27 unit percobaan. Masing-masing unit percobaan terdiri dari lima tanaman sehingga jumlah total seluruh tanaman sampel adalah 135 tanaman.

Model linear aditif dari rancangan yang digunakan adalah sebagai berikut: Yijk = µ + αi+ ρj+ τk+ (αβ)ij+ εijk

Keterangan:

10

Yijk = nilai pengamatan pada satuan percobaan yang mendapat perlakuan dosis …pupuk organik taraf ke-i dan dosis pupuk NPK majemuk taraf ke-j pada …kelompok ke-k

µ = rataan umum

αi = pengaruh perlakuan dosis pupuk organik taraf ke-i

ρj = pengaruh perlakuan dosis pupuk NPK majemuk taraf ke-j

τk = pengaruh kelompok ke-k

(αρ)ij = pengaruh interaksi antara perlakuan dosis pupuk organik taraf ke-i dan …dosis pupuk NPK majemuk taraf ke-j

εijk = pengaruh acak dari perlakuan dosis pupuk organik taraf ke-i dan dosis …pupuk NPK majemuk taraf ke-j pada kelompok ke-k

Pelaksanaan Penelitian Pembersihan Piringan

Pembuatan piringan dilakukan dengan ukuran jari-jari 125 cm dari batang tanaman yang dilakukan sebelum aplikasi pemupukan. Pembuatan piringan dilakukan untuk membersihkan gulma sebagai tempat aplikasi pupuk.

Pemupukan

Tanaman kelapa sawit telah tersedia di kebun percobaan berumur 12 bulan setelah pindah tanam. Jarak tanam yang diterapkan pada tanaman ini berbentuk segi tiga sama sisi dengan jarak tanam 9.2 m sehingga jumlah populasi tanaman 136 ha -1. Tanah di areal percobaan kelapa sawit dilakukan analisis untuk melihat status hara tanah dengan mengambil enam sampel tanah.

Pupuk yang diaplikasikan terdiri dari pupuk organik dan anorganik. Pupuk anorganik ditimbang sesuai dengan dosis perlakuan menggunakan timbangan digital. Dosis pupuk untuk tiap aplikasi adalah setengah dosis per tahun. Pupuk diaplikasikan pada saat awal musim hujan dan akhir musim hujan. Penerapan perlakuan pupuk dengan cara menaburkan pupuk mengelilingi piringan kelapa sawit dengan jarak ±0.8 sampai 1 m dari batang tanaman. Pupuk anorganik diaplikasikan setelah aplikasi pupuk organik sebanyak dua kali yaitu pada bulan April dan November 2014.

Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan tanaman meliputi pembuangan bunga jantan dan betina, pengendalian gulma pada piringan secara manual, pengendalian gulma menggunakan herbisida.

Pengamatan Pengamatan Morfologi Tanaman

Pengamatan morfologi tanaman dilaksanakan pada setiap tanaman unit percobaan selama 12 bulan dengan mengamati:

1. Tinggi tanaman (cm). Tinggi tanaman diukur dari batas pangkal batang yang telah diberi tanda sampai ujung daun pertama yang telah membuka sempurna

11 yang ditegakkan. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan meteran yang telah dimodifikasi setiap dua bulan.

2. Lingkar batang (cm). Lingkar batang adalah kumpulan dari pelepah daun kelapa sawit. Lingkar batang diukur pada ketinggian 10 cm di atas permukan tanah dengan menggunakan pita meteran setiap bulan.

3. Jumlah pelepah (pelepah bulan-1). Jumlah pelepah diamati dengan menghitung pertambahan jumlah pelepah yang anak daunnya telah membuka sempurna. Pengamatan dilakukan setiap bulan.

4. Luas daun (cm2). Pengukuran dilakukan setiap bulan pada daun kesembilan. Dalam setiap pengamatan, daun termuda yang telah membuka sempurna ditetapkan sebagai daun pertama (Legros et al. 2009). Luas daun dihitung dengan rumus menurut Sutarta et al. (2003):

Luas daun = p x l

2 x 2n x k

Keterangan: p = panjang anak daun (cm) l = lebar anak daun (cm)

n = jumlah helai anak daun sebelah kiri atau kanan k = konstanta (0.57 untuk TBM)

5. Panjang pelepah (cm). Pengukuran dilakukan dengan menggunakan pita meteran mulai dari pangkal hingga ujung pelepah kesembilan. Pelepah yang diukur adalah pelepah yang kesembilan setelah daun tombak. Pengukuran dilakukan setiap bulan.

6. Jumlah anak daun (helai). Jumlah anak daun dihitung pada pelepah kesembilan. Pengukuran dilakukan setiap bulan.

Pengamatan Fisiologi

1. Tingkat kehijauan daun. Tingkat kehijauan daun diukur menggunakan SPAD-502 plus chlorophyll meter. Pengamatan dilaksanakan pada bulan Oktober 2014 dan Februari 2015. Pengukuran dilakukan pada anak daun tengah pelepah kesembilan.

2. Laju fotosintesis (µmol CO2 m-2 det-1). Laju fotosintesis diukur menggunakan Li-Cor (model Li-6400; Li-Cor Co., Inc). Pengamatan pada bulan Oktober 2014. Pengukuran dilakukan pada anak daun tengah dari pelepah kesembilan.

Peningkatan Pertumbuhan

Peningkatan pertumbuhan dihitung pada peubah morfologi tanaman. Perhitungan peningkatan pertumbuhan dilakukan terhadap kontrol dengan rumus sebagai berikut:

Peningkatan pertumbuhan = Nilai Perlakuan – Nilai Kontrol x 100% Nilai Kontrol

Efektivitas Agronomi Relatif

Efektivitas agronomi relatif dihitung dengan membandingkan kenaikan hasil karena pemberian perlakuan pemupukan dengan kenaikan hasil karena pemberian pupuk rekomendasi dikalikan 100% (Mackay et al. 1984). Pupuk organik dinyatakan efektif secara agronomi apabila memiliki nilai efektivitas

12

agronomi relatif lebih besar dari 100%, sehingga hasil tersebut dapat menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik dapat meningkatkan hasil lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa pemberian pupuk organik (Sari 2013). Adapun komponen penilaian yaitu nilai pembanding adalah nilai yang akan dicari efektivitas agronomi relatif, nilai perlakuan adalah perlakuan rekomendasi PPKS (2007) untuk pupuk tunggal N, P, K dengan dosis 0.94 kg N + 0.67 kg P2O5 + 1.14 kg K2O tanaman-1 tahun-1 (T1) dan pupuk NPK majemuk dengan dosis 3.45 tanaman-1 tahun-1 (M1). Efektivitas agronomi relatif dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

Efektivitas agronomi relatif = Nilai Perlakuan – Nilai Kontrol x 100% Nilai Pembanding – Nilai Kontrol

Analisis Jaringan Daun (N, P dan K)

Sampel daun diambil dari daun pelepah kesembilan pada salah satu dari lima tanaman sampel. Penentuan tanaman yang diambil sebagai sampel adalah yang memiliki pertumbuhan rata-rata dari kelima tanaman sampel dalam satu perlakuan. Sampel daun diambil sebanyak dua kali yaitu pada bulan Oktober 2014 dan Februari 2015. Pengambilan sampel daun dilakukan pada pagi hari. Sampel daun dikeringkan dalam oven pada suhu 80oC selama 48 jam hingga konstan. Sampel daun yang telah kering kemudian dihaluskan hingga halus. Sampel daun yang telah dihaluskan dimasukkan ke dalam plastik klip dan ditutup rapat-rapat agar tidak terkontaminasi dan diberi nomor urut sesuai dengan nomor perlakuan. Sampel-sampel tersebut siap untuk analisis kimia.

Neraca Hara

Perhitungan neraca hara dilakukan pada akhir penelitian pada perlakuan kontrol dan perlakuan dosis terbaik. Perhitungan meliputi sumber hara (kandungan hara tanah awal dan pupuk), recovery nutrient (kandungan hara tanah akhir dan serapan tanaman):

1. Tanah awal (g). Kadar hara total tanah awal dihitung = kadar hara analisis tanah awal x bobot kering tanah awal (g). Bobot tanah diukur dari volume tanah pada piringan dengan diameter ± 2 m dan kedalaman 60 cm. Kadar air tanah dan bulk density tanah juga dilakukan pengamatan pada kedalaman 0-60 cm.

2. Pupuk (g) = kadar hara pupuk (%) x bobot pupuk sesuai perlakuan (g)

3. Tanah akhir (g) = kadar hara analisis tanah akhir x bobot kering tanah akhir (g) 4. Serapan tanaman (g), serapan tanaman hanya dihitung pada jaringan pelepah dan

leaflet (anak daun). Serapan tanaman dihitung = kadar hara jaringan (pelepah dan leaflet) (%) x bobot kering jaringan (g). Bobot kering pelepah diduga dengan rumus Aholoukpe et al. (2013): DWfrond = 1.147 + 2.135* DWrachis dan dikalikan dengan rata-rata jumlah pelepah daun tanaman-1.

5. Efisiensi pemupukan (%) = (serapan tanaman (g) : hara pupuk (g))

6. Pupuk yang tidak terserap (%) = ((hara pupuk (g) – serapan tanaman (g)): hara pupuk.

Analisis Tanah dan Kandungan Hara Tanah

Analisis tanah dilakukan pada awal dan akhir percobaan. Sebelum percobaan dimulai, dilakukan analisis tanah awal (analisis rutin) dengan cara mengambil sampel tanah secara komposit di beberapa titik lahan baik di lahan percobaan I

13 maupun di lahan percobaan II sehingga terdapat dua sampel komposit. Sampel tanah diambil dengan menggunakan bor tanah sedalam ±20 cm. Analisis tanah dilakukan terhadap pH H2O, pH KCl, C-organik (Walkley dan Black), N-total, P-Bray/Olsen, KTK, K-dd, Na-dd, Ca-dd, Mg-dd, Al-dd, H-dd, tekstur (metode pipet) tiga fraksi, P HCl 25 % dan K HCl 25 %.

Prosedur Analisis Data

Data hasil pengamatan diuji dengan sidik ragam menggunakan program SAS (Statistical Analysis System) versi 9.1 Portable. Jika hasil pengujian analisis ragam nyata, maka dilanjutkan dengan pemisahan nilai tengah menggunakan uji jarak

14

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Topografi lahan di lokasi penelitian tergolong bergelombang. Hasil dari analisis sifat fisik dan kimia tanah menunjukkan fraksi debu dan liat lebih tinggi dibandingkan pada bulan ke-13, solum tanah dangkal kurang dari 75 cm, C-organik rendah, N-total rendah, C/N rendah dan KTK cukup. Perubahan reaksi tanah terjadi pada kadar K dari sangat rendah menjadi sedang, kadar Na dalam tanah rendah menjadi sedang dan Al-dd menjadi lebih rendah pada bulan ke-24 dibandingkan bulan ke-13 (Tabel 1).

Tabel 1 Hasil analisis sifat fisik dan kimia tanah percobaan 1

Parameter 13 BST ** 24 BST

Nilai Kriteria* Nilai Kriteria*

pH: H2O 5.00 Masam 5.00 masam

KCl 4.30 Netral 4.20 netral

C-organic (%) 1.83 rendah 1.35 rendah

N-Total (%) 0.17 Rendah 0.14 rendah

C/N 10.76 cukup 9.64 cukup

P-Bray (ppm) 7.60 sangat rendah 4.80 sangat rendah

Ca (me. 100 g-1) 5.70 cukup 5.25 cukup

Mg (me 100 g-1) 4.74 cukup 3.93 cukup

K (me 100 g-1) 0.20 sangat rendah 0.46 cukup

Na (me 100 g-1) 0.23 rendah 0.41 cukup

KTK (me 100 g-1) 21.59 cukup 17.1 cukup

KB (%) 50.35 cukup 58.7 cukup

Al-dd (me 100 g-1) 3.45 - 1.74

-H-dd (me 100 g-1) 1.14 - 0.90

-Tekstur : Pasir (%) 27.15 lempung berliat 10.3 liat

Debu (%) 34.31 - 44.3

Liat (%) 38.54 - 45.07

-* PPKS (1992), Hardjowigeno (2010)

** Sudradjat et al. 2014

Berdasarkan pengujian sifat fisik dan kimia tanah di Kebun Pendidikan dan Penelitian IPB-Cargill Jonggol menunjukkan sifat yang kurang subur, kriteria pembatas lainnya yaitu terdapat 4 sampai 3 bulan musim kering, daya simpan air rendah, dan bahan organik rendah. Pemberian pupuk organik yang diaplikasikan pada saat penelitian telah memberikan pengaruh pada beberapa parameter terhadap kesuburan tanah Jonggol. Pupuk organik tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman kelapa sawit. Hal ini diduga bahwa pemberian pupuk organik sebagai pupuk dasar di lubang tanam masih terdapat pengaruh sampai TBM II. Pupuk organik tidak berpengaruh terhadap morfologi tanaman, namun menunjukkan secara nyata terhadap tanggap fisiologi tanaman yaitu kandungan hara N dan P pada daun dan tingkat kehijauan daun (24 BST).

15

Percobaan I

Peranan Pupuk Organik dan Paket Pupuk Tunggal N, P, K terhadap Pertumbuhan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Belum

Menghasilkan Umur Dua Tahun Tanggap Morfologi Tanaman

Tinggi tanaman. Perlakuan pupuk organik tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman. Namun demikian, pemberian dosis pupuk organik sampai dengan 90 kg tanaman-1 tahun-1 meningkatkan tinggi tanaman. Perlakuan paket pupuk tunggal N, P, K meningkatkan secara nyata pertumbuhan tinggi tanaman pada 24 BST (Tabel 2).

Tabel 2 Pengaruh berbagai perlakuan pupuk organik dan paket pupuk tunggal N, P, K terhadap tinggi tanaman

Perlakuan

Umur Tanaman (BST)

14 16 18 20 22 24

Tinggi tanaman (cm)a

Pupuk organik (kg tanaman-1 tahun-1)

0 kg 274.0 311.2 321.8 343.2 362.0 377.1

45 kg 285.5 325.6 345.8 353.2 377.4 385.6

90 kg 283.0 324.5 331.7 353.2 374.3 397.8

Paket pupuk tunggal N, P, K (kg tanaman-1 tahun-1)

T0 279.2 320.4 323.8 329.0 349.8 360.0b

T1 273.6 312.3 323.7 348.3 369.8 392.9ab

T2 289.8 328.6 351.8 373.1 394.1 407.7a

Keterangan : T0: tanpa paket pupuk tunggal, T1: pemupukan 0.94 kg N + 0.67 kg P2O5 + 1.14 kg

K2O, T2: 1.88 kg N + 1.34 kg P2O5 + 2.28 kg K2O, aangka yang diikuti huruf yang

sama pada kolom dengan perlakuan yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda

nyata pada uji DMRT pada taraf α 5% , BST: bulan setelah tanam

Pertumbuhan tinggi tanaman tertinggi dihasilkan dengan perlakuan paket pupuk tunggal N, P, K dosis 1.88 kg N + 1.34 kg P2O5 + 2.28 kg K2O tanaman-1 tahun-1 (407.7 cm), namun tidak berbeda nyata dengan T1 (392.9 cm). Peningkatan tinggi tanaman dengan dosis 1.88 kg N + 1.34 kg P2O5 + 2.28 kg K2O tanaman-1 tahun-1 meningkatkan sebesar 13.26% dan 0.94 kg N + 0.67 kg P2O5 + 1.14 kg K2O tanaman-1 tahun-1 meningkat sebesar 9.14% dibandingkan dengan kontrol pada 24 BST. Pupuk tunggal N, P, K dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman pada fase tanaman belum menghasilkan (Shintarika 2014). Hasil dari penelitian Luz et al. (2006) dan Kasno et al. (2010) menyatakan dengan pemberian pupuk nitrogen dapat meningkatkan dan mempercepat pertumbuhan bibit tanaman kelapa sawit dan dengan pemberian pupuk fosfor dapat meningkatkan tinggi tanaman kelapa sawit.

Lingkar batang. Perlakuan pupuk organik tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan lingkar batang. Namun demikian, peningkatan dosis pupuk organik sampai dengan 90 kg tanaman-1 tahun-1 meningkatkan lingkar batang. Perlakuan paket pupuk tunggal N, P, K meningkatkan pertumbuhan lingkar batang pada 18 sampai 24 BST (Tabel 3).

16

Tabel 3 Pengaruh berbagai perlakuan pupuk organik dan paket pupuk tunggal N, P, K terhadap lingkar batang

Perlakuan

Umur Tanaman (BST)

14 16 18 20 22 24

Lingkar batang (cm)a

Pupuk organik (kg tanaman-1 tahun-1)

0 kg 74.6 87.0 100.5 107.4 123.5 140.3

45 kg 78.1 94.2 106.5 119.7 134.4 155.6

90 kg 76.5 91.8 105.9 116.3 134.1 157.6

Paket pupuk tunggal N, P, K (kg tanaman-1 tahun-1)

T0 70.5 82.6 93.4b 102.6b 116.1b 132.3b

T1 73.5 90.0 102.3ab 114.3ab 132.8ab 152.8a

T2 85.2 100.5 117.2a 126.6a 143.0a 168.4a

Keterangan : T0: tanpa paket pupuk tunggal, T1: pemupukan 0.94 kg N + 0.67 kg P2O5 + 1.14 kg

K2O, T2: 1.88 kg N + 1.34 kg P2O5 + 2.28 kg K2O, aangka yang diikuti huruf yang

sama pada kolom dengan perlakuan yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda

nyata pada uji DMRT pada taraf α 5% , BST: bulan setelah tanam

Pertumbuhan lingkar batang tertinggi dihasilkan dengan perlakuan paket pupuk tunggal N, P, K dosis 0.94 kg N + 0.67 kg P2O5 + 1.14 kg K2O tanaman-1 tahun-1 (168.4 cm), namun tidak berbeda nyata dengan dosis 0.94 kg N + 0.67 kg P2O5 + 1.14 kg K2O tanaman-1 tahun-1 (152.8 cm). Lingkar batang dengan dosis 0.94 kg N + 0.67 kg P2O5 + 1.14 kg K2O tanaman-1 tahun-1 dan 1.88 kg N + 1.34 kg P2O5 + 2.28 kg K2O tanaman-1 tahun-1 masing-masing meningkat sebesar 15.4% dan 27.2% dibandingkan kontrol pada 24 BST.

Batang kelapa sawit memiliki fungsi yang esensial bagi tanaman yaitu sebagai struktur yang menunjang pertumbuhan daun, bunga, dan buah; sebagai sistem pengangkut hara tanaman, air dan hasil dari fotosintesis; dan sebagai penyimpan makanan terbesar pada tanaman (Corley dan Tinker 2003). Hasil penelitian Sudradjat et al. (2014) bahwa pupuk tunggal N, P, K dapat meningkatkan lingkar batang tanaman. Menurut hasil penelitian Uwumarongie-Ilori et al. (2012) menyatakan aplikasi pupuk N, P, K mampu menghasilkan diameter bibit kelapa sawit yang terbesar dibandingkan pupuk organik saja.

Jumlah pelepah. Perlakuan pupuk organik tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan jumlah pelepah, sedangkan perlakuan paket pupuk tunggal N, P, K meningkatkan secara nyata jumlah pelepah pada 16, 20, dan 24 BST (Tabel 4). Pertumbuhan jumlah pelepah tertinggi dihasilkan dengan dosis 1.88 kg N + 1.34 kg P2O5 + 2.28 kg K2O tanaman-1 tahun-1 (3.4 pelepah bulan-1), namun tidak berbeda nyata dengan dosis 0.94 kg N + 0.67 kg P2O5 + 1.14 kg K2O tanaman-1 tahun-1 (3.0 pelepah bulan-1). Peningkatan jumlah pelepah pada dosis 0.94 kg N + 0.67 kg P2O5 + 1.14 kg K2O tanaman-1 tahun-1 dan 1.88 kg N + 1.34 kg P2O5 + 2.28 kg K2O tanaman-1 tahun-1 sebesar 47.5% dan 66% dibandingkan kontrol pada 24 BST. Menurut Saputra (2014) pemberian paket pupuk tunggal dapat meningkatkan jumlah pelepah daun hingga dosis tertentu. Jumlah pelepah tanaman merupakan peubah yang berhubungan erat dengan bobot kering dan jumlah tanaman (Broomand dan Grouh 2012). Pertumbuhan pelepah akan tumbuh setiap dua minggu (Adam et al. 2011).

17 Tabel 4 Pengaruh berbagai perlakuan pupuk organik dan paket pupuk tunggal N,

P, K terhadap jumlah pelepah

Perlakuan

Umur tanaman (BST)

14 16 18 20 22 24

Jumlah pelepah (pelepah bulan-1)a

Pupuk organik (kg tanaman-1 tahun-1)

0 kg 2.3 2.3 2.1 3.8 5.4 2.7

45 kg 2.5 2.5 2.3 4.1 5.5 3.0

90 kg 2.4 2.5 2.2 4.0 5.6 2.8

Paket pupuk tunggal N, P, K (kg tanaman-1 tahun-1)

T0 2.3 2.2b 2.3 3.5b 5.4 2.0b

T1 2.3 2.6a 2.2 4.0a 5.7 3.0a

T2 2.6 2.6a 2.1 4.4a 5.5 3.4a

Keterangan : T0: tanpa paket pupuk tunggal, T1: pemupukan 0.94 kg N + 0.67 kg P2O5 + 1.14 kg

K2O, T2: 1.88 kg N + 1.34 kg P2O5 + 2.28 kg K2O, aangka yang diikuti huruf yang

sama pada kolom dengan perlakuan yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda

nyata pada uji DMRT pada taraf α 5% , BST: bulan setelah tanam

Pertambahan jumlah pelepah pada umur 18 BST menunjukkan jumlah pelapah terendah karena disebabkan oleh musim kering yang berada pada bulan tersebut (Lampiran 6), dan mengakibatkan pertambahan jumlah pelepah menjadi lambat sehingga tanaman tidak dapat menyerap unsur hara yang diberikan dengan baik akibat air yang tidak tersedia dalam tanah. Menurut Arsyad et al. (2012) untuk meningkatkan serapan hara dibutuhkan ketersediaan air tanah dalam jumlah yang cukup dan luas permukaan daun yang optimum. Menurut hasil penelitian Sudradjat

et al. (2014) musim kering yang panjang dapat mempengaruhi jumlah pelepah karena serapan hara tanaman menjadi terhambat.

Panjang pelepah. Perlakuan pupuk organik tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan panjang pelepah. Perlakuan paket pupuk tunggal N, P, K meningkatkan secara nyata pertumbuhan panjang pelepah pada 18 sampai 24 BST (Tabel 5). Pertambahan panjang pelepah tertinggi dihasilkan dengan perlakuan paket pupuk tunggal N, P, K dosis 1.88 kg N + 1.34 kg P2O5 + 2.28 kg K2O tanaman-1 tahun-1 (307.2 cm), namun tidak berbeda nyata dengan 0.94 kg N + 0.67 kg P2O5 + 1.14 kg K2O tanaman-1 tahun-1 (288.7 cm). Peningkatan panjang pelepah perlakuan 1.88 kg N + 1.34 kg P2O5 + 2.28 kg K2O tanaman-1 tahun-1 dan 0.94 kg N + 0.67 kg P2O5 + 1.14 kg K2O tanaman-1 tahun-1 masing-masing sebesar 14.4% dan 75%.

Pertambahan panjang pelepah dan bertambahnya umur tanaman akan mencapai ukuran maksimum dari pelepah tersebut (Sudradjat et al. 2014). Panjang pelepah sangat dipengaruhi oleh kerapatan tanaman dan bahan tanam (Gerritsma dan Subagyo 1999). Perkembangan pelepah sawit memiliki tiga fase perkembangan, yang pertama yaitu periode inisiasi yang berlangsung lambat, kemudian yang kedua fase pemanjangan yang berlangsung pesat serta fase ketiga dimulainya produksi asimilat yang ditandai dengan membukanya anak daun. Tanaman kelapa sawit membutuhkan waktu untuk mendapatkan panjang pelepah yang maksimal (Gerritsma dan Subagyo 1999).

18

Tabel 5 Pengaruh berbagai perlakuan pupuk organik dan paket pupuk tunggal N, P, K terhadap panjang pelepah

Perlakuan

Umur Tanaman (BST)

14 16 18 20 22 24

Panjang pelepah (cm)a

Pupuk organik (kg tanaman-1 tahun-1)

0 kg 187.9 200.3 215.4 229.8 262.1 271.7

45 kg 197.9 208.3 230.0 245.5 275.1 296.6

90 kg 197.7 210.8 229.3 243.5 279.0 296.1

Paket pupuk tunggal N, P, K (kg tanaman-1 tahun-1)

T0 188.3 191.9 204.8b 231.7 245.8b 268.4b

T1 193.9 211.6 229.3a 235.9 276.0a 288.7ab

T2 201.3 215.8 238.6a 251.1 295.5a 307.2a

Keterangan : T0: tanpa paket pupuk tunggal, T1: pemupukan 0.94 kg N + 0.67 kg P2O5 + 1.14 kg

K2O, T2: 1.88 kg N + 1.34 kg P2O5 + 2.28 kg K2O, aangka yang diikuti huruf yang

sama pada kolom dengan perlakuan yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda

nyata pada uji DMRT pada taraf α 5% , BST: bulan setelah tanam

Luas daun. Perlakuan pupuk organik tidak berpengaruh nyata terhadap peningkatan luas daun. Namun demikian, peningkatan dosis pupuk organik sampai dengan 90 kg tanaman-1 tahun-1 menghasilkan peningkatan luas daun terbesar. Perlakuan paket pupuk tunggal N, P, K meningkatkan secara nyata luas daun pada 24 BST (Tabel 6). Pertumbuhan luas daun tertinggi dihasilkan dengan dosis 1.88 kg N + 1.34 kg P2O5 + 2.28 kg K2O tanaman-1 tahun-1 (1.37 m2), namun tidak berbeda nyata dengan 0.94 kg N + 0.67 kg P2O5 + 1.14 kg K2O tanaman-1 tahun-1 (1.27 m2). Peningkatan luas daun akibat perlakuan dengan dosis 0.94 kg N + 0.67 kg P2O5 + 1.14 kg K2O tanaman-1 tahun-1 dan 1.88 kg N + 1.34 kg P2O5 + 2.28 kg K2O tanaman-1 tahun- masing-masing sebesar 8.5% dan 10.2% dibandingkan dengan kontrol pada 24 BST.

Tabel 6 Pengaruh berbagai perlakuan pupuk organik dan paket pupuk tunggal N, P, K terhadap luas daun

Perlakuan

Waktu pengamatan (BST)

14 16 18 20 22 24

Luas daun (m2)a

Pupuk organik (kg tanaman-1 tahun-1)

0 kg 0.77 1.01 1.00 1.04 1.05 1.17

45 kg 0.81 1.12 1.11 1.15 1.14 1.27

90 kg 0.77 1.02 1.06 1.11 1.14 1.29

Paket pupuk tunggal N, P, K (kg tanaman-1 tahun-1)

T0 0.78 1.03 1.03 1.06 1.07 1.09b

T1 0.75 1.02 1.03 1.10 1.13 1.27a

T2 0.81 1.11 1.11 1.17 1.13 1.37a

Keterangan : T0: tanpa paket pupuk tunggal, T1: pemupukan 0.94 kg N + 0.67 kg P2O5 + 1.14 kg

K2O, T2: 1.88 kg N + 1.34 kg P2O5 + 2.28 kg K2O, aangka yang diikuti huruf yang

sama pada kolom dengan perlakuan yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda

19 Luas daun yang besar dapat meningkatkan proses fotosintesis dan fotosintat yang dihasilkan pada pertumbuhan vegetatif tanaman seperti tinggi tanaman, lingkar batang, dan jumlah pelepah (Saputra 2014). Selain itu luas daun sebagai penentu intersepsi cahaya matahari yang memengaruhi cahaya yang masuk pada saat proses fotosintesis (Hardon et al. 1969).

Jumlah anak daun. Perlakuan pupuk organik dan paket pupuk tunggal N, P, K tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah anak daun (Tabel 7). Jumlah anak daun adalah salah satu penentu besarnya luas daun, semakin banyak anak daun maka luas daun akan semakin besar (Sukmawan 2014).

Tabel 7 Pengaruh berbagai perlakuan pupuk organik dan paket pupuk tunggal N, P, K tehadap jumlah anak daun

Perlakuan

Waktu pengamatan (BST)

14 16 18 20 22 24

Jumlah anak daun (helai)a

Pupuk organik (kg tanaman-1 tahun-1)

0 kg 132.6 141.6 155.9 169.5 174.9 184.5

45 kg 140.8 158.0 158.9 174.5 184.5 192.8

90 kg 138.5 146.4 161.9 173.7 180.8 196.3

Paket pupuk tunggal N, P, K (kg tanaman-1 tahun-1)

T0 131.7 142.6 154.6 163.1 170.9 188.0

T1 136.1 144.1 157.5 174.3 182.6 189.2

T2 144.0 151.8 164.5 180.3 186.7 196.5

Keterangan : T0: tanpa paket pupuk tunggal, T1: pemupukan 0.94 kg N + 0.67 kg P2O5 + 1.14 kg

K2O, T2: 1.88 kg N + 1.34 kg P2O5 + 2.28 kg K2O, aangka yang diikuti huruf yang

sama pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada uji

DMRT pada taraf α 5% , BST: bulan setelah tanam

Pemberian pupuk organik tidak berpengaruh nyata pada semua pengamatan morfologi tanaman. Hal ini diduga karena pemberian pupuk organik pada awal penanaman sebanyak 60 kg lubang-1 masih memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan kelapa sawit, sehingga adanya penambahan pupuk organik dari perlakuan (45 dan 90 kg tanaman-1) belum berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman selama dua tahun pertama. Selain itu, menurut Winarna et al. (2003) pupuk organik beperan sebagai perbaikan sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Hal ini didukung dari data hasil analisis sifat fisik dan kimia tanah pada percobaan satu yaitu telah memberikan pengaruh pada beberapa sifat fisik dan kimia tanah di lahan percobaan (Tabel 1). Kombinasi pupuk organik dan pupuk anorganik telah memberikan kontribusi bagi pertumbuhan kelapa sawit walaupun secara statistik tidak berbeda nyata. Quansah (2010) menyatakan kombinasi pupuk organik dan anoganik saling mendukung, pupuk organik memiliki fungsi perbaikan sifat fisik, kimia dan biologi tanah sehingga unsur hara yang diberikan pada tanah menjadi tersedia bagi tanaman.

Perlakuan paket pupuk tunggal berpengaruh nyata pada pengamatan tinggi tanaman (24 BST), lingkar batang (18 sampai 24 BST), jumlah pelepah (16, 20, dan 24 BST), panjang pelepah (18, 22 dan 24 BST), dan luas daun (24 BST). Hasil dari pengamatan secara umum menunjukkan bahwa pengamatan morfologi tanaman dapat meningkatkan hingga dosis tertinggi yaitu perlakuan pupuk organik dosis 90

20

kg tanaman-1 tahun-1 (O2) dan paket pupuk tunggal dosis 1.88 kg N + 1.34 kg P2O5 + 2.28 kg K2O tanaman-1 tahun-1 (T2). Menurut Tarmizi dan Tayeb (2006) tanaman kelapa sawit muda membutuhkan nutrisi dalam jumlah yang banyak guna pertumbuhan tanaman yang maksimal. Selain itu, Leiwakabessy dan Sutandi (1998) menambahkan bahwa penambahan unsur hara akan meningkatkan pertumbuhan tanaman, dimana pengangkutan unsur hara oleh tanaman akan terus meningkat.

Tujuan pemberian pupuk anorganik adalah untuk menyediakan hara yang diperlukan oleh tanaman yang tidak disediakan oleh tanah. Pemberian paket pupuk tunggal secara umum mampu meningatkan pertumbuhan vegetatif tanaman kelapa sawit dibandingkan tanpa perlakuan, diduga bahwa tercukupinya kebutuhan unsur hara tanaman yaitu diberikan dengan unsur utama yang diberikan pada tanaman pada saat pertumbuhan dan perkembangan vegetatif seperti N, P, dan K melalui pemberian pupuk urea, SP36 dan KCl sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik. Nitrogen berperan dalam pembentukan protoplasma dan sebagai bahan penyusun struktur sel dan protein, sehingga N merupakan komponen yang sangat penting terhadap pertumbuhan tanaman terutama pada pertumbuhan vegetatif tanaman (Rubio et al. 2009). Goh dan Hardter (2003) menyatakan fosfor berperan dalam merangsang perkembangan perakaran tanaman kelapa sawit, meningkatkan pengangkutan hara tanaman yang berpengaruh pada produksi tanaman. Kalium berperan dalam proses fisiologi tanaman seperti aktivator enzim, pengaturan sel turgor, fotosintesis, transpor hara dan air, meningkatkan daya tahan tanaman, dan memperbaiki ukuran, rasa, warna serta kulit buah (Rahardjo 2012).

Tanggap Fisiologi Tanaman

Kadar hara daun. Analisis daun menunjukkan bahwa perlakuan pupuk organik meningkatkan secara nyata terhadap kadar hara daun yakni pada kadar hara N dan P pada 24 BST, kecuali pada kadar hara K daun. Pengaruh pupuk organik

Dokumen terkait