• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III : PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL

E. Peranan Pemerintah Daerah Dalam Bidang Pajak Hotel

Secara umum potensi pajak hotel sangatlah besar. Selama ini mekanisme pemungutan pajak hotel mengacu pada sistem Mapatda, yang didasarkan pada sistem pemungutan pajak daerah yaitu self asessment sistem, dimana WP/WAPU menghitung dan memperhitungkan pajak hotel terhutang untuk selanjutnya disetorkan ke kas daerah. Dinas Pendapatan Kabupaten Karo dengan menggunakan media setoran sesuai dengan sistem dan prosedur yang diatur dalam Mapatda.

Self Asessment sistem mengandung kelemahan antara lain: WP/WAPU menghitung dan memperhitungkan sendiri jumlah pajak terhutang; WP/WAPU kemungkinan/diduga menggunakan pembukuan ganda, satu untuk laporan pajak dan satu lagi untuk laporan perusahaan, kemungkinan konspirasi dengan petugas lapangan/Dinas Pendapatan dalam perhitungan pajak/tagihan pajak.

Mekanisme tersebutlah yang menjadi salah satu kelemahan penerimaan pajak yang tidak sesuai dengan target. Diperlukan mekanisme yang lebih transparan dalam pemungutan pajak, sehingga kebocoran – kebocoran dapat dihindari.

Untuk menutup atau mencegah kebocoran dan manipulasi dalam pembayaran pajak hotel antara lain dilakukan upaya; mengirim petugas/pegawai ke hotel-hotel pada malam-malam hari libur untuk memantau jumlah tamu yang menginap untuk di cross cechk dengan laporan pajak mereka; secara insidentil melakukan pemeriksaan buku penerimaan hotel sekali setahun melakukan verifikasi, bekerjasama dengan BPKP perwakilan Propinsi Sumatera Utara

memintakan laporan tingkat hunian hotel dari instansi terkait seperti Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karo melakukan audit internal terhadap realisasi penerimaan pajak hotel yang diterima oleh Dinas Pendapatan Kabupaten Karo. Pada periode tahun 2009 – 2010 terdapat kecenderungan peningkatan prosentase pendapatan, yaitu realisasi penerimaan pajak hotel mengalami kenaikan melebihi standard yang telah ditetapkan.

Kriteria hasil penerimaan dari sumber-sumber pendapatan daerah harus menghasilkan yang cukup dalam arti cukup memadai dibandingkan dengan pembiayaan layanan yang dihasilkan, serta sebaiknya berkembang cukup stabil dan mudah diperkirakan besarnya dikemudian hari, stabilitas penerimaan daerah dapat diukur dari rata-rata penyimpangan realisasi penerimaan dengan trend penerimaannya, semakin kecil rata-rata penyimpangan tersebut maka menunjukkan semakin stabil penerimaannya dan sebaliknya semakin besar rata- rata penyimpangannya maka makin tidak stabil penerimaannya. Hal ini dapat dilakukan dengan melihat elastisitas penerimaan dan efisiensi serta efektifitasnya. Alat analisa lainnya adalah laju pertumbuhan pajak hotel dan kontribusi pajak hotel terhadap pajak daerah dan PAD.

Berdasarkan pengamatan di lapangan, realisasi pajak hotel belum menunjukkan realisasi yang sesungguhnya jika dilihat dari potensi yang ada. Realisasi penerimaannya masih memungkinkan untuk ditingkatkan lagi dengan catatan perlu upaya intensifikasi baik melalui proses pemungutan, pembinaan wajib pajak, penegakan peraturan dan pengawasan serta perbaikan kinerja pelayanan dan pemungutan Pajak Hotel.

Upaya-upaya tersebut dapat dilaksanakan dengan meningkatkan sumber daya yang ada di Dinas Pendapatan Kabupaten Karo sebagai pengelola pajak hotel, baik sumber daya manusianya, maupun fasilitas pendukung kegiatannya. Dengan demikian, Dinas Pendapatan Kota Kabupaten Karo sebagai pemungut Pajak Hotel menghadapi tantangan bagaimana meningkatkan penerimaan, karena pajak hotel merupakan penyumbang pajak terbesar (primadona) diantara penerimaan pajak-pajak daerah lainnya. Untuk itu Dinas Pendapatan Kabupaten Karo dituntut untuk melakukan upaya langkah-langkah guna meningkatkan/ intensifikasi pajak hotel, agar penerimaan dari pajak hotel memiliki effectiveness yang cukup tinggi.

Seperti diketahui keberadaan hotel memiliki potensi yang sangat besar bagi tumbuhnya aktifitas – aktifitas lainnya seperti pariwisata, perdagangan dan Jasa. “Lingkage Activity” (aktifitas yang saling berkait) yang sangat banyak dari keberadaan fasilitas hotel harus dapat dilihat sebagai potensi untuk mengembangkan aktifitas perKotaan secara keseluruhan. Artinya mekanisme peningkatan penerimaan pajak hotel harus dapat diatur sedemikian rupa sehingga dapat mendorong semakin tumbuh dan berkembangnya kualitas maupun kuantitas (meskipun harus tetap dikendalikan) hotel yang ada di Kota Berastagi, sehingga dapat mendukung “lingkage activity” nya.

Pelaksanaan otonomi daerah yang berimplikasi pula pada peningkatan tingkat kemandirian daerah dalam hal pembiayaan pembangunan untuk meningkatkan pendapatan daerah sangatlah diperlukan, baik berupa optimalisasi

terhadap sumber-sumber pendapatan daerah yang telah ada maupun menggali sumber-sumber baru.

Sebagaimana tertuang dalam Rencana Strategis Kota bahwa kebijaksanaan di bidang Keuangan Daerah, ditujukan kepada peningkatan peranan potensi Daerah menjadi kekuatan inti dalam proses pembangunan daerah. Terlaksananya efesiensi pembiayaan dalam penyelenggaraan Otonomi Daerah serta mantapnya Manajemen Keuangan Daerah dalam arti :

1. Peningkatan potensi daerah menjadi potensi riil dalam proses pembangunan daerah yang dampaknya diharapkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) semakin berkembang.

2. Pengupayaan terwujudnya efesiensi pembiayaan terutama yang bertalian dengan penyelenggaraan urusan rumah tangga daerah melalui peningkatan disiplin anggaran dalam rangka penghematan pengeluaran daerah.

3. Pemantapan manajemen keuangan daerah melalui peningkatan mutu kemampuan aparatur serta menyempurnakan organisasi dan tata kerjanya, dengan upaya menyediakan sarana yang diperlukan. Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) melalui berbagai upaya berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku, seperti usaha intensifikasi serta penggunaan sistem dan metode kerja yang tepat dengan diimbangi upaya penyediaan tenaga yang cukup memadai, baik mutu maupun jumlahnya.

Membahas perkembangan kontribusi pajak hotel terhadap PAD tidak hanya melihat trend penerimaan dari masa pajak atau tahun pajak berjalan, tapi juga harus menelaah sumber potensi pajak hotel dan restoran itu sendiri.

Penetapan target dan strategi dalam merealisasikannya harus lebih rasional dan operasional, artinya pemerintah harus dapat melihat kemampuan dari objek pajak, karena kondisi ini akan menyangkut kemampuan mereka dalam mengembangkan usahanya menjadi lebih besar.

Peningkatan realisasi penerimaan dapat diupayakan melalui ekstensifikasi dan intensifikasi baik melalui proses pemungutan, pembinaan wajib pajak, penegakan peraturan dan pengawasan serta perbaikan kinerja pelayanan dan pemungutan. Upaya-upaya tersebut dapat dilaksanakan dengan meningkatkan sumber daya yang ada sebagai pengelola pajak hotel, baik sumber daya manusianya, maupun fasilitas pendukung kegiatannya.

Beberapa upaya yang dilakukan Pemerintah Kota Berastagi dalam upaya peningkatan penerimaan pajak hotel adalah dengan memperbaiki atau menyempurnakan aspek kelembagaan atau organisasi Dipenko Berastagi, antara lain dengan menerapkan secara optimal sistem dan prosedur MAPATDA (sesuai Kepmendagri No.102 tahun 1990). Orientasi pada fungsi (by function) bukan orientasi pada sektor/bidang pungutan (by object) dengan memperbaiki fungsi pendaftaran dan pendataan, penetapan, pembukuan dan pelaporan, penagihan serta fungsi perencanaan dan pengendalian operasional.

Peningkatan pengawasan dan pengendalian antara lain :

1. Pengawasan dan pengendalian yuridis, dengan membentuk Perda Kota Berastagi tentang Pajak-pajak Daerah yang di dalamnya terdapat Pajak Hotel. Perda ini merubah Perda sebelumnya yang menyatukan pengaturan pajak hotel dan restoran (Perda Pemkab Karo). Melakukan verifikasi bekerjasama

dengan BPKP perwakilan Propinsi Sumatera Utara, hasil temuan verifikasi dilakukan penagihan pajak hotel tertunggak, baik secara angsuran atau sekaligus.

2. Pengawasan dan pengendalian teknis, menitik beratkan pada pelaksanaan pemungutan dengan sasaran menyempurnakan sistem dan prosedur pemungutan dan pembayaran serta peningkatan pelayanan yang cepat dan cermat kepada WP hotel, antara lain dengan cara penyediaan blanko setoran dan penyediaan petugas untuk membantu pengisian media setoran dan sebagainya.

3. Pengawasan dan pengendalian penatausahaan, yang lebih ditujukan pada kegiatan para pelaksana dan ketertiban administrasi, seperti mewajibkan kepada Kasubdin Pendaftaran dan Pendataan untuk selalu melaporkan dan memantau perkembangan tingkat hunian hotel. Mewajibkan kepada Kasubdin Pembukuan untuk setiap bulannya melaporkan kepada pimpinan realisasi penerimaan pajak hotel, tunggakan, dan tagihan.

Selain itu dilaksanakan pula peningkatan SDM pengelola pajak hotel, antara lain dengan mengikut sertakan Pegawai Dipenko Berastagi pada kursus pengelolaan keuangan daerah, kursus bendahara khusus penerima (BKP), kursus Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) pajak daerah dan lain-lain.

Meningkatkan penyuluhan kepada masyarakat khususnya wajib pajak hotel/wajib pungut, dimana dalam tahun 2010 dilakukan penyuluhan dan sosialisasi, serta memberikan insentif baik kepada wajib pajak atau wajib pungut pajak hotel.

Kepada pengusaha hotel pembayar pajak terbaik diberikan hadiah 1% dari hasil pungutan pajak hotel. Kepada wajib pajak hotel, bill hotelnya diundi dan kepada pemenang diberikan hadiah.

Dalam upaya peningkatan sumber pendapatan negara, maka sistem dan pelaksanaan pelayanan pajak diakukan beberapa upaya antara lain :

1. Pembaharuan administrasi perpajakan.

Dengan adanya pembaharuan administrasi perpajakan diperlukan untuk pelayanan dan meningkatkan kemampuan Dirjen Pajak dalam memungut pajak sesuai dengan good governance. Dimana pembaharuan administratif akan berdampak positif terhadap voluntary compliance, penerimaan pajak dan profesionalisme aparat perpajakan.

Pembaharuan administratif dilaksanakan dengan dukungan teknologi informasi berkelas dunia, organisasi berdasarkan fungsi, dan sumber daya manusia yang profesional dan berdedikasi tinggi.

Dalam hal ini, Dinas Pendapatan Kabupaten Karo akan menggunakan sistem pembayaran pajak yang baru dan sistem penyampaian SPT berbasis media komputer. Pengembangan kedua sistem ini diikuti dengan pengembangan sistem rekening wajib pajak. Dalam sistem ini, saldo rekening Wajib Pajak secara otomatis berubah sesuai dengan perubahan sebagai akibat dari pembayaran pajak, penetapan keberatan, lebih bayar, pemindahan bukuan, dan sebagainya.

Sistem pembayaran pajak yang baru memungkinkan Wajib Pajak untuk membayar pajak melalui berbagai fasilitas perbankan (internet banking, phone banking dan ATM). Sistem ini juga memungkinkan Dirjen Pajak untuk:

a. Memperoleh informasi pembayaran yang dilakukan oleh Wajib Pajak secara real time atau selambat-lambatnya dalam waktu 24 jam. Karena data pembayaran pajak diterima dari pihak bank secara elektronik.

b. Mampu mencegah timbulnya SSP palsu.

c. Meyakinkan keabsahan kredit pajak yang menjadi hak wajib pajak secara lebih cepat dan akurat.

Software (perangkat lunak) SPT yang dikembangkan oleh Dirjen Pajak diberikan kepada Wajib Pajak yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak. Wajib Pajak mengisi SPT-nya dengan menggunakan software dimaksud mencetak SPT induk, mengcopy lampiran (termasuk Soft Copy SPT Induk) ke dalam media komputer (Disket).

Wajib Pajak membayar/menyetorkan pajak ke Bank Persepsi Khusus yang berada di Kantor Pelayanan Pajak. Kemudian Wajib Pajak menyampaikan SPT induk beserta media komputer ke Kantor Pelayanan Pajak bersama dengan bukti pembayaran / penyetoran yang dilakukan. Dengan demikian Kantor Pelayanan Pajak tidak perlu merekam data SPT Wajib Pajak.

Pegawai Kantor Pelayanan Pajak secara on-line dapat membandingkan data pembayaran dari Bank dengan kata kewajiban pajak yang harus dibayar menurut SPT dalam bentuk rekening wajib pajak, atau memonitor pelaksanaan hak dan kewajiban wajib pajak dari waktu ke waktu sehingga memudahkan dalam pemberian pelayanan pengawasan dan pembinaan terhadap Wajib Pajak.

Manfaat dari sistem pembayaran on-line ini adalah seluruh pihak terkait dan yang berkepentingan untuk memonitor pembayaran pajak oleh Wajib Pajak

dapat secara real time memperoleh informasi yang relevan dan akurat serta representatif seperti laporan penerimaan pajak secara nasional, oleh setiap Kanwil, KPP, Jenis Pajak, Kelompok Lapangan Usaha, dan Kelurahan, yang selama ini dalam mendapatkan data/informasi diatas memerlukan tenaga dan waktu yang banyak dan tingkat akurasi informasi yang diperoleh masih rendah, atau dengan kata lain informasi yang diperoleh diragukan kebenarannya.

Tujuan sistem pembayaran on-line ini adalah : a. Mencegah adanya Surat Setoran Pajak (SSP) palsu

b. Menyediakan informasi penerimaan pajak bagi pimpinan secara tepat, cepat, dan akurat, sehingga dapat dilakukan pengawasan dan pengambilan kebijakan secara efektif.

c. Kesalahan yang dilakukan oleh individu manusia itu sendiri (human error) dalam hal perekaman SSP dan Surat Pemberitahuan dapat dihindari.

Adapun ciri-ciri dari sistem ini adalah :

a. Sistem Pembayaran secara on-line menghubungkan Bank Persepsi Khusus, Direktorat Jendeal Pajak Anggaran, dan Direktorat Jenderal Pajak (untuk sementara ini baru dapat dilakukan secara on-line antar Bank Persepsi Khusus dengan Direktorat Jenderal Pajak).

b. Sistem ini akan memberikan nomor pengesahan pembayaran pajak yang disebut dengan Nomor Transaksi Pembayaran Pajak (NTPP).

c. Data pembayaran pajak dari setiap wajib pajak secara real time akan diterima secara otomatis dan akurat oleh Direktorat Jendeal Anggaran dan Direktorat Jenderal Pajak.

d. Data Pembayaran pajak menurut Surat Pemberitahuan Wajib Pajak dan data pembayaran pajak yang diterima melalui Kantor Pembendaharaan dan Kas Negara tersanding secara otomatis.

e. Penyampaian Surat Pemberitahuan dilakukan dengan menggunakan media komputer.

Sistem otomatis pelaksanaan tugas untuk pertama kalinya akan diperkenalkan dan dikembangkan pada Kanwil/KPP yang desain orgasasinya bersifat fungsional. Hal ini mengakibatkan perlunya perancangan sistem dan prosedur yang berbeda dengan yang ada sekarang. Sistem pembayaran pajak secara on-line dan sistem penyampaian SPT dengan media komputer akan dikembangkan dan disosialisasikan secara nasionalis.

2. Perbaikan Sistem Informasi

Sistem informasi dalam hal ini adalah kemampuan manajemen dari sistem untuk membantu dan penerimaan pajak dengan informasi demikian adalah informasi yang akurat, up to date, dapat dipercaya dan mudah dibaca yang dihasilkan oleh sistem informasi dapat diterima pada saat yang tepat oleh pihak pimpinan.

Sistem Informasi yang digunakan oleh Dinas Pendapatan Kabupaten Karo sudah cukup baik karena pada Kantor Dirjen Pajak ini setiap bagian organisasi telah mengelola informasi dengan baik. Setiap data yang diperoleh diperiksa kebenarannya dan disimpan serta diperoleh dengan menggunakan komputer sehingga informasi dapat disediakan secara tepat kepada pihak-pihak yang memerlukannya.

Sistem Informasi dengan menggunakan komputer memberikan keuntungan bagi Dinas Pendapatan Kabupaten Karo antara lain:

a. Tersedianya informasi – informasi baru dan informasi yang semakin relevan karena lebih tepat waktu dan akurat.

b. Dalam sistem pembayaran pajak dapat dilakukan secara on-line dengan melalui berbagai fasilitas elektronik seperti internet banking dan ATM serta fasilitas perbankan lainnya.

c. Penerimaan pajak yang semakin baik karena didikung oleh teknologi yang canggih dalam hal ini menggunakan komputer.

Direktorat Jenderal Pajak telah memanfaatkan teknologi informasi sejak 3 dekade lalu sehingga kini dengan segala kelebihan dan kekurangan dan keterbatasannya. Teknologi Informasi yang telah diimplementasikan Dirjen Pajak meliputi hardware, software dan jaringan komunikasi data. Sesuai dengan sifatnya teknologi informasi yang cepat berkembang maka diperlukan suatu perhatian serius dan komitmen dari seluruh jajaran pengambilan keputusan.

Komponen teknologi informasi meliputi manusia/SDM (baik yang mengembangkan maupun yang mengoperasikan), sistem Aplikasi dan Perangkat komputer. Yang dimaksud dengan komponen manusiaSDM adalah mereka yang memiliki pengetahuan di bidang Teknologi Informasi mulai dari kelompok yang mengembangkan sampai pada mereka yang mengoperasikan dan memelihara serta pengguna (user). Sedangkan komponen sistem aplikasi, di lingkungan Dirjen Pajak aplikasi yang telah diterapkan dan dioperasikan sampai saat ini meliputi:

a. Pendaftaran Wajib Pajak b. Pembayaran

c. Pelaporan/penyampaian SPT dan otomasi penerbitan segala macam bentuk produk hukum antara lain :

a. Surat Teguran b. Surat Peringatan c. Surat Paksa d. Dan lain-lain

Komponen perangkat komputer yang merupakan satu kesatuan telah terpasang di seluruh Kantor Pajak dengan berbagai teknik yang disesuaikan dengan kemampuan keuangan yang tersedia sampai saat ini belum atas dasar kebutuhan.

Kondisi sistem ketiga komponen tersebut di atas pada saat ini masih terkendala, baik karena kurangnya pemahaman maupun karena adanya perbedaan persepsi antara berbagai level manajemen (penyediaan sistem dan pengguna) sehingga pelaksanaannya tidak sesuai dengan fungsinya. Fakta di lapangan sebagai berikut :

a. Perekaman data (MFWP, SSP, SPT dan lain-lain) tidak sesuai dengan yang seharusnya dilaksanakan.

b. Transfer konfirmasi data yang kurang sempurna, tetapi tidak pernah sungguh- sungguh mendapat perhatian dari pihak terkait (Kantor Pusat, Kanwil dan KPP) sehingga mengakibatkan data yang ada di KPP tidak sama dengan yang ada Kanwil dan juga tidak sama dengan data yang tersedia di Kantor Pusat.

c. Masih ada aplikasi yang tidak berfungsi dengan baik, misalnya designnya tidak fleksibel dan rentan terhadap kesalahan operasional.

Untuk mengatasi sebagian dari hal-hal tersebut di atas dan mengantisipasi kebutuhan yang akan datang, maka Direktorat Informasi sedang dan akan membangun dan mengembangkan program-program sebagai berikut:

a. Sistem Monitoring Pelaporan Pajak (MP3)

MP3 pada intinya merupakan pelaporan pembayaran secara on-line. Dengan beroperasinya MP3 maka diharapkan akan terjadi penghematan waktu, penyederhanaan administrasi secara manual dan lebih penting lagi dapat menghilangkan pemalsuan SSP. Manajemen dapat langsung memonitor penerimaan pajak secara real-time.

b. Mempersiapkan design dan membangun sistem informasi untuk modernisasi Sistem Informasi Manajemen yang ada kelak setelah terciptanya suatu Sistem Administrasi Perpajakan Terpadu.

c. Pembenahan Masterfile Wajib Pajak banyak kelemahannya antara lain Wajib Pajak Ganda, penulisan data yang tdiak lengkap dan tidak standard, kurang informatif, tidak mampu mengakomodasi mobilitas Wajib Pajak dan informasi tentang hubungan antara Wajib Pajak tidak terlihat serta klasifikasi lapangan usaha tidak konsisten, maka untuk memudahkan hal-hal tersebut perlu dilakukan pembenahan masterfile termasuk sistem pendaftaran.

d. Mempersiapkan dukungan untuk memudahkan wajib pajak mengisi SPT dengan media komputer sehingga KPP tidak perlu melakukan perekaman yang disebut dengan e-filling.

Dengan diterapkannya langkah-langkah strategi yang dilaksanakan oleh Direktorat Informasi Perpajakan pada Dinas Pendapatan Kabupaten Karo, maka misi DIP dengan mewujudkan informasi perpajakan yang terintegrasi dengan jaringan yang luas, akurat, serta didukung oleh teknologi informasi modern dalam rangka menunjang kinerja Dirjen Pajak. Dengan adanya dukungan teknologi informasi diharapkan:

1. Materi File Wajib Pajak (MFWP) diolah dengan benar dan bersifat efektif serta efisien.

2. Pembayaran benar

3. Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) benar 4. Penetapan benar.

Dengan didukungnya teknologi informasi yang modern informasi perpajakan yang luas dan akurat, maka akan menghasilkan laporan yang benar. Dalam hal ini, laporan tersebut adalah laporan dalam penerimaan pajak.

Pengolahan data pada Dinas Pendapatan Kabupaten Karo yang dilakukan secara manual maupun dengan bantuan komputer menunjukkan data-data diolah dengan prosedur yang teratur dan sistematis, pengolahan data ini erat hubungannya dengan faktor manusia, yakni diperlukannya tenaga-tenaga ahli, baik tenaga operasional maupun tenaga pimpinan, dimana manusia sebagai alat maupun pengguna dalam proses pengolahan.

Usaha-usaha untuk memperbaiki efisiensi dan efektifitas informasi perpajakan adalah dengan:

1. Meningkatkan mutu tenaga operasional maupun tenaga pimpinan untuk menambah kemampuan dan keahlian dengan membina secara terus menerus melalui training dan kursus komputer.

2. Memperluas pemakaian komputer untuk berbagai laporan yang selama ini menggunakan secara manual.

3. Pembinaan dan pengawasan terhadap sistem yang dilaksanakan secara kontiniu dalam usaha perbaikan dan peningkatan kemampuan informasi perpajakan, mengingat bahwa sistem ini adalah sistem yang dinamis, setiap saat memerlukan perbaikan, penyesuaian dan modifikasi sesuai dengan arah perkembangan dari informasi perpajakan.

Adapun maksud dan tujuan dari usaha-usaha tersebut yang sekaligus merupakan tujuan informasi perpajakan di Dinas Pendapatan Kabupaten Karo adalah:

1. Menghasilkan informasi akurat dan tepat waktu yang dapat digunakan manajemen untuk mengikuti keadaan perusahaan dan hal-hal lainnya yang berhubungan dengan kegiatan yang dilakukan.

2. Menghasilkan informasi sebagai bahan yang dipergunakan dalam menyusun statistik rencana kerja.

3. Menghasilkan informasi yang dapat dipergunakan manajemen dalam penerimaan pajak dan untuk menentukan kebijakan di masa akan datang.

Pelaksanaan ini akan memberikan hasil yang dapat dilihat sebagai berikut : 1. Peningkatan aktivitas dalam perusahaan dengan adanya pembinaan dan

2. Sistem informasi yang tersusun dengan baik dan teratur

3. Citra Kantor Pelayanan Pajak yang semakin baik dan mantap dimata masyarakat

4. Penerimaan Pajak yang semakin baik.

Sistem informasi perpajakan yang dilaksanakan pada Dinas Pendapatan Kabupaten Karo merupakan upaya perubahan sistem ke Bentuk Informasi yang lebih modern melalui sistem pelayanan komputer dalam pengolahan data ataupun penyediaan informasi.

Sistem informasi perpajakan pada Dinas Pendapatan Kabupaten Karo dengan menggunakan jasa layanan komputer mempunyai nilai prestasi yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan sistem manual. Upaya ke arah itu, maksudnya ke arah penyajian informasi yang lebih baik oleh pihak perusahaan yang cukup baik, terutama dalam mendukung kelancaran arus kerja dalam perusahaan. Dukungan ini menjadi suatu jaringan yang berfungsi sebagai penyajian informasi yang akurat, relevan dan tepat waktu yang diperlukan sebagai masukan dalam proses pengambilan keputusan.

Adapun informasi perpajakan pada Dinas Pendapatan Kabupaten Karo yaitu dengan menggunakan jasa layanan komputer, mempunyai beberapa keuntungan, antara lain :

1. Keuntungan yang dapat diukur dengan nilai uang, yakni bentuk keuntungan akibat adanya pengolahan informasi yang lebih cepat dan akurat, cermat, relevan, serta tentunya tepat waktu. Hal ini dapat dilihat dari mudah dan cepatnya proses pengolahan data yang digunakan, juga dapat dilihat lebih

cepat selesai, sehingga waktu lembur yang memperbesar biaya produksi dapat diperkecil atau diminimalkan.

2. Keuntungan yang tidak dapat diukur dengan uang (memperoleh manfaat), maksudnya, pengambilan keputusan akan dapat lebih cepat dan lebih baik dengan adanya sistim informasi perpajakan ini.

3. Kemudian sajian informasi yang diberikan jugua akan lebih lengkap dan akurat.

Dengan dukungan informasi perpajakan, Dinas Pendapatan Kabupaten Karo dapat menjalankan aktifitasnya dengan lebih baik dan efektif. Unsur-unsur yang akurat, relevan dan tepat waktu, terbukti telah memberikan kontribusi yang lebih baik jika dibandingkan dengan biaya yang akan dikeluarkan untuk membangun sistem informasi itu sendiri. Oleh karena itu biaya nyata sistem informasi memang tidak dapat dikatakan murah, namun pihak Dirjen Pajak dalam

Dokumen terkait