• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANAN PIHAK KEPOLISIAN DALAM MENANGGULAGI PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DI TOBASA

C. Upaya Kepolisian dalam Penaggulangan Penyalahgunaan Narkotika

oleh Kepolisian Resort Tobasa di Wilayah Kabupaten Toba Samosir

Masalah penanggulangan kejahatan di masyarakat, tentunya tidak dapat dipisahkan dari konteks pembicaraan mengenai politik hukum. Menurut Soedarto, politik hukum adalah usaha untuk mewujudkan peraturan-peraturan yang baik dengan situasi dan kondisi tertentu. Secara mendalam dikemukan juga bahwa politik hukum merupakan kebijakan Negara melalui alat-alat perlengkapannya yang berwenang untuk menetapkan peraturan-peraturan yang dikehendaki dan diperkirakan dapat digunakan untuk mengekspresikan apa yang terkandung dalam masyarakat dalam rangka mencapai apa yang dicita-citakan119. Kebijakan penanggulangan kejahatan dapat dilakukan melalui dua pendekatan yaitu pendekatan non-penal (penerapan diluar hukum pidana dan pendekatan penal (pendekatan hukum pidana).

Berdasarkan Undang-undang Polri diberi tugas sebagai alat Negara penegak hukum, pelindung dan pelayan masyarakat beserta dengan komponen bangsa lainnya sangat berkewajiban dalam usaha pencegahan dan penanggulangan masalah penyalahgunaan Narkoba di Indonesia. Demikian juga yang dilakukan oleh pihak Polres Tobasa dalam menanggulangi

119

Mahmud Mulyadi, Criminal Policy: Pendekatan Integral Penal Policy dan Non Penal Policy dalam Penanggulangan Kejahatan Kekerasan,, (Medan : Pustaka Bangsa Press, 2008), hal 65-66.

penyalahagunaan Narkotika di wilayah Kabupaten Toba Samosir yaitu dengan menggunakan pendekatan sebagai berikut :

1. Upaya Penanggulangan Dengan Pendekatan Non-Penal (Di luar

Hukum Pidana)

Kebijakan Penanggulangan kejahatan melalui pendekatan ini lebih bersifat tindakan pencegahan sebelum terjadinya kejahatan. Oleh karena itu, sasaran utamanya adalah menangani faktor-faktor kondusif penyebab terjadinya kejahatan yang berpusat pada masalah-masalah atau kondisi- kondisi sosial yang secara langsung maupun tidak langsung dapat menimbulkan atau menumbuhsuburkan kejahatan. Dengan demikian dilihat dari kebijakan penanggulangan kejahatan, maka usaha melalui usaha non-penal ini mempunyai kedudukan yang stategis dan memegang peranan kunci yang harus di efektifkan120.

Dalam hal ini pihak polres Tobasa dalam menanggulangi penyalahgunaan Narkotika dengan pendekatan non-penal yaitu melalui :

a. Upaya Pre-emtif (Pembinaan)

Dalam mencegah terjadinya penyalahgunaan narkotika di Kabupaten Toba Samosir pihak Polres Tobasa melalui Satuan Reserse Narkoba mengadakan upaya pre-emtif. Upaya pre-emtif yang dilakukan adalah berupa kegiatan-kegiatan edukatif dengan sasaran mempengaruhi faktor-faktor penyebab sehingga tercipta suatu kesadaran, kewaspadaan, daya tangkal dan terciptanya kondisi perilaku atau norma hidup bebas narkoba termasuk kewaspadaan instansi

120

Barda Nawawi Arif, Kebijakan Legislatif dalam Penanggulangan Kejahatan dengan Pidana Penjara, (Semarang : Badan Penerbit Unoversitas Diponegoro, 1996) hal 33

terkait dan seluruh lapisan masyarakat. Polres Tobasa dalam upaya pre-emtif ini mengadakan kegiatan sebagai berikut :

1) Mengadakan penyuluhan dan pembinaan yang dilakukan oleh Satuan Reserse Narkoba bekerjasama dengan BNN Kabupaten dengan sasaran adalah masyarakat Kabupaten Toba Samosir yaitu pelajar SMP, SMA, Mahasiswa baik dari Negeri atau Swasta, serta masyarakat umum.

2) Memberikan ceramah mengenai bahaya narkotika dilakukan di tempat-tempat yang banyak dikunjungi oleh masyarakat misalnya pendekatan ke kedai-kedai kopi. Ceramah ini dilakukan melalui pertemuan secara resmi maupun tidak resmi.

3) Pemasangan spanduk yang berisi ajakan serta himbauan untuk menghindari narkoba, spanduk itu dipasang di tempat-tempat yang strategis dan yang mudah dilihat oleh masyarakat. Pemasangan spanduk yang dilakukan oleh Satuan Reserse Narkoba Polres Tobasa dan bekerjasama dengan pihak terkait seperti BNN Kabupaten121.

b. Upaya Preventif (Pencegahan)

Pihak Polres Tobasa selain mengadakan upaya pre-emtif dalam mencegah terjadinya penyalahgunan narkoba juga mengadakan upaya preventif. Upaya ini dilakukan untuk mencegah terjadinya kejahatan narkoba melalui pengawasan jalur-jalur peredaran gelap dengan tujuan agar kejahatan tidak berkembang menjadi ancaman nyata dan biasanya

121

Wawancara dengan AKP Darmansyah Nasution (Kepala Satuan Reserse Narkoba) Polres Tobasa, 16 Juni 2015 Pukul 09.15 Wib

dilakukan di tempat-tempat yang dianggap rawanterjadinya penyalahgunaan Narkotika. Upaya Preventif adalah tindakan Operasi, yang berupa patroli maupun razia.

Kegiatan patroli dan razia biasanya dilakukan di jalan raya yakni memeriksa kelengkapan surat kendaraan bermotor, dan mewaspadai peredaran Narkoba dan Terorisme. Misalnya : memeriksa kedalam mobil untuk mengetaui apakah ada barang (Narkoba) atau sisa pemakaiannya.

Untuk kegiatan razia dilakukan apabila ada dugaan terjadi tindak pidana narkotika, dimana hal tersebut diperoleh berkat adanya informasi dari anggota masyarakat maupun intel. Misalnya dilakukan di Café-café yang ada di wilayah Kabupaten Tobasa122. Dan yang terbaru adalah pihak Polres Tobasa dengan bekerja sama dengan pihak Rumah Tahanan Kelas IIb Balige melakukan Razia di Rutan Balige karena diduga masih adanya peredaran Narkoba di Tobasa yang diduga dikendalikan dari dalam Rutan123.

2. Upaya Penanggulangan Dengan Pendekatan Penal ( Hukum Pidana )

Kebijakan penal selain mengatur mengenai perbuatan yang tergolong tindak pidana juga mengatur mengenai sanksi yang dapat dijatuhkan kepada pelaku. Sanksi yang dapat dijatuhkan berupa pidana mati, pidana penjara, pidana penjara seumur hidup, kurungan dan denda.

122

Wawancara dengan AKP Darmansyah Nasution (Kepala Satuan Reserse Narkoba) Polres Tobasa, 16 Juni 2015 Pukul 09.15 Wib

123

http://hariansib.co/view/Marsipature-Hutanabe/48356/Kapolres-Tobasa-Pimpin-Razia- di-Rutan-Kelas-IIB-Balige.html#.VYuAvmflnIV (Diakses pad kamis 25 juni 2015 pukul 11.20 wib)

Apabila pelaku adalah korporasi, maka terhadap korporasi tersebut dapat dijatuhi pidana tambahan berupa pencabutan izin usaha; dan/atau pencabutan status badan hukum.

a) Upaya Represif (Penindakan)

Usaha penangulangan tindak pidana narkotika secara represif, juga merupakan usaha pengangulangan kejahatan dengan hukum pidana yang pada hakekatnya merupakan bagian dari usaha pencegahan hukum (khususnya pencegahan hukum pidana narkotika) oleh karena itu sering pula dikatakan, bahwa politik dan kebijakan hukum pidana juga yang merupakan bagian dari penegakan hukum. Upaya represif peyalahguna Narkotika merupakan upaya penindakan dan penegakan hukum terhadap ancaman faktual dengan sanksi tegas dan konsisten dapat membuat jera terhadap para pelaku penyalahgunaan dan pengedar narkotika. Bentuk kegiatan yang dilakukan oleh POLRI dalam usaha represif adalah :

a) memutuskan jalur gelap Narkotika b) mengungkap jaringan sindikat

c) mengungkap motivasi atau latar belakang dari kejahatan penyalahgunaan Narkotika.

Upaya represif ditempuh apabila langkah-langkah melalui upaya pre-emtif maupun preventif tidak berhasil. Meski demikian, kemampuan Polres Tobasa dalam menanggulangi berbagai kejahatan termasuk penyalahgunaan Narkotika bukan saja ditentukan oleh upaya-upaya penegakan hukum saja, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh sejauh mana kemampuan Polres Tobasa dalam menyadarkan

masyarakat akan dampak bahaya yang dapat ditimbulkan oleh Narkotika.

Peranan Polres Tobasa dalam pemberantasan penyalahgunaan narkotika tersebut dapat dilihat dari upaya represif (penindakan) sebagai berikut :

Nomor Laporan : LP / 02 /I / 2015 / SU / TBS / RES

Narkoba Tanggal 08 Januari 2015124.

Perkara : Tindak Pidana Narkotika sebagaimana dimaksud dalam Pasal 114 ayat (1) Sub 111 Undang- undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

Tempat Kejadian : Desa Gur-gur Aek Raja Kec.Tampahan

Kab.Toba Samosir tepatnya disebuah

kedai tuak

Waktu Kejadian : Kamis, tanggal 08 januari 2015 sekira

pukul 17.00 wib

Nama : MARUDUT MONANG NAPITUPULU

ALS MONTUS

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 31 tahun

Agama : Kristen Protestan Pendidikan Terakhir : SMA (tidak tamat)

124

Berdasarkan data surat Laporan Polisi tentang adanya kejahatan/pelanggaran yang ditemukan Sat Res Narkoba Polres Tobasa dengan Nomor : LP / 02 /I / 2015 / SU / TBS / RES NARKOBA tertanggal 08 januari 2015.

Pekerjaan : Supir

Alamat : Jalan Baba Lubis Kel.Sangkar Ni Huta

Kec.Balige Kab. Toba Samosir

Korban : PEMERINTAH RI

Dilaporkan pada : Hari kamis tanggal 08 Januari 2015 sekira

pukul 18.30 wib

Benar MARUDUT MONANG NAPITUPULU Alias

MONTUS ditangkap oleh Bripka Jeremias Tarigan pada tanggal

08 januari 2015 sekitar pukul 16.00 Wib di kedai tuak Desa Gur- gur Aek Raja Kec.Tampahan Kab.Toba Samosir karena tersangka tertangkap tangan sedang membawa narkotika jenis Ganja yang dikemas dalam bungkus plastik hitam yang di dalamnya berisi 32 (tiga puluh dua) paket Narkotika jenis Ganja siap edar berukuran kecil. Kemudian Brigadir Jeremias Tarigan menyita barang bukti dan selanjutnya membawa tersangka dan barang bukti ke Mapolres Tobasa guna pemeriksaan sekanjutnya.

Dari uraian singkat Laporan diketahui bahwa adanya informasi yang diperoleh dari pihak informan yang berada di desa tersebut bahwa adanya orang-orang yang sering menggunakan narkotika jenis ganja di sebuah kedai tuak dari informasi tersebut maka pihak kepolisian melakukan penyelidikan tentang informasi tersebut dan sekitar pukul 17.00 wib pihak kepolisian mendatangi TKP dan menunjukan surat perintah penangkapan kepada

tersangka yang sudah sesuai dengan informasi dari informan tersebut.

Dari kronologi singkat diatas diketahui bahwa pihak kepolisan telah melakukan tindakan represif yaitu berupa :

1) Penyelidikan yaitu serangkaian tindakan mencari dan menemukan sesuatu keadaaan dan peristiwa yang berhubungan dengan kejahatan dan pelanggaran tindak pidana atau yang diduga sebagai perbuatan tindak pidana125. Penyelidikan kasus peredaran gelap narkotika di wilayah hukum Polres Tobasa ini hanya jika ada laporan atau informasi dari masyarakat tentang penyalahgunaan narkotika ini. Apabila ada laporan atau informasi yang masuk barulah Kepolisian Resort Tobasa mengambil tindakan penyelidikan dan penangkapan126.

2) Penyidikan adalah serangkaian tindakan yang dilakukan pejabat penyidik sesuai dengan cara yang diatur dalam Undang-undang untuk mencari serta mengumpulkan bukti untuk membuat atau menjadi terang tindak pidana yang terjadi sekaligus menemukan tersangkanya atau pelaku tindak pidananya. Dari uraian singkat tentang kronologi laporan di atas setelah dilakukannya penangkapan terhadap tersangka dan mengamankan barang bukti kemudian dibawa ke Mapolres Tobasa guna dilakukan proses selanjutnta yaitu pemeriksaan

125

M.Yahya Harahap,Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP Penyidikan dan Penuntutan Edisi Kedua, ( Jakarta : Sinar Grafika, 2007), hlm 101

126

Wawancara dengan AKP Darmansyah Nasution (Kepala Satuan Reserse Narkoba) Polres Tobasa, 16 Juni 2015 Pukul 09.15 Wib

dan pemberkasan guna mencari dan menemukan kebenaran sejati (Membuat terang jelas tentang tindak pidana yang terjadi serta melengkapi persyaratan berkas perkara agar dapat diajukan ke Kejaksaan guna proses pemeriksaan di tingkat Penuntutan.

b) Rehabilitasi

Rehabilitasi merupakan upaya penanggulangan penyalahgunaan narkoba yang dilakukan oleh pihak Kepolisian bekerja sama dengan Badan Narkotika, Departemen Sosial, Departemen Kesehatan dan instansi swasta lainnya. Rehabilitasi di sini adalah sebagai tempat penampungan untuk memulihkan kembali orang-orang yang terlibat kasus penyalahgunaan narkoba. Di tempat rehabilitasi akan diberikan pendidikan (agama, moral dan olah raga) serta diberikan bekal ketrampilan-ketrampilan yang berguna untuk mendorong dan memulihkan kembali mental orang-orang yang terlibat dalam kasus penyalahgunaan narkoba memulihkan kembali orang-orang yang terlibat kasus penyalahgunaan narkoba Untuk wilayah hukum Polres Tobasa sendiri untuk setiap penyalahguna yang akan direhabilitasi maka pihak Polres Tobasa melalui Res Narkoba melakukan kerja sama dengan pihak BNNK Pematang Siantar, kemudian pihak BNNK Pematang Siantarlah yang memasukan penyalahguna ke tempat Rehabilitasi127. BNN Pematang Siantar hampir setiap bulannya

127

Wawancara dengan AKP Darmansyah Nasution (Kepala Satuan Reserse Narkoba) Polres Tobasa, 16 Juni 2015 Pukul 09.15 Wib

mengirmkan penyalahguna Narkoba ke Pusat Rehabilitasi Narkoba Lido di Sukabumi dan Baddoka Makasar128.

D. Kendala yang dihadapi oleh Kepolisian Resor Tobasa dalam Upaya

Penaggulangan Penyalahgunaan Narkotika di wilayah Kabupaten Toba Samosir

Dalam menjalankan tugas-tugasnya untuk mencegah dan menanggulangi penyalahguna Narkotika di wilayah Kabupaten Toba Samosir, pihak Polres Tobasa juga menghadapi kendala yang dapat menghambat pelaksanaan tugas- tugas mereka tersebut.

Adapun kendala yang dapat menghambat tugas kepolisian Resort Tobasa dalam mencegah dan menanggulangi penyalahgunaan Narkotika di wilayah Kabupate Tobasa adalah sebagai berikut129 :

1. Terbatasnya dana operasional

Kepolisian merupakan aparat penegak hukum sehingga dalam melakukan tugasnya mendapat dana dari negara yang tentunya jumlahnya terbatas dan tidak sebanding dengan tugasnya. Sehingga menjadi hambatan tersendiri bagi kepolisian untuk memberantas penyalahgunaan narkotika. Misalnya untuk dana Transport mengingat wilayah Kabupaten Tobasa yang cukup luas maka membutuhkan biaya yang cukup besar pula.

2. Kurangnya Fasilitas Penunjang Operasional

Dalam hal fasilitas penunjang disini yang menjadi kendala bagi pihak Polres Tobasa adalah alat Transportasi yang kurang mengingat

128

http://m.beritasumut.com/view/Hukum---Kriminal/12238/Peredaran-Narkoba-di- Siantar-dan-Simalungun-Mengkhawatirkan.html (diakses pada jumat 26 juni 2015 pukul 15.00 wib)

129

Wawancara dengan AKP Darmansyah Nasution (Kepala Satuan Reserse Narkoba) Polres Tobasa, 16 Juni 2015 Pukul 09.15 Wib

wilayah Kabupaten Toba Samosir yang cukup luas untuk pengawasan penyalahgunaan Narkotika serta pencegahan dan menanggulanginya.

3. Tidak atau kurangnya keterbukaan dari Masyarakat.

Kuatnya adat istiadat dalam masyarakat adat batak Toba merupakan salah satu ciri khas suku yang satu ini. Dimana antara seseorang dengan orang lainnya memiliki hubungan yang dinamakan dengan Marga. Dalam hal bertempat tinggal juga demikian, dimana kita bertempat tinggal di suatu tempat di wilayah tanah batak maka tetangga kita maupun orang-orang yang berada di sekitar tempat tinggal kita tersebut sudah dianggap sebagai keluarga ataupu saudranya sendiri yang ada di sekitar kita. Karena dianggap sebagai keluarga maka hubungan satu sama lain menjadi kuat.

Hal ini menjadi salah satu kendala bagi pihak kepolisian dalm encegah dan menanggulagi penyalahgunaan Narkotika. Misalnya seseorang (inisial A) sudah tahu bahwa tetangganya adalah pengedar atau pemakai narkotika, akan tetapi karena kuatnya hubungan tadi maka si A tadi tidak mau melaporkan hal tersebut kepada pihak Kepolisian dan membiarkannya oleh karena kuatnya adat istiadat tersebut adanya rasa segan yang dapat merusak hubungannya dengan keluarga pemakai atau pengedar tersebut.

4. Wilayah yang cukup Luas.

Kabupaten Toba Samosir memiliki luas 2.021,80 km2 dengan rincian 17 kecamatan, 231 desa dan 13 Kelurahan. Polres Tobasa sendiri hanya memiliki 6 Polsek di daerah kecamatan dengan kata lain setiap

polsek memiliki wilayah hukum sekitar 3 kecamatan. Dengan wilayah yang cukup luas ini serta keadaan alam yang sulit di jangkau ditambah lagi dengan keadaan jalan yang kurang baik maka Pihak Kepolisian dalam menjalankan tugasnya akan semakin sulit. Jauhnya jarak dari Mapolres Tobasa ke daerah-daerah kecamatan maupun ke pelosok desa menjadi hambatan dalam mencegah dan menanggulangi penyalahgunaan Narkotika. Misalnya jarak dari Mapolres Tobasa ke Balige saja memakan waktu setengah jam belum lagi ke pelosok kampungnya. Demikian juga ke Kecamatan Parsoburan, kecamatan Onan sau maupun ke kecamatan Borbor yang memakan kurang lebih dua jam ke ibukota kecamatnnya belum lagi ke desa-desanya.

Kendala wilayah ini juga berkorelasi dengan kendala dana yang dihadapi pihak Kepolisian yaitu membutuhkan dana yang cukup besar dalam hal Transportasi yang digunakan dalam menjalankan tugas.

5. Peredaran Narkotika yang terselubung dan menungkatnya

kemampuan pelaku

Oleh Karena bisnis Narkotika adalah bisnis yang terselubung maka untuk menjalankannya kemampuan para pelakunya semakin baik ayau meningkat. Contohnya adalah menggunakan mata-mata di tempat yang strategis untuk mengantisipasi apabila akan ada Razia atau pengerebekan maka akan segera saling memberitahu kepada pelaku lainnya. Hal ini dapat dilihat dari pengungkapan ladang ganja di desa Ujung Tanduk Kecamatan Laguboti dimana polisi menangkap dua orang yang diduga membantu pelaku sekaligus pemilik ladang untuk melarikan diri dari

sergapan polisi dengan cara melakukan pengawasan terhadap kepolisian kemudian menghubungi pelaku dan pemilik lading untuk segera melarikan diri.

BAB V PENUTUP

C. Kesimpulan

1. Sebelum berlakunya undang-undang Nomor 9 tahun 1976 atau sebelum Indonesia merdeka, hukum yang mengatur tentang narkotika (“obat yang membiuskan” ) adalah Verdovende Middelen Ordonnantie (Staatsblad Nomor 278 Jo. 536 Tahun 1927). Setelah Indonesia merdeka serta semakin maraknya kejahataan Narkotika maka pada tahun 1976 pemerintah Undang-Undang No. 9 Tahun 1976 tentang Narkotika. Seiring dengan perkembangan waktu Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1976 dirasa tidak mampu lagi untuk mengakomodir banyak hal dari kejahatan narkotika sehingga akhirnya terbitlah Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika. Seiring dengan perkembangan zaman penyalahgunaan Narkotika sudah menggunakan modus operandi yang tinggi, tekhnologi canggih, didukung oleh jaringan organisasi yang luas, dan sudah menimbulkan korban terutama dikalangan generasi muda bangsa yang sangat membahayakan kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, maka undang-undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika sudah tidak sesuai lagi sehinggal lahirlah undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika. Perbuatan-perbuatan yang termasuk dalam lingkup tindak pidana penyalahgunaan narkotika di atas telah diatur diatur mulai Pasal 111 sampai dengan Pasal 148 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, yang kesemuanya dapat dikategorikan menjadi 4 (empat) kategorisasi tindakan melawan hukum yang dilarang oleh undang- undang dan dapat diancam dengan sanksi pidana, yakni : Kategori

pertama, yakni perbuatan-perbuatan berupa memiliki, menyimpan, menguasai, atau meneyediakan narkotika dan prekusor narkotika; Kategori kedua, yakni perbuatan-perbuatan berupa memproduksi, mengimpor, mengekspor, atau menyalurkan narkotika dan prekusor narkotika; Ketegori ketiga, yakni perbuatan-perbuatan berupa menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, atau menyerahkan narkotika dan prekusor narkotika; Kategori keempat, yakni perbuatan-perbuatan berupa membawa, mengirim, mengangkut, atau mentransit nerkotika dan prekusor narkotika. Penggolongan Narkotika dalam Undang-undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika, menyebutkan bahwa Narkotika digolongkan dalam tiga golongan dan setiap golongan terdapat jenis-jenis Narkotika yaitu Narkotika Golongan I terdiri dari 82 jenis Narkotika; Narkotika Golongan II terdiri dari 86 jensi Narkotika dan Narkotika Golongan III terdiri dari 14 jenis Narkotika. 2. Narkotika sudah dikenal sejak tahun 2000 SM di Samaria. Di tahun 1839-

1842 terjadi perang candu antara Inggris dan Cina yang dikenal sebagai perang candu dan dimenangkan oleh Inggris. Di Indonesia sendiri penggunaan Narkotika jenis opium sudah dikenal sejak jaman penjajahan Belanda, bahkan pihak colonial menjadikan opium sebagai salah monopoli dagangnya melalui Verdovende Middelen Ordonantie. Akan terapi dalam peraturan tersebut tidak mengatur akibat kecanduan yang timbul dari Narkotika tersebut. Pada tahun1970-an masalah kecanduan Narkotika menjadi masalah banyak Negara termasuk Indonesia sehingga pemerintah menerbitkan Undang-undang Nomor 9 tahun 1976, dan seiring

perkembangan jaman maka lahirlah Undang-undang No 22 tahun 1997 kemudian digantikan menjadi Undang-undang Nomor 35 tahun 2009. Trend perkembangan penyalahgunaan Narkotika dan obat-obatan di Indonesia terlarang semakin hari semakin marak dan menunjukkan peningkatan hal ini sesuai dengan data dari BNN yang menunjukan bahwa penyalahgunaan Narkotika di Indonesia sejak tahun 2008 – 2013 mengalami tren peningkatan. Faktor-faktor penyebab penyalahgunaan Narkotika adalah :

a. Faktor Internal :

1) Perasaan Egois. 2) Kehendak ingin Bebas 3) Kegoncangan Jiwa 4) Rasa Keingintahuan b. Faktor Eksternal : 1) Keadaan Ekonomi 2) Pergaulan/Lingkungan 3) Kemudahan 4) Kurangnya Pengawasan

5) Ketidaksenangan dengan Keadaan Sosial 6) Media Massa

Perkembangan Penyalahgunaan di daerah Kabupaten Toba Samosir sendiri meski jumlah kasus penyalahgunaan Narkotika belum masuk dalam situasi darurat Narkoba, apabila tidak segera ditangani maka akan dan sudah mengarah kearah darurat Narkoba. Hal ini sesuai dengan data

dari Satuan Reserse Narkoba Polres Tobasa yang menunjukan bahwa jumlah kasus Penyalahgunaan Narkotika mengalami naik turun. Dan untuk jenis Narkotika di Toba Samosir yang banyak beredar di Pasaran atau di masyarakat yaitu Shabu dan Ganja.

3. Pihak Polres Tobasa dalam menanggulangi penyalahagunaan Narkotika di wilayah Kabupaten Toba Samosir yaitu dengan menggunakan pendekatan sebagai berikut :

a. Pendekatan Non-Penal yaitu dengan :

1) Upaya Pre-emtif yakni berupa melakukan Penyuluhan, ceramah- ceramah dan pemasangan spanduk.

2) Upaya Preventif yakni dengan melakukan Patroli atau Razia di tempat-tempat yang dianggap jalur rawan penyalahgunaan Narkotika.

b. Upaya Penal yaitu dengan :

1) Upaya Represif yakni melakukan Penyelidikan dan Penyidikan guna memutuskan jalur gelap Narkotika, mengungkap jaringan sindikat dan mengungkap motivasi atau latar belakang dari kejahatan penyalahgunaan Narkotika.

2) Rehabilitasi yakni melakukan memulihkan kembali orang-orang yang terlibat kasus penyalahgunaan narkoba memulihkan kembali orang-orang yang terlibat kasus penyalahgunaan narkoba.

Dalam menjalankan tugas-tugasnya untuk mencegah dan menanggulangi penyalahguna Narkotika di wilayah Kabupaten Toba Samosir, pihak

Polres Tobasa juga menghadapi kendala yang dapat menghambat pelaksanaan tugas-tugas mereka tersebut. Adapun kendala tersebut antara lain :

a. Terbatasnya dana operasional

b. Kurangnya Fasilitas Penunjang Operasional

c. Tidak atau kurangnya keterbukaan dari Masyarakat. d. Wilayah yang cukup Luas

e. Peredaran Narkotika yang terselubung dan menungkatnya kemampuan pelaku

D. Saran

Persoalan narkotika bukan merupakan kejahatan kriminal biasa, melainkan kejahatan terorganisir. Sehingga pemerintah perlu memiliki komitmen politik yang serius untuk memberantas kejahatan narkotika atau narkoba, karena kejahatan tersebut sudah merupakan persoalan negara. Komitmen itu harus ditindak lanjuti dengan sikap tegas dari aparat penegak hukum (Kepolisian) dalam memberantas kejahatan narkotika tanpa pandang bulu. Selain itu, perlu ada pemberian sanksi hukum sesuai ketentuan perundang-undangan yang telah berlaku.

Dari uraian tersebut diatas penulis memberikan saran-saran ke berbagai pihak antara lain sebagai berikut :

1. Bagi Pihak Polres Tobasa :

a. Hendaknya polisi atau penyidik dalam menjalankan tugasnya menggunakan teknik pemberantasan yang lebih efektif salah satunya dengan meningkatkan kerjasama yang harmonis dengan masyarakat.

b. Hendaknya polisi perlu pembenahan diri supaya citra polisi di mata masyarakat itu baik.

2. Bagi Masyarakat :

a. Perlunya meningkatkan kerjasama antara masyarakat dengan pihak Kepolisian dalam menanggulangi penyalahgunaan narkoba di Kabupaten Tobasa

b. Masyarakat hendaknya meningkatkan kepedulian sosial terhadap lingkungan sekitar.

3. Bagi Orang Tua

Dengan informasi yang didapat mengenai penyalahgunaan Narkotika, menjadikan tanggung jawab orang tua terhadap anak semakin meningkat melalui cara mengasuh, mendidik anak secara baik, serta mengajarkan moral yang positif dan nilai-nilai hidup serta menerapkan aturan yang jelas dalam keluarga dan melibatkan anak dalam kegiatan keagamaan.

4. Bagi Mahasiswa :

a. Mahasiswa hendaknya menghindari dan mewaspadai bahaya

Dokumen terkait