BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Peranan Tugboat Sebagai Supporting System Pelabuhan
Negara kepulauan sebagai identitas Indonesia menjadikan transportasi laut sebagai sarana yang mempermudah hubungan antar pulau di seluruh wilayah Indonesia. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, diperlukan beberapa komponen sistem guna memperlancar arus transportasi serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui bidang maritim. Sehingga dalam hal ini pelabuhan menjadi salah satu komponen utama sebagai pintu pertama arus perdagangan laut. Hal ini tentunya memberikan profit tersendiri bagi daerah yang memiliki pelabuhan untuk memproyeksikan pelabuhan tersebut menjadi salah satu penunjang ekonomi daerah tersebut.
Surabaya sebagai gateway kawasan timur Indonesia menjadikan Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya sebagai pelabuhan terbesar dan tersibuk kedua di Indonesia setelah Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta. Berdasarkan pada gambar 2.1, diketahui bahwa dari 17 perusahaan pelayaran yang menaungi wilayah timur Indonesia, 11 diantaranya berpusat di area Surabaya (BKPM, 2016). Maka dari itu, pelabuhan Tanjung Perak menjadi salah satu penunjang utama dalam kegiatan lalu lintas distribusi kebutuhan pokok yang bersifat konsumtif, produktif dan pembangunan baik skala domestik maupun internasional. Sehingga dalam hal ini, pelabuhan Tanjung Perak dapat menjadi andalan serta salah satu aset utama dalam menaungi kebutuhan transportasi area perairan dan kebutuhan industri bagi wilayah timur Indonesia.
Peningkatan arus angkutan petikemas seperti padagambar 2.2 dalam tiap tahunnya telah menjadi indikator bahwa Pelabuhan Tanjung Perak menjadi penggerak pertumbuhan perekonomian di Jawa Timur (BKPM, 2016). Untuk meningkatkan daya saing dan menjaga keberadaan komoditi strategis dari bahan kebutuhan pokok masyarakat, diperlukan sistem logistik yang terintegrasi dengan baik, efektif dan efisien (Aulia Ahmad, 2016).
Gambar 2.1.Rute Pelayaran Petikemas Domestik Dari/Ke Pelabuhan Tanjung Perak7
Gambar 2.2.Arus Petikemas dari/ke Pelabuhan Tanjung Perak8
Berdasarkan gambar 2.2, pada tahun 2015 tercatat bahwa Pelabuhan Tanjung Perak menerima arus petikemas sebanyak 4.360.669 TEUS dengan trend peningkatan sebesar 0.53 persen dari tahun 2014 sebanyak 4.337.555 TEUs. Dalam tahun tersebut, terdapat 66.923 kapal yang berlabuh di Pelabuhan Tanjung Perak. Peningkatan dalam boks maupun TEUs pada tahun 2015 menjadi indikator bahwa terjadi peningkatan baik dalam dermaga domestik maupun internasional (BKPM, 2016).
Presiden Joko Widodo menginginkan agar aturan dwelling time atau lama tunggu kapal di pelabuhan Indonesia mencapai waktu maksimal tiga hari (TEMPO, 2016). Pre-clearance merupakan kegiatan dimana sebuah kapal yang akan melakukan proses unloading muatan masuk ke pelabuhan untuk proses administrasi dengan pihak pelabuhan. Tahap ini dihitung hingga bongkar muat telah selesai dilakukan dan muatan telah selesai berpindah ke dermaga. Selanjutnya adalah tahap
custom clearance, dimana tahap ini merupakan tahap dimana muatan dari dermaga dipindahkan ke terminal petikemas atau tempat
penampungan sementara dari muatan tersebut sebelum
didistribusikan. Tahap terakhir adalah post clearance yaitu tahap dimana muatan didistribusikan dari terminal petikemas menuju
konsumen dengan melalui truk, kereta atau alat transportasi muatan lain (Taloka, 2013).
Sejak adanya keputusan dari Presiden tersebut, Pelabuhan Tanjung Perak mengalami peningkatan waktu dwelling time. Peningkatan terjadi dari yang semula mencapai 6,44 hari di awal tahun hingga saat ini mencapai 3,45 hari pada bulan Oktober 2016 dengan rata-rata lama layanan kapal di dermaga mencapai 50,16 jam seperti pada gambar 2.3(KPPBC, 2016).
Gambar 2.3.Dwelling TimePelabuhan TanjungPerak9
Dalam rangka menjaga kualitas serta upaya untuk meningkatkan optimalisasi pelabuhan Tanjung Perak, maka diperlukan dukungan dari berbagai komponen supporting system pelabuhan. Salah satu
supporting system di pelabuhan adalah layanan jasa pandu dan tunda kapal yang dilakukan oleh kapal tunda (tugboat). Kapal tunda tercantum dalam pasal 2 ayat 2 (a) Peraturan Menteri nomor 93 tahun 2014 sebagai salah satu sarana bantu pemanduan yang mendapatkan persetujuan Direktur Jenderal.
Sedangkan dalam pasal 1 ayat 5 dijelaskan bahwa kapal tunda sebagai sarana bantu pemanduan memiliki karakteristik tertentu berfungsi untuk kegiatan mendorong, menarik, menggandeng, mengawal (escort) dan membantu (assist) kapal yang berolah-gerak di alur
9 Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean Tanjung Perak
pelayaran, daerah labuh jangkar maupun kolam pelabuhan, baik untuk bertambat ke atau untuk melepas dari dermaga, jetty, trestle, pier, pelampung, dolphin, kapal dan fasilitas tambat lainnya (KEMENHUB, 2014).
Tujuan dalam peraturan pemanduan kapal di area pelabuhan tertera pada Peraturan Menteri nomor 57 tahun 2015 dimana pemanduan adalah kegiatan pandu dalam membantu, memberikan saran dan informasi kepada Nakhoda tentang keadaan perairan setempat yang penting agar navigasi pelayaran dapat dilaksanakan dengan selamat, tertib, dan lancar demi keselamatan kapal dan lingkungan. Berdasarkan peraturan tersebut, maka tugboat menjadi salah satu faktor penting dalam alur transportasi di pelabuhan (KEMENHUB, 2015).
PT. Pelindo Marine Service (PT. PMS) sebagai salah satu penyedia jasa layanan kapal dibawah naungan PT. Pelindo III memiliki beberapa aset berupa kapal tugboat. Dengan terus beroperasinya kapal tugboat, maka profit yang diperoleh perusahaan juga akan terus berjalan. Namun apabila kapal terus dioperasikan, kemungkinan terjadinya penurunan performa dari kapal cukup besar. Maka, diperlukan tindakan perawatan terhadap kapal sebagai aset perusahaan untuk mempertahankan keandalannya.
Hal ini sejalan dengan terus meningkatnya arus transportasi kapal di Pelabuhan Tanjung Perak yang membutuhkan kapal tugboat untuk merapat ke dermaga seperti pada gambar 2.4. Berdasarkan pada gambar 2.4, pada tahun 2030 diproyeksikan bahwa Pelabuhan Tanjung Perak menjadi salah satu dari lima pelabuhan utama yang akan menangani sekitar 85% arus petikemas di Indonesia. Dan diperkirakan Pelabuhan Tanjung Perak akan menerima arus 9,4 juta TEUs kontainer per tahun (KP3EI, 2013).
Dengan tingkat keandalan tugboat yang tinggi, maka aset milik PT. PMS dapat menunjang pelayanan jasa pandu kapal di Pelabuhan Tanjung Perak. Sehingga tidak terjadi antrian dalam pelayanan
Pelabuhan Tanjung Perak yang mungkin terjadi akibat
jasa tunda dengan jumlah kapal tugboat yang ada. Apabila permintaan dapat dipenuhi dengan baik, maka pelayanan pelabuhan dapat berjalan lebih cepat. Dengan demikian waktu tunggu kapal (waiting time) di pelabuhan akan berjalan relatif lebih singkat dan tentunya hal ini menunjang tercapainya durasidwelling timeyang lebih cepat.
Gambar 2.4.Proyeksi Arus Petikemas Pada Tahun 203010
10Brief Perspective on National and International Shipping Network in Indonesia (BAPPENAS