Berisi gambar-gambar hasil perancangan bangunan dan foto maket.
BAB II
TINJAUAN UMUM
2.1 Tinjauan Umum Kota Medan
Medan merupakan ibukota propinsi Sumatera Utara. Letak geografis kota Medan berada antara 2º27' - 2º47' Lintang Utara dan 98º.35' - 98º.44' Bujur Timur. Kota Medan berada di bagian Utara propinsi Sumatera Utara dengan topografi miring ke arah Utara.
Beriklim tropis, dengan suhu minimum antara 23.3ºC-24.4ºC dan suhu maksimum antara 30.7ºC-33.2ºC. Kota Medan berada 2,5 – 37,5 meter di atas permukaan laut dan memiliki luas wilayah 265,10 km². Sebagian besar wilayah Kota Medan merupakan dataran rendah yang merupakan tempat pertemuan dua sungai penting, yaitu Sungai Babura dan Sungai Deli.1
2.1.1 Kondisi Geografis, Demografis, dan Ekonomi Kota Medan
Secara umum ada tiga faktor utama yang mempengaruhi kinerja pembangunan kota, yaitu faktor geografis, demografis dan sosial ekonomi. Ketiga faktor tersebut biasanya terkait satu dengan lainnya, yang secara simultan mempengaruhi daya guna dan hasil guna pembangunan kota termasuk pilihan investasi.
Secara geografis, Kota Medan memiliki kedudukan strategis sebab bagian utara berbatasan langsung dengan Selat Malaka, sehingga relatif dekat dengan kota-kota ataupun negara yang lebih maju seperti Pulau Penang, Malaysia, Singapura, dll. Sebagai daerah yang pada pinggiran jalur pelayaran Selat Malaka, maka kota Medan menjadi pintu masuk kegiatan perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik maupun luar negeri. Posisi geografis Kota Medan ini telah mendorong perkembangan kota dalam dua daerah pertumbuhan, yaitu daerah terbangun Belawan dan pusat kota Medan.
Secara demografis, jumlah penduduk kota Medan relatif besar, di mana pada tahun 2007, jumlah penduduk mencapai 2.083.156 jiwa. Penduduk kota Medan terdiri dari berbagai suku, agama, ras, budaya dan keragaman adat istiadat yang memperkaya kota dari berbagai segi.
1 Medan Dalam Angka/ Medan in Figure 2009
Secara ekonomi, struktur ekonomi kota Medan yang didominasi sektor tertier dan sekunder sangat potensial berkembang menjadi pusat perdagangan dan keuangan regional ataupun nasional. Pembangunan ekonomi daerah dalam periode jangka panjang (mengikuti pertumbuhan PDRB), membawa perubahan mendasar dalam struktur ekonomi. Semakin tinggi laju pertumbuhan ekonomi, proses peningkatan pendapatan masyarakat per kapita akan semakin cepat, dan semakin cepat pula perubahan struktur ekonomi, dengan dukungan faktor-faktor penentu lain, seperti tenaga kerja, bahan baku, dan teknologi.
2.1.2 Perkembangan Perekonomian Kota Medan
Kota Medan menjadi pintu masuk bagi wisatawan dan perdagangan barang dan jasa, baik domestik maupun luar negeri. Bagi kota Medan, perdagangan berupa hotel dan restoran menjadi motor penggerak roda perekonomian kota.
Sejalan dengan peningkatan PDRB ADH Konstan tahun 2000 Kota Medan selama periode 2005-2007, pertumbuhan ekonomi Kota Medan selama periode yang sama, meningkat rata-rata di atas 7,77 persen (Tabel 2.1). Pertumbuhan ekonomi yang dicapai, selain relatif tinggi juga menunjukkan pertumbuhan yang cukup stabil.
Tabel 2.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2005 – 2007
Sektor / Lapangan Usaha 2005-2006 2006-2007
1. Pertanian 0,37 5,14
2. Pertambangan & Penggalian -6,05 -10,14
3. Industri Pengolahan 6,59 6,08
4. Listrik, Gas dan Air Bersih 5,39 -2,81
5. Kontruksi 11,01 6,43
6. Perdagangan, Hotel & Restoran 6,15 5,94 7. Transportasi & Telekomunikasi 13,34 10,61 8. Keuangan & jasa Perusahaan 5,08 12,81
9. Jasa-jasa 6,34 6,83
PDRB 7,76 7,78
Berdasarkan perbandingan peranan dan kontribusi antar lapangan usaha terhadap PDRB pada kondisi harga berlaku tahun 2005-2007 menunjukkan, pada tahun 2005 sektor tertier memberikan sumbangan sebesar 70,03%, sektor sekunder sebesar 26,91% dan sektor primer sebesar 3,06%. Lapangan usaha dominan yaitu perdagangan, hotel dan restoran menyumbang sebesar 26,34%, sub sektor transportasi dan telekomunikasi sebesar 18,65% dan sub sektor industri pengolahan sebesar 16,58%.
Kontribusi tersebut tidak mengalami perubahan berarti bila dibandingkan dengan kondisi tahun 2006. Sektor tertier memberikan sumbangan sebesar 68,70%, sekunder sebesar 28,37%
dan primer sebesar 2,93%. Masing-masing lapangan usaha yang dominan yaitu perdagangan, hotel dan restoran sebesar 25,98%, sektor transportasi dan telekomunikasi sebesar 18,65%, industri jasa pengolahan sebesar 16,58% dan jasa keuangan 13,41%.
Demikian juga pada tahun 2007, sektor tertier mendominasi perekonomian kota Medan, yaitu sebesar 69,21%, disusul sektor sekunder sebesar 27,93% dan sektor primer sebesar 2,86%.
Masing masing lapangan usaha yang dominan memberikan kontribusi sebesar 25,44% dari lapangan usaha perdagangan, hotel dan restoran, lapangan usaha transportasi dan telekomunikasi sebesar 19,02% dan lapangan usaha industri pengolahan sebesar 16,28%.
2.1.3 Potensi Bidang Usaha Potensial Kota Medan
Kota Medan dinilai sebagai kota yang aman untuk berinvestasi di Indonesia. Kota ini dikenal dengan potensi bisnisnya, dan juga layak menjadi tujuan wisata. Dilihat dari bidang usaha potensial untuk perekonomian kota Medan tahun 2000, didominasi oleh kegiatan perdagangan, hotel dan restoran (35,02%), yang disusul oleh sektor industri pengolahan sebesar 19,70%.
Dari besaran nilai kedua sektor tersebut, dapat dikatakan bahwa potensi unggulan yang paling mungkin berkembang di kota Medan adalah sektor perdagangan dan industri sehingga arahan pembangunan kota lebih menitikberatkan pada kedua sektor tersebut.
2.2 Tinjauan Fungsi
Ditinjau dari segi fungsi, maka bangunan multifungsi ini terdiri dari hotel, kantor dan shopping mall.
2.2.1 Tinjauan Bangunan Multifungsi
Adapun pengertian dan perkembangan bangunan multifungsi adalah:
2.2.1.1 Pengertian Bangunan Multifungsi
Bangunan biasanya dikonotasikan dengan rumah, gedung ataupun segala sarana, prasarana atau infrastruktur dalam kebudayaan atau kehidupan manusia dalam membangun peradabannya.
Bangunan multifungsi merupakan pendekatan perancangan yang berusaha menyatukan berbagai aktivitas dan fungsi yang berada di bagian area suatu kota yang disebabkan karena luas area terbatas, harga tanah mahal, letak strategis, nilai ekonomi tinggi, sehingga terjadi satu struktur yang kompleks di mana semua kegunaan dan fasilitas saling berkaitan dalam kerangka integrasi yang kuat (Meyer, 1983).
Upaya tersebut dimaksudkan untuk mengeliminasi ruang mati sehingga penggunaan lahan lebih efektif dan efisien, pelayanan kebutuhan lebih mudah, dan lingkungan menjadi lebih nyaman. Penyatuan berbagai fungsi dan aktivitas dalam suatu bangunan inilah yang disebut bangunan multifungsi atau mixed use building.
2.2.1.2 Perkembangan Bangunan Multifungsi secara Umum
Seiring perkembangan waktu, aktivitas dan kebutuhan terhadap ruang juga semakin meningkat, terutama yang berada di pusat kota. Kebanyakan orang cenderung melakukan aktvitas di pusat kota karena letaknya strategis dan memiliki sarana dan prasarana yang lengkap. Akan tetapi, terdapat kendala di dalamnya yaitu selain luas area terbatas, harga tanah di perkotaan juga mahal.
Tingginya minat masyarakat terhadap sebuah fasilitas yang dapat mengakomodasi kebutuhan ruang memacu pertumbuhan properti. Masyarakat perkotaan, pada umumnya lebih memilih melakukan aktivitas, seperti bekerja, belanja, berekreasi dalam satu lingkungan yang relatif dekat. Fenomena inilah yang terjadi di kota-kota. Pada akhir abad ke 20, banyak developer dan berbagai ahli menyadari bahwa konsep pembangunan multfungsi menawarkan banyak keuntungan dan bisa diterapkan pada kota.
Inilah yang menjadi tren bagi arsitektur kota saat ini, bangunan yang bersifat multifungsi atau yang disebut mixed use building. Para developer berusaha menawarkan sarana yang lengkap dalam satu area, seperti gabungan kantor, pertokoan dan apartemen atau gabungan hotel, pertokoan dan kantor. Semuanya pada dasarnya menawarkan kepraktisan dan kenyaman terhadap penggunanya.
Adapun ciri dari bangunan multifungsi adalah:
Mewadahi 3 fungsi urban atau lebih, misalnya terdiri dari retail, perkantoran, hunian, hotel, dan rekreasi.
Terjadi integrasi dengan sinergi fungsional.
Terdapat ketergantungan kebutuhan antara masing-masing fungsi bangunan yang memperkuat sinergi dan integrasi antar fungsi tersebut.
Kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Solo, dll. pada saat ini sudah mengembangkan properti bersifat multifungsi ini, di mana pada proyek tersebut terdapat beberapa fungsi, seperti hotel, apartemen, perkantoran di atas pusat perbelanjaan, yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas rekreasi, sarana transportasi publik, dll.
Pendekatan perancangan yang harus dilakukan dalam merancang bangunan multifungsi adalah kehendak setiap jenis konsumen. Untuk menentukan fungsi yang sesuai, harus diperhatikan dari faktor kegiatannya maupun kebutuhan infrastrukturnya, luas dan bentuk lahan, posisi/lokasi terhadap jaringan jalan di sekitarnya serta aspek bisnis properti yang diterapkan developer. Selain itu, penggabungan dari berbagai fungsi ini juga memerlukan ruang transisi yang dapat mengakomodasi berbagai aktivitas dari fungsi yang berbeda.
Pembangunan multifungsi dapat dilakukan dalam skala kawasan, kompleks, blok bangunan maupun di dalam bangunan itu sendiri, dapat terdiri dari fungsi yang sama (hunian) ataupun campuran dengan fungsi lain (non hunian). Dapat berupa pola horisontal maupun vertikal sesuai jenis fungsi yang dicampurkan.
Solo Center Point di Solo, Raffles City di Singapura, Four Seasons Tower di Amerika, Plaza Senayan dan Taman Anggrek, Bumi Serpong Damai, Sudirman CBD, Grand Indonesia di Jakarta adalah contoh proyek penerapan bangunan multifungsi.
Beberapa penggabungan fungsi pada pembangunan proyek bangunan multifungsi dapat berupa:
Hotel, apartemen dan pusat perbelanjaan
Hotel, kantor, dan pertokoan ataupun pusat perbelanjaan
Hotel, apartemen, kantor dan pusat perbelanjaan
Apartemen, condotel, pertokoan dan pusat perbelanjaan
Hotel, apartemen, kantor, dan kondominium
Kantor, apartemen dan pertokoan
Keuntungan pengembangan proyek multifungsi di pusat kota:
Integrasi berbagai fungsi dalam bangunan.
Memberikan kemudahan, mempercepat aksesibilitas dan efisiensi waktu
Meningkatkan kualitas fisik lingkungan.
Optimalisasi pemanfaatan lahan kota yang mahal
Mengurangi kendala yang ditimbulkan akibat single land use.
Efisiensi penggunaan energi
Membentuk pertumbuhan komersial baru, vitalitas dan generator pertumbuhan kawasan di sekitarnya sebagai respon terhadap kebutuhan pengguna.
Dampak permasalahan yang timbul dari proyek multifungsi ini antara lain :
Densitas populasi yang tinggi dan terkonsentrasi di satu area.
Skala bangunan yang menyebabkan ketidakseimbangan dengan skala bangunan lain dalam kota.
Dampak masalah sosial berkaitan dengan kebiasaan, perilaku dan gaya hidup masyarakat penghuninya.
Menghilangkan sense of identity.
Pembebanan infrastruktur kota.
2.2.1.3 Perkembangan Bangunan Multifungsi di Medan
Keberadaan bangunan multifungsi di kota Medan masih sedikit bila dibandingkan dengan bangunan multifungsi di kota lainnya seperti Jakarta, Surabaya, dll. Kota Medan sekarang ini hanya mempunyai bangunan multifungsi seperti:
Cambridge City Square yang memiliki fungsi apartemen,hotel dan shopping mall.
Grand Aston yang memiliki fungsi sebagai apartemen dan hotel
B&G Tower yang memiliki fungsi sebagai hotel dan kantor
Deli Grand City yang nantinya akan didirikan dengan fungsi hotel, kantor, apartemen, dan pusat perbelanjaan.
2.2.2 Tinjauan Hotel
Adapun pengertian, klasifikasi dan perkembangan hotel adalah:
2.2.2.1 Pengertian Hotel
Secara harfiah, kata hotel berasal dari bahasa Latin yaitu hospitium, yang artinya ruang tamu. Kata ini kemudian mengalami proses perubahan pengertian dan untuk membedakan guest house dengan mansion house yang berkembang saat itu, maka rumah besar disebut hostel. Hostel disewakan pada masyarakat umum untuk menginap dan beristirahat sementara waktu, dan dikoordinir oleh seorang host. Seiring perkembangan dan adanya tuntutan terhadap kepuasan, di mana orang tidak menyukai peraturan yang terlalu banyak pada hostel, maka kata hostel kemudian mengalami perubahan, yakni penghilangan huruf “s” pada kata hostel sehingga menjadi hotel.
Definisi hotel menurut SK Menparpostel Nomor KM 94/ HK 103/MPPT 1987 adalah suatu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk menyediakan jasa pelayanan penginapan, makan dan minum serta jasa lainnya bagi umum, yang dikelola secara komersial.
Hotel adalah sarana tempat tinggal umum untuk wisatawan dengan memberikan pelayanan jasa kamar, penyedia makanan dan minuman serta akomodasi dengan syarat pembayaran (Lawson,1976:27).
Hotel adalah suatu bangunan atau suatu lembaga yang menyediakan kamar untuk menginap, makan dan minum serta pelayanan lainnya untuk umum (kamus Webster).
Jadi, dapat disimpulkan pengertian hotel adalah suatu bangunan yang menyediakan jasa penginapan, makanan dan minuman, serta jasa lainnya yang diperuntukan bagi umum dan dikelola secara komersial.
2.2.2.2 Klasifikasi Hotel
Kriteria klasifikasi hotel di Indonesia secara resmi terdapat pada peraturan pemerintah, yaitu SK: Kep-22/U/VI/78 oleh Dirjen Pariwisata. Klasifikasi hotel ditinjau berdasarkan beberapa faktor, yaitu:
1. Harga jual
Klasifikasi hotel berdasarkan sistem penjualan harga kamar, di mana harga kamar yang dijual hanya harga kamar saja atau merupakan sistem paket, yaitu:
European plan hotel : hotel dengan biaya untuk harga kamar saja Keistimewaan:
Praktis, banyak digunakan di hotel
Memudahkan sistem billing
Semua sistem pemasaran kamar kebanyakan menggunakan sistem ini
American plan hotel : hotel dengan perencanaan biaya termasuk harga kamar dan harga makan, terbagi dua yaitu:
Full American plan (FAP) : harga kamar termasuk tiga kali makan sehari (sarapan, makan siang dan makan malam)
Modified American plan (MAP) : harga kamar termasuk dua kali makan sehari, yaitu:
o Kamar + makan pagi + makan siang o Kamar + makan pagi + makan malam
Continental plan hotel : hotel dengan perencanaan harga kamar sudah
termasuk dengan continental breakfast
Bermuda plan hotel : hotel dengan perencanaan harga kamar yang sudah termasuk dengan American breakfast
2. Ukuran hotel
Klasifikasi hotel berdasarkan ukuran ditentukan oleh jumlah kamar yang ada, yaitu:
Small hotel : hotel kecil dengan jumlah kamar di bawah 150 kamar
Medium hotel : hotel sedang, yang terdiri dari 2 jenis, yaitu:
Average hotel : jumlah kamar antara 150 sampai 299 kamar
Above hotel : jumlah kamar antara 300 sampai 600 kamar
Large hotel : hotel besar dengan jumlah kamar minimal 600 kamar
3. Tipe tamu hotel
Klasifikasi hotel berdasarkan asal usul dan latar belakang tamu menginap yaitu:
Family hotel : hotel untuk tamu yang menginap bersama keluarga
Business hotel : hotel untuk tamu berupa para pengusaha
Tourist hotel : hotel untuk tamu yang menginap berupa wisatawan, baik domestik maupun luar negeri
Transit hotel : hotel untuk tamu yang transit (singgah sementara)
Cure hotel : Hotel untuk tamu yang menginap dalam proses pengobatan atau penyembuhan penyakit
4. Sistem bintang
Semakin banyak jumlah bintang suatu hotel, pelayanan yang dituntut semakin banyak dan baik. Klasifikasi hotel berdasarkan sistem bintang, yaitu:
Hotel bintang satu (*)
Hotel bintang dua (**)
Hotel bintang tiga (***)
Hotel bintang empat (****)
Hotel bintang lima (*****)
Khusus untuk hotel bintang lima, terdapat tingkatan yaitu Palm, Bronze, dan Diamond.
5. Lama tamu menginap
Klasifikasi hotel berdasarkan lamanya tamu menginap, yaitu:
Transit hotel : hotel dengan lama tinggal tamu rata-rata semalam
Semi residential hotel : hotel dengan lama tinggal tamu lebih dari satu hari tetapi tetap dalam jangka waktu pendek, berkisar dua
minggu hingga satu bulan
Residential hotel : hotel dengan lama tinggal tamu cukup lama, berkisar
paling sedikit satu bulan
6. Lokasi
Klasifikasi hotel berdasarkan lokasi, yaitu:
City hotel : hotel yang terletak di dalam kota, di mana sebagian
besar yang menginap melakukan kegiatan bisnis
Urban hotel : hotel yang terletak di dekat kota
Suburb hotel : hotel yang terletak di pinggiran kota
Resort hotel : hotel yang terletak di daerah wisata, di mana sebagian besar tamu yang menginap tidak melakukan usaha.
Hotel resort berdasarkan lokasinya dibagi atas:
Mountain hotel : hotel yang berada di pegunungan
Beach hotel : hotel yang berada di pinggir pantai
Lake hotel : hotel yang berada di tepi danau
Hill hotel : hotel yang berada di puncak bukit
Forest hotel : hotel yang berada di kawasan hutan lindung
Airport hotel : hotel yang terletak di daerah pelabuhan udara
7. Aktivitas tamu hotel
Klasifikasi hotel berdasarkan maksud kegiatan selama tamu menginap, yaitu:
Sport hotel : hotel yang berada pada kompleks kegiatan olahraga
Ski hotel : hotel yang menyediakan area bermain ski
Conference hotel : hotel yang menyediakan fasilitas lengkap untuk
konferensi
Convention hotel : hotel sebagai bagian dari komplek kegiatan konvensi
Pilgrim hotel : hotel yang sebagian tempatnya berfungsi sebagai
fasilitas ibadah.
Casino hotel : hotel yang sebagian tempatnya berfungsi untuk kegiatan berjudi
8. Jumlah kamar dan persyaratannya
Berdasarkan jumlah bintang yang disandang, jumlah persyaratan kamar dan lainnya, yaitu:
Hotel bintang satu (*) : jumlah kamar standar, minimal 15 kamar kamar mandi di dalam
luas kamar standar, minimum 20 m2
Hotel bintang dua (**) : jumlah kamar standar, minimal 20 kamar kamar suite, minimum 1 kamar
kamar mandi di dalam
luas kamar standar, minimum 22 m2 luas kamar suite, minimum 44 m2
Hotel bintang tiga (***) : jumlah kamar standar, minimal 30 kamar kamar suite, minimum 2 kamar
kamar mandi di dalam
luas kamar standar, minimum 24 m2 luas kamar suite, minimum 48 m2
Hotel bintang empat (****) : jumlah kamar standar, minimal 50 kamar kamar suite, minimum 3 kamar
kamar mandi di dalam
luas kamar standar, minimum 24 m2 luas kamar suite, minimum 48 m2
Hotel bintang lima (*****) : jumlah kamar standar, minimal 100 kamar kamar suite, minimum 4 kamar
kamar mandi di dalam
luas kamar standar, minimum 26 m2 luas kamar suite, minimum 52 m2
Di Indonesia, klasifikasi hotel dilakukan dengan sistem bintang. Dimulai dari bintang satu sampai bintang lima. Menurut surat Keputusan Menteri Perhubungan Indonesia No. PM 10/PW 301/ PHB-17 tentang usaha dan klasifikasi hotel, ditetapkan bahwa penilaian klasifikasi hotel secara minimum didasarkan pada beberapa pertimbangan yaitu:
Persyaratan umum, antara lain kondisi bangunan dan kelengkapan fasilitas
Bentuk pelayanan yang diberikan
Jumlah kamar yang tersedia
Letak atau keadaan lokasi
2.2.2.3 Perkembangan Hotel di Indonesia
Dalam buku Hotel Management, Sihite (2000:63) mengatakan hotel berfungsi sebagai suatu sarana untuk memenuhi kebutuhan tamu (wisatawan atau pelancong), sebagai tempat tinggal sementara selama berada jauh dari tempat asalnya.
Seiring dengan perkembangan kedatangan wisatawan asing ke Indonesia yang lebih memerlukan sarana akomodasi pariwisata bersifat memadai, maka semasa penjajahan kolonial Belanda, mulai berkembanglah hotel-hotel di Indonesia.
Menurut buku Pariwisata Indonesia dari Masa ke Masa, tercatat hotel-hotel yang sudah hadir pada saat itu diantaranya :
Jakarta, dibangun Hotel Des Indes, Hotel Der Nederlanden, Hotel Royal dan Hotel Rijswijk.
Surabaya, berdiri Hotel Sarkies dan Hotel Oranje.
Semarang, berdiri Hotel Du Pavillion.
Malang, Palace Hotel.
Solo, Slier Hotel.
Yogyakarta, Grand Hotel ( sekarang Hotel Garuda )
Bandung, Hotel Savoy Homann, Hotel Preanger dan Pension Van Hangel ( kini Hotel Panghegar ).
Bogor, Hotel Salak.
Medan, Hotel de Boer dan Hotel Astoria.
Makasar, Grand Hotel dan Staat Hotel.
Setelah periode pemerintahan Orde Baru, pembangunan dan kehadiran hotel di Indonesia sangat berkembang pesat. Terutama setelah masuknya beberapa manajemen hotel international yang banyak merambah ke kota-kota besar di Indonesia.
Sejalan dengan berkembangnya hotel di indonesia ,wajah arsitektur hotel di Indonesia pun sangat berkembang dan inovatif. Hal ini menjadi satu tolak ukur sejarah baru untuk hotel di Indonesia.
Adapun peranan usaha perhotelan dalam menunjang pembangunan bangsa dan negara, antara lain:
Meningkatkan industri dan penghasilan masyarakat
Menciptakan lapangan kerja sekaligus alih teknologi
2.2.2.4 Perkembangan Hotel di Medan
Bagi Kota Medan, kegiatan perdagangan bersama aktivitas hotel dan restoran menjadi motor penggerak roda perekonomian kota. Pertumbuhan industri kepariwisataan di Sumatera Utara belakangan ini sangat menggembirakan. Hal tersebut dapat dilihat dari maraknya pertumbuhan hotel berbintang di Kota Medan. Menurut Ketua PHRI (Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia), kenyataan itu muncul karena tingkat pertumbuhan ekonomi dan membaiknya investasi kota sehingga membuat banyak investor dari luar negeri berdatangan ke Medan dan menuntut munculnya hotel-hotel.
Meningkatnya penanaman modal asing, terutama investasi perhotelan merupakan contoh bahwa Sumatera Utara masih kondusif. Medan dinilai layak bagi investasi perhotelan bahkan secara internasional.
Salah satu hotel berbintang yang tumbuh di Kota Medan saat ini adalah hotel Marriott dengan mendatangkan investor dari Amerika Serikat. Selain itu, juga terdapat beberapa hotel berbintang lainnya yang dibangun di kota Medan. Proyek tersebut memberi sumbangsih positif terhadap kota Medan, khususnya, karena akan menyerap banyak tenaga kerja dan membuka lapangan usaha baru sehingga dapat membantu pemerintah mengurangi pengangguran. Adapun daftar hotel yang berada di Medan berdasarkan bintang antara lain dapat terlihat dari Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Daftar Hotel Berbintang di Medan
Bintang Nama Hotel Alamat
***** Hotel Grand Angkasa Jl. Sutomo No. 1 Medan
***** Hotel JW Marriott Jl. Putri Hijau Medan
***** Hotel Grand Swiss-Bel Jl. S. Parman Medan
***** Hotel Grand Aston City Hall Jl. Balai Kota Medan
***** Hotel Arya Duta Jl. Kapten Maulana Lubis Medan
***** Hotel Citi International Jl. Sun Yat Sen Medan
**** Hotel Tiara Medan Jl. Cut Mutia Medan
**** Hotel Asean International Jl. H. Adam Malik No. 5 Medan
**** Hotel Novotel Soechi Jl. Cirebon No. 76A Medan
**** Hotel Quality Suites Jl. Listrik No. 15 Medan
**** Hotel Polonia Jl. Jend. Sudirman No. 14 Medan
**** Hotel Danau Toba Intl. Jl. Imam Bonjol No. 17 Medan
Bintang Nama Hotel Alamat
**** Hotel Emerald Garden Jl. K.L. Yos Sudarso No.1 Medan
**** Hotel Travellers Suites Jl. Listrik Medan
*** Hotel Garuda Plaza Jl. Sisingamangaraja No.18 Mdn
*** Natour Dharma Deli Hotel Jl. Balai Kota No. 2 Medan
*** Hotel Semarak Jl. Sisingamangaraja No.50 Mdn
*** Hotel Pardede Intl. Jl. Ir. H. Juanda No. 14 Medan
*** Hotel Sahid Jl. Sisingamangaraja KM 7,5/11
*** Hotel Grand Antares Jl. Sisingamangaraja Medan
*** Hotel Madani Jl. Sisingamangaraja Medan
** Sumatera Indah Resort Jl. Jamin Ginting KM.11,2 Medan
** Hotel Royal Perintis Jl. Perintis Kemerdekaan Medan
* Hotel Elbruba Jl. Perintis Kemerdekaan No. 19
* Hotel Sumatra Jl. Sisingamangaraja No. 35 Medan
* Hotel Waiyat Jl. Asia No. 44
* Hotel Garuda Citra Jl. Sisingamangaraja No. 27 Medan
* Hotel Petisah Jl. Nibung II/22-38 Medan
* Hotel Ananta Boga Jl. Jamin Ginting KM.14 Medan
* Hotel Labana Inn Jl. Abdullah Lubis No. 67 Medan
* Hotel Labana Inn Jl. Abdullah Lubis No. 67 Medan