BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.7 Perangkat Framing Zhongdang pan dan Kosicki
Analisis framing yang akan digunakan dalam penelitian ini memakai model yang diperkenalkan oleh Zhongdang Pan dan Gerald M.Kosicki. melalui tulisan mereka : “framing analysis an approach to news discourse”. Pan dan Kosicki tahun 1993
mengoperasionalkan empat dimensi structural teks berita sebagai perangkat framing : sintaksis, skrip, tematik, dan retoris.
Model ini berasumsi bahwa setiap berita mempunyai frame yang berfungsi sebagai pusat organisasi ide. Frame merupakan suatu ide yang dihubungkan dengan elemen yang berbeda dalam teks berita – kutipan sumber, latar informasi, pemakaian kata atau kalimat tertentu ke dalam teks secara keseluruhan. Frame berhubungan dengan makna. Bagaimana seseorang memaknai suatu peristiwa, dapat dilihat dari perangkat tanda yang dimunculkan dalma teks.
Dalam pendekatan ini perangkat framing dibagi menjadi empat bagian struktur besar. Pertama, struktur sintaksis, kedua, struktur skrip, ketiga, struktur tematik, keempat, struktur retoris (Sobur,2001:175-176).
1. Sintaksis
a. Headline
Headline merupakan aspek sintaksis dari berita dengan tingkat kemenonjolan yang tinggi menunjukkan kecenderungan berita. Pembaca cenderung lebih mengingat headline yang dipakai daripada bagian berita, headline mempunyai framing yang kuat (Eriyanto,2004:257).
Posisi judul dinaggap penting karena sekilas kalau pembaca membuka atau melihat media massa, maka yang terbaca judulnya dahulu. Judul berita (headline) pada dasarnya mempunyai tiga fungsi (anwar dalam sobur, 2001:77), yaitu mengiklankan cerita atau berita, meringkaskan atau mengikhtisarkan cerita dan
memperbagus halaman. Dalam judul berita tidak diijinkan mencantumkan sesuatu yang bersifat pendapat atau opini. (Sobur,2001:76-77).
b. Lead
lead yang baik pada umumnya memberikan sudut pandang dari berita, menunjukkan perspektif tertentu dari peristiwa yang diberikan (Eriyanto, 2004:258). Lead adalah intisari berita yang mempunyai tiga fungsi, yakni : (1) menjawab rumus 5W+1H (what,who,when,where,why,how), (2) menekankan news feature of story dengan menempatkan pada posisi awal, dan (3) memberikan identifikasi cepat tentang orang, tempat dan kejadian yang dibutuhkan bagi pemahaman cepat berita itu (Sobur,2001:77).
c. latar informasi
ketika menulis biasanya dikemukakan latar belakang atau peristiwa yang ditulis. Latar yang dipilih menentukan kearah mana pandangan khalayak hendak dibawa. Ini merupakan cerminan ideologis, dimana komunikator dapat menyajikan latar belakang dapat juga tidak, bergantung pada kepentingan mereka (Sobur,2001:79). Latar umumnya ditampilkan diawal sebelum pendapat wartawan yang sebenarnya muncul dengan maksud mempengaruhi dan memberi kesan bahwa pendapat wartawan sangat beralasan. Karena itu latar membantu menyelidiki bagaimana seseorang memberi pemaknaan atas suatu peristiwa (Eriyanto,2004:258).
pengutipan sumber berita dalam penulisan berita dimaksudkan untuk membangun obyektifitas-prinsip keseimbangan dan tidak memihak (Eriyanto, 2004:259). Ini juga merupakan bagian berita yang menekankan bahwa apa yang ditulis oleh wartawan bukan pendapat wartawan semata, melainkan pendapat dari orang yang mempunyai otoritas tertentu.
2. Skrip
Struktur skrip berhubungan dengan bagaimana media mengisahkan atau menceritakan peristiwa dalam bentuk berita. Pola pengorganisasian peristiwa dapat dilihat dari hadirnya komponen-komponen atau unsur kelengkapan berita yang sejalan dengan kaidah-kaidah jurnalistik yaitu bentuk 5W+1H. penerapan penulisan berita yang disusun sebagai suatu cerita dengan strategi cara bercerita tertentu, dilakukan institusi media, dalam hal ini oleh wartawan tidak lain untuk menarik perhatian pembaca. Segi cara bercerita dan unsure kelengkapan berita dapat menjadi penanda framing yang penting dan ingin ditampilkan. Skrip merupakan salah satu strategi wartawan dalam mengkontruksi berita dan skrip memberi tekanan mana yang didahulukan dan bagian mana yang kemudian menjadi strategi untuk menyembunyikan informasi penting.
Bentuk umum dari struktur skirp adalah pola 5W+1H yaitu what, who, when, where, why, and how.
1. What : peristiwa apa yang sedang terjadi?
2. Who : siapa yang terlibat dalam peristiwa tersebut?
4. Where : dimana peristiwa itu terjadi?
5. Why : mengapa peristiwa itu terjadi?
6. How : bagaimana terjadinya peristiwa itu?
3. Tematik
Struktur tematik berhubugan dengan cara wartawan mengungkapkan pandangan atas peristiwa ke dalam proposisi, kalimat, atau hubungan antar kalimat yang membentuk secara keseluruhan. Struktur ini akan melihat bagaimana pemahaman itu diwujudkan ke dalam bentuk yang lebih kecil. Ada beberapa elemen yang dapat diamati dari perangkat tematik ini, antara lain :
a. Detail
elemen detail berhubungan dengan control informasi yang ditampilkan seseorang (komunikator). Komunikator akan menampilkan secara berlebihan informasi yang menguntungkan dirinya atau cetra yang baik. Sebaliknya, ia akan menampilkan informasi dalam jumlah sedikit (bahkan kalau tidka perlu disampaikan) kalau hal ini merugikan kedudukannya. Detail berhubungan dengan apakah sisi informasi tertentu diuraikan secara panjang atau tidak. (Sobur,2001:79).
b. Maksud kalimat, hubungan
elemen maksud kalimat melihat apakah teks itu disampaikan secara eksplisit atau tidak, apakah fakta disajikan secara telanjang ataukan tidak. Umumnya, informasi yang menguntungkan komunikator akan diuraikan secara eksplisit dan jelas, sebaliknya
informasi yang merugikan akan diuraikan secara tersamar, implicit dan tersembunyi. Tujuan akhirnya adalah kepada public hanya disajikan informasi yang menguntungkan komunikator (Sobur,2001:79).
c. Nominalisasi antar kalimat
dengan melakukan nominalisasi dapat memberikan sugesti kepada khalayak adanya generalisasi. Hal ini berhubungan dengan pernyataan apakah komunikator memandang obyek sebagai sesuatu yang tunggal berdiri sendiri ataukan sebagai suatu kelompok (Sobur,2001:81).
d. Koherensi
koherensi adalah pertalian antar kata, proposisi atau kalimat, dua buah kalimat atau proposisi yang menggambarkan fakta yang berbeda dapat dihubungkan dengan menggunakan koherensi. Sehingga fakta yang tidak berhubungan sekalipun dapat menjadi berhubungan ketika seseorang menghubungkannya. Pertama, koherensi sebab-akibat. Proposisi atau kalimat satu dipandang akibat atau sebab dari proposisi lain. Proposisi disebabkan akibat umurnya ditandai dengan kata hubung “sebab” atau “karena”. Kedua, koherensi penjelas. Proposisi atau kalimat sati dilihat sebagai penjelas proposisi atau kalimat lain. Koherensi ditandai dengan pemakaian kata hubung “dan” atau “lalu”. Ketiga, koherensi pembeda. Proposisi atau kalimat satu dipandang kebalikan atau lawan dari proposisi atau kalimat lain. Koherensi pembeda ditandai dengan kata hubung “dibandingkan” atau “sedangkan” (Eriyanto,2004:263).
berhubungan dengan cara berpikir logis, yaitu prinsip kausalitas. Logika kausalitas kalau diterjemahkan ke dalam bahasa menjadi susunan subyek (yang menerangkan) dan predikat (yang diterangkan). Bentuk kalimat ini bukan hanya persoalan teknis kebenaran tata bahasa tetapi menentukan makna yang dibentuk oleh susunan kalimat. Dalam kalimat yang berstruktur aktif, seseorang yang menjadi subyek dari pernyataannya, sedangkan dalam kalimat pasif, seseorang menjadi obyek dari pernyataannya (Sobur,2001:81).
f. Kata Ganti
elemen untuk memanipulasi bahasa dengan menciptakan suatu komunitas imakinatif. Pengulangan kata yang sama tanpa suatu tujuan yang jelas akan menimbulkan rasa yang kurang enak. Pengulangan hanya diperkenankan kalau kata itu dipentingkan atau mendapat penekanan (Sobur,2001:82).
4. Retoris
Struktur retoris berhubungan dengan cara wartawan menekankan arti tertentu. Dengan kata lain, struktur retoris melihat pemakaian pilihan kata,idiom, grafik, gambar, yang juga dipakai guna memberi penekanan pada arti tertentu. Ada beberapa elemen struktur retoris, antara lain :
a. Leksikon
pemilihan dan pemakaian kata-kata tertentu untuk menandai atau menggambarkan peristiwa. Pilihan kata-kata yang dipakai tidak semata-mata hanya karena kebetulan. Tetapi secara ideologis menunjukkan bagaimana pemaknaan seseorang terhadap fakta
atau realitas. Pemakaian kata-lata tersebut seringkali diiringi dengan penggunaan label-label tertentu (Eriyanto, 2004:264).
b. Grafis
dalam teks berita, grafis biasanya muncul lewat bagian tulisan yang dibuat lain dibandingkan tulisan lain. Pemakaian huruf cetak tebal, huruf miring, huruf besar, pemakaian garis bawah, pemberian warna, foto, pemakaian caption, rester, grafik, gambar, table atau efek lain untuk mendukung arti penting suatu pesan (Eriyanto,2004:266)
c. Metafora
Di dalam suatu teks berita, seorang komunikator tidak hanya menyampaikan pesan pokok. Tetapi juga kiasan, ungkapan, metafora, yang dimaksud sebagai ornament atau bumbu dati suatu teks. Tetapi, pemakaian metafora tertentu boleh jadi menjadi petunjuk utama untuk mengerti suatu teks. Metafora tertentu dipakai oleh komunikator secara strategis sebagai landasan berpikir, alas an pembenar atas pendapat atau gagasan tertentu kepada public (Sobur,2001:84).
d. Pengandaian
pengandaian adalah strategi lain yang dapat memberi citra tertentu ketika diterima khalayak. Elemen pengandaian merupakan pernyataan yang digunakan untuk mendukung makna suatu teks. Pengandaian hadir dengan memberi pernyataan yang dipandang terpercaya dan karenanya tidak perlu dipertanyakan (Sobur,2001:79).