• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peraturan Lain

Dalam dokumen BAB II KAJIAN PUSTAKA (Halaman 41-53)

Jamsostek terikat beberapa peraturan yang mengatur semua hal yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan tenaga kerja, peraturan tersebut adalah : 1. Undang‐undang 2. Peraturan Pemerintah 3. Kebijakan Internal 4. Peraturan Menteri Undang‐‐‐‐Undang

Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 1993 Tanggal 27 Pebruari 1993: Menimbang: Bahwa untuk lebih meningkatkan perlindungan terhadap tenaga kerja, Undangundang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja menetapkan perlunya pengaturan mengenai penyakit yang timbul karena hubungan kerja dengan Keputusan Presiden.

Mengingat:

1. Pasal 4 ayat (1) Undang‐Undang Dasar 1945;

2. Undang‐undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja; 3. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program 4. Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Lembaran Negara Tahun 1993 Nomor 20,

5. Tambahan Lembaran Negara Nomor 3520); Menetapkan:

Keputusan Presiden Republik Indonesia tentang penyakit yang timbul karena hubungan kerja.

Pasal 1

Penyakit yang timbul karena hubungan kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja.

Pasal 2

Setiap tenaga kerja yang menderita penyakit yang timbul karena hubungan kerja berhak mendapat jaminan Kecelakaan Kerja baik pada saat masih dalam hubungan kerja maupun setelah hubungan kerja berakhir.

Pasal 3

(1) Hak atas Jaminan Kecelakaan Kerja bagi tenaga kerja yang hubungan kerjanya telah berakhir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 diberikan, apabila menurut hasil diagnosis dokter yang merawat penyakit tersebut diakibatkan oleh pekerjaan selama tenaga kerja yang bersangkutan masih dalam hubungan kerja.

(2) Hak jaminan kecelakaan kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diberikan, apabila penyakit tersebut timbul dalam waktu paling lama 3 (tiga) tahun terhitung sejak hubungan kerja tersebut berakhir.

Pasal 4

Penyakit yang timbul karena hubungan kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1, sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan Presiden ini.

Pasal 5

Keputusan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Peraturan Pemerintah

Berikut beberapa Peraturan Pemerintah yang mengatur tentang pengelolaan dana dan program Jaminan Sosial.

Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2004 tentang "Pengelolaan dan Investasi Dana Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja" PP No. 22 Tahun 2004 dengan pilihan portofolio investasi yang selain didasarkan pada prinsip likuiditas, rendah resiko juga berdasarkan prinsip keamanan dan optimalisasi hasil.

Tabel 2.1 Pengelolaan dan Investasi Dana Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja

Intrumen yang diperbolehkan

Batasan setiap instrument

*)

Batasan Setiap Pihak *)

Deposito 100 %

Maks 20% per Bank Umum

Surat Utang Negara 100% -

Surat Utang Korporasi 50%

Maksimal 5% per Penerbit

Saham 50% Maksimal 5% per Emiten

Penyertaan Langsung 5% Maksimal 1% per Pihak

Properti 10% - Reksadana 50% Maksimal 5% per Penerbit Repo 10% Maksimal 2% per Counterpart Instrumen yang dilarang : Derivative, Investasi di Luar Negeri, Komoditi, Instrumen Perdagangan Berjangka, Perusahaan Milik Direksi, Komisaris & Pemegang Saham

Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 2007 tentang "Perubahan Kelima atas Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja".

Kebijakan Internal Jamsostek Bunga

Seiring dengan semakin meningkatnya tingkat suku bunga bank maka melalui Surat Keputusan Direksi PT. Jamsostek (Persero) Nomor : KEP/236/092005 Direksi memutuskan untuk meningkatkan pemberian hasil pemgembangan pembayaran Jaminan Hari Tua dari 7% menjadi 8,5% berlaku mulai 01 Oktober 2005.

Klaim JHT

Surat Edaran Direktur Jendral Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor B.337/DJPPK/IX/05 memberlakukan kembali aturan pengambilan Jaminan Hari Tua sebelum usia 55 tahun, apabila tenaga kerja tersebut mengalami pemutusan hubungan kerja dan telah mempunyai masa kepesertaan serendah‐rendahnya 5 (lima) tahun dan telah melewati masa tunggu 6 (enam) bulan terhitung sejak tenaga kerja yang bersangkutan berhenti bekerja.

Peraturan Menteri

Pokok Substansi Permen No. PER‐‐12/MEN/VI/2007

Maksud dan Tujuan

1. Menciptakan tertib administrasi kepesertaan dan iuran,

3. Meningkatkan kualitas pelayanan PT. Jamsostek (Persero) kepada peserta. Tertib Administrasi Kepesertaan dan Iuran

A. Kepesertaan

1. Kepesertaan perusahaan dan tenaga kerja untuk pertama kali dilakukan oleh perusahaan dan tenaga kerja dengan mengisi dan menyerahkan kepada PT. Jamsostek (Persero) :

a. Formulir Pendaftaran Perusahaan (Form Jamsostek 1) b. Formulir Pendaftaran Tenaga Kerja (Form Jamsostek 1a) c. Formulir Rincian Iuran Tenaga Kerja (Form Jamsostek 2a)

2. Kepesertaan dimulai sejak tanggal 1 (satu) pada bulan sebagaimana dinyatakan pada formulir Jamsostek 1 dan iuran telah dibayar secara lunas.

3. PT. Jamsostek (Persero) menerbitkan Sertifikat Kepesertaan Perusahaan, Kartu Peserta dan Kartu Pemeliharaan Kesehatan paling lambat 7 (tujuh) hari setelah iuran dibayar lunas.

4. Dalam waktu 7 (tujuh) hari perusahaan wajib melaporkan kepada PT. Jamsostek (Perseero) bila terjadi perubahan sebagai berikut:

a. Penambahan tenaga kerja dan identitas tenaga kerja dan susunan keluarga tenaga kerja dengan mengisi formulir Jamsostek 1a.

b. Pengurangan tenaga kerja dengan mengisi formulir Jamsostek 1b

B. Pembayaran Iuran

1. Iuran lanjutan wajib dibayar perusahaan setiap bulan paling lambat tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya, dengan melampirkan :

a. Formulir Jamsostek 2 bila tidak terjadi perubahan upah dan jumlah tenaga kerja maupun tertanggung peserta JPK.

b. Formulir Jamsostek 2 dan Formulir Jamsostek 2a serta Formulir Jamsostek pendukung lainnya bila terjadi perubahan upah, tenaga kerja maupun tertanggung peserta JPK.

2. PT. Jamsostek (Persero) wajib memberitahukan atau mengingatkan perusahaan secara tertulis, paling lambat 7 (tujuh) hari setelah :

a. Batas akhir pembayaran iuran bagi perusahaan belum memenuhi kewajibannya.

b. Perusahaan membayar iuran, tetapi terdapat kekurangan atau kelebihan iuran.

3. Pengusaha wajib menyelesaikan kekurangan atau kelebihan iuran dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah diterimanya pemberitahuan dari PT Jamsostek (Persero), selambat‐lambatnya bersamaan dengan pembayaran iuran bulan berikutnya. 4. Pengusaha wajib membayar iuran setiap bulan secara berurutan, apabila tidak

berurutan PT. Jamsostek (Persero) dapat memperhitungkan sebagian atau seluruh iuran pada bulan berikutnya untuk melunasi iuran yang belum dibayarkan atau kekurangan iuran bulan sebelumnya.

5. Iuran Jaminan Hari Tua dan hasil pengembangannya baru dapat dirinci dan dihitung serta dimasukkan dalam akun individu masing‐masing peserta setelah iuran yang dibayarkan jumlahnya/ besarnya sama dengan rincian iuran tenaga kerja (Formulir Jamsostek 2a).

6. Iuran dan atau kekurangan iuran yang belum dibayarkan oleh perusahaan dikenakan denda sesuai ketentuan yang berlaku dan merupakan piutang PT. Jamsostek (Persero) kepada perusahaan yang bersangkutan.

7. Dalam hal pengusaha menunggak iuran 1 (satu) bulan maka :

a. Pengusaha wajib membayar terlebih dahulu jaminan kecelakaan kerja dan jaminan kematian yang menjadi hak tenaga kerja.

b. Pengusaha wajib memberikan terlebih dahulu pelayanan pemeliharaan kesehatan kepada tenaga kerja.

c. Badan Penyelenggara akan mengganti jaminan yang menjadi hak tenaga kerja kepada pengusaha sesuai dengan ketentuan yang berlaku setelah pengusaha membayar seluruh tunggakan iuran beserta dendanya.

d. Permintaan penggantian jaminan yang menjadi hak tenaga kerja oleh pengusaha kepada Badan Penyelenggara sebagaimana dimaksud pada angka 1 (satu), tidak boleh melebihi jangka waktu 3 (tiga) bulan.

e. Badan Penyelenggara wajib membayar penggantian jaminan sebagaimana dimaksud pada angka 4 (empat) paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejakdokumen pendukung dinyatakan lengkap.

Pembayaran Jaminan

A. Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK)

1. Apabila terjadi perbedaan pendapat antara pengusaha dengan PT. Jamsostek (Persero) atas penetapan pegawai pengawas ketenagakerjaan terhadap suatu kasus kecelakaan yang menimpa tenaga kerja apakah termasuk kasus kecelakaan kerja atau bukan kecelakaan kerja, maka :

a. Salah satu pihak dapat mengajukan kepada Menteri untuk mendapatkan penetapan.

b. Sambil menunggu penetapan Menteri, pengusaha wajib membayar terlebih dahulu biaya pengangkutan, pengobatan dan perawatan kepada tenaga kerja

yang bersangkutan dan PT. Jamsostek (Persero) wajib membayar jaminan kecelakaan kerja apabila Menteri menetapkan sebagai kecelakaan kerja. Apabila Menteri menetapkan kasus tersebut bukan kecelakaan kerja, bagi tenaga kerja yang menjadi peserta program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan biaya pengobatan dan perawatan dibebankan pada program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

2. Apabila terjadi perbedaan pendapat tentang prosentase cacat antara PT. Jamsostek (Persero) dengan Pengusaha dan atau tenaga kerja, maka :

a. Dimintakan pendapat pegawai pengawas ketenagakerjaan dengan pertimbangan dari dokter penasehat.

b. Apabila penetapan pegawai pengawas ketenagakerjaan tersebut tidak dapat diterima oleh salah satu atau dua belah pihak dimintakan penetapan oleh Menteri sebagai dasar pembayaran tunjangan cacat.

c. Sambil menunggu penetapan Menteri, PT. Jamsostek (Persero) membayar biaya pengangkutan, pengobatan, perawatan dan STMB pada pengusaha 3. Apabila terjadi perbedaan besarnya santunan yang diterima tenaga kerja yang

disebabkan adanya pelaporan upah yang tidak benar oleh pengusaha kepada PT. Jamsostek (Persero), maka :

a. Pegawai pengawas menghitung kembali besarnya santunan berdasarkan pada upah satu bulan terakhir sebelum terjadinya kecelakaan.

b. Apabila perhitungan pegawai pengawas lebih besar dari santunan yang telah dibayarkan oleh PT. Jamsostek (Persero) maka pengusaha wajib membayar kekurangannya.

c. Apabila perhitungan pegawai pengawas tersebut tidak dapat diterima oleh pengusaha atau tenaga kerja/ keluarganya diajukan kepada Menteri untuk mendapatkan penetapan dan wajib dilaksanakan oleh pihak‐pihak yang terkait.

B. Jaminan Kematian (JK)

Peserta program Jamsostek yang ikut dalam program jaminan kematian, tetap berhak mendapat perlindungan jaminan kematian selama 6 (enam) bulan sejak tenaga kerja yang bersangkutan berhenti bekerja.

C. Jaminan Hari Tua (JHT)

1. Besarnya JHT yang menjadi hak tenaga kerja adalah keseluruhan iuran JHT yang telah disetor oleh pengusaha dan telah dibukukan dalam akun individu peserta ditambah dengan hasil pengembangannya.

2. Iuran JHT yang disetor oleh pengusaha baru dapat dibukukan dalam akun individu peserta, setelah iuran JHT yang disetor sama jumlahnya dengan data iuran JHT masing‐masing individu peserta.

3. Hasil pengembangan JHT mulai dihitung setelah iuran JHT dibukukan dalam akun individu masing‐masing peserta.

4. Apabila pengusaha menunggak atau kurang membayar iuran, PT. Jamsostek (Persero) akan membayar JHT sebesar iuran JHT yang telah dibukukan dalam akun individu beserta hasil pengembangannya. Kekurangan JHT yang menjadi hak tenaga kerja, akan dibayar oleh PT. Jamsostek (Persero) setelah pengusaha melunasi iuran tertunggak maupun kekurangan iuran tersebut.

a. Biaya persalinan normal menjadi Rp. 500.000,‐ (lima ratus ribu rupiah) b.Biaya penggantian kacamata menjadi Rp. 200.000,‐ (dua ratus ribu rupiah) c. Biaya penggantian pembuatan gigi palsu (prothese) menjadi Rp.408.000,‐

(empat ratus delapan ribu rupiah) Ketentuan Lain

1. PT. Jamsostek (Persero) wajib memberitahukan setiap perhitungan jaminan sosial tenaga kerja yang menjadi hak pengusaha, tenaga kerja atau ahli waris secara tertulis sebanyak 3 (tiga) kali dalam jangka waktu 70 (tujuh puluh) hari. 2. Apabila sampai dengan pemberitahuan ketiga jaminan tidak diambil oleh yang

berhak maka perhitungan jaminan tersebut dibatalkan dan akan dihitung lagi oleh PT. Jamsostek (Persero) pada saat pengusaha, tenaga kerja atau ahli waris yang berhak mengajukan permintaan pembayaran jaminan lagi.

Ketentuan Peralihan

1. Ketentuan yang diatur dalam Peraturan Menteri Nomor: Per‐05/MEN/1993 tetap berlaku sampai tanggal 31 Desember 2007.

2. Registrasi ulang tenaga kerja peserta Jamsostek dilakukan dengan mengisi Formulir Jamsostek 1a.

Berlakunya Peraturan Menteri

1. Effektif berlakunya Peraturan Menteri yang baru adalah tanggal 1 Januari 2008, dengan pertimbangan :

2. Memberi kesempatan bagi PT. Jamsostek (Persero) untuk :

a. Mensosialisasikan kepada jajaran intern PT. Jamsostek (Persero). b. Mensosialisasikan kepada perusahaan peserta.

c. Menyiapkan sarana dan prasarana dalam pelaksanaannya. 2.5.9 Perkembangan dan Kinerja Jamsostek di Indonesia

Sejak 2003 terjadi peningkatan aset PT. Jamsostek dari Rp. 26,9 triliun pada 2003 menjadi Rp. 49,6 triliun pada 2006 dan pada akhir 2007 menjadi Rp. 60,4 triliun, target aset Jamsostek tahun 2008 sebesar Rp. 70,384 triliun dengan dana investasi Rp.68,420 triliun. Aset yang besar itu dipastikan akan terus membumbung pada tahun‐tahun mendatang seiring dengan pertumbuhan tenaga kerja di Indonesia. Dengan demikian, perusahaan akan mendapatkan beragam tawaran investasi, dari investasi reksadana, obligasi sampai saham.

Investasi reksadana Jamsostek pada tahun 2007 melesat hingga 98 persen dibandingkan tahun 2006, begitu juga dengan investasi portofolio saham yang membumbung sebesar 46 persen, menjadi Rp. 9,299 triliun. Total investasi Jamsostek per September 2007 meningkat 15,2 persen menjadi Rp. 55,990 triliun dibandingkan periode sama pada 2006. Selain itu, Jamsostek juga ditopang perolehan laba bersih yang terus meningkat.

Hingga semester pertama 2007, jumlah peserta program Jamsostek mencapai 24,5 juta pekerja, yang berasal dari 158.037 perusahaan. Dari jumlah tersebut, sekitar 16,38 juta pekerja merupakan peserta nonaktif. Angka kepesertaan Jamsostek itu masih rendah jika dibanding dengan jumlah tenaga kerja yang bekerja di dalam hubungan kerja, yang kini mencapai 49,419 juta jiwa. Belum lagi sektor formal yang mencapai lebih dari 45,5 juta pekerja. Tahun 2008 Jamsostek menargetkan menambah kepesertaan 2,5 juta peserta atau naik dari target tahun 2007 sebesar 2 juta orang. Sementara total iurannya juga ditargetkan naik menjadi

sekitar Rp10 triliun. Rencana perubahan badan hukum Jamsostek menjadi dewan wali amanat, dinilai juga merupakan langkah tepat untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat kepada Jamsostek. Terkait hal itu Kementerian Negara BUMN hingga kini masih terus mengkaji draft Rancangan Undang‐Undang (RUU) tentang perubahan badan hukum Jamsostek dari Perseroan Terbatas (PT) menjadi lembaga wali amanah. Dengan terbentuknya wali amanat sebagai pengganti peran Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dalam tubuh Jamsostek, maka laba tidak akan disetorkan kepada pemegang saham (pemerintah) secara langsung tetapi kepada peserta Jamsostek. Pihak Jamsostek pun telah menerapkan sejumlah cara untuk meningkatkan kepesertaan, di antaranya dengan upaya pendekatan aturan dan melalui cara‐cara persuasif. Penegakkan aturan dikoordinasi dengan pemerintah, sedangkan cara persuasif misalnya dengan melaksanakan program peningkatan kesejahteraan karyawan dan sosialisasi. Selain terus berupaya meningkatkan jumlah peserta, Jamsostek juga harus diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan peserta melalui program perumahan dan beasiswa, serta peningkatan pelayanan.

Jamsostek telah melakukan perbaikan‐perbaikan dalam perusahaannya yang didukung oleh peraturan pemerintah seperti : perubahan Peraturan Pemerintah no 64 tahun 2005 menjadi Peraturan Pemerintah no 76 tahun 2007 yang mengubah besarnya santunan untuk jaminan kecelakaan kerja menjadi lebih besar. Perubahan Peraturan Pemerintah ini dapat dilihat pada Lampiran D.

Dalam dokumen BAB II KAJIAN PUSTAKA (Halaman 41-53)

Dokumen terkait