• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peraturan Menteri

DAN SISTEM

4. Gambar rinci meliputi :

2.2 Peraturan Instalasi Listrik .1 Sejarah Singkat .1 Sejarah Singkat

2.2.5 Peraturan Menteri

Disamping Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL-200) yang merupakan Standar Nasional Indonesia SNI 04-0225-2000 terbitan yayasan PUIL ada rambu-rambu perlistrikan lainnya yang diatur oleh menteri.

Sebagai tindak lanjut undang-undang No. 15 tahun 1985, tentang ketenagalistrikan baik dengan PUIL-2000 maupun peraturan menteri (PERMEN) diharapkan dapat melengkapi aturan dalam bidang ketenagalistrikan, terutama menyangkut segi kese-lamatan dan bahaya kebakaran.

Pada tanggal 23 maret 1978 Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik menge-luarkan 2 surat Keputusan :

1. No : 23/PRT/78 tentang Peraturan Instalasi Listrik (PIL)

2. No : 24/PRT/78 tentang Syarat-syarat Pengembangan Listrik (SPL)

PIL ditinjau kembali dengan terbitnya peraturan menteri Pertambangan dan Energi No : 01/P/40M.PE/1990 tentang instalasi ketenagalistrikan yang direvisi lagi dengan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No: 0045 tahun 2005 tentang instalasi ketenagalistrikan serta perubahannya dengan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No: 0046 tahun 2006.

Sedangkan SPL telah mengalami revisi dua kali yaitu Peraturan Menteri Pertam-bangan dan Energi No. 02 P/400/M.PE/1984 tentang Syarat-syarat PengemPertam-bangan Listrik, dan yang terakhir Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi No: 03P/451/ M.PE/1991 tentang Persyaratan Penyambungan Tenaga Listrik.

2.2.5.1 Instalasi Ketenagalistrikan

Beberapa hal penting yang ditetapkan berdasarkan PERMEN-ESDM No: 0046 tahun 2006 antara lain :

x Instalasi Ketenagalistrikan yang selanjutnya disebut instalasi adalah bangunan-bangunan sipil dan elektromekanik, mesin-mesin peralatan, saluran-saluran dan perlengkapannya yang digunakan untuk pembangkitan, konversi, transformasi, penyaluran, distribusi dan pemanfaatan tenaga listrik.

x Konsumen adalah setiap orang atau badan usaha/atau Badan/Lembaga lainnya yang menggunakan tenaga listrik dari instalasi milik pengusaha berdasarkan atas hak yang sah.

64 Instalasi Listrik

x Penyediaan Tenaga Listrik adalah pengadaan tenaga listrik mulai dari titik pembangkitan sampai dengan titik pemakaian.

x Pemanfaatan Tenaga Listrik adalah penggunaan tenaga listrik mulai dari titik pemakaian.

x Tenaga Listrik adalah salah satu bentuk energi sekunder yang dibangkitkan, ditransmisikan dan didistribusikan untuk segala macam keperluan, dan bukan listrik yang dipakai untuk komunikasi atau isyarat.

x Perencanaan adalah suatu kegiatan membuat rancangan yang berupa suatu berkas gambar instalasi atau uraian teknik.

x Pengamanan adalah segala kegiatan, sistem dan perlengkapannya, untuk mencegah bahaya terhadap keamanan instalasi, keselamatan kerja dan keselamatan umum, baik yang diakibatkan oleh instalasi maupun oleh lingkungan.

x Pemeriksaan adalah segala kegiatan untuk mengadakan penilaian terhadap suatu instalasi dengan cara mencocokkan terhadap persyaratan dan spesifikasi teknis yang ditentukan.

x Pengujian adalah segala kegiatan yang bertujuan untuk mengukur dan menilai unjuk kerja suatu instalasi.

x Pengoperasian adalah suatu kegiatan usaha untuk mengendalikan dan mengkoordinasikan antar sistem pada instalasi.

x Pemeliharaan adalah segala kegiatan yang meliputi program pemeriksaan, perawatan, perbaikan dan uji ulang, agar instalasi selalu dalam keadaan baik dan bersih, penggunaannya aman, dan gangguan serta kerusakan mudah diketahui, dicegah atau diperkecil.

x Rekondisi adalah kegiatan untuk memperbaiki kemampuan instalasi penyediaan tenaga listrik menjadi seperti kondisi semula.

x Keselamatan Ketenagalistrikan adalah suatu keadaan yang terwujud apabila terpenuhi persyaratan kondisi andal bagi instalasi dan kondisi aman bagi instalasi dan manusia, baik pekerja maupun masyarakat umum, serta kondisi akrab lingkungan dalam arti tidak merusak lingkungan hidup di sekitar instalasi ketenagalistrikan serta peralatan dan pemanfaat tenaga listrik yang memenuhi standar.

x Instalasi terdiri atas instalasi penyediaan tenaga listrik dan instalasi pemanfaatan tenaga listrik.

Instalasi Listrik 65 x Tahapan pekerjaan instalasi penyediaan tenaga listrik dan instalasi

pemanfaatan tenaga listrik terdiri atas perencanaan, pembangunan dan pemasangan, pemeriksaan dan pengujian, pengoperasian dan pemeliharaan, serta pengamanan sesuai standar yang berlaku.

x Perencanaan instalasi penyediaan tenaga listrik dan instalasi pemanfaatan tenaga listrik konsumen tegangan tinggi dan tegangan menengah terdiri atas :

- gambar situasi/tata letak;

- gambar instalasi;

- diagram garis tunggal instalasi;

- gambar rinci;

- perhitungan teknik;

- daftar bahan instalasi; dan

- uraian dan spesifik tehnik.

x Perancangan instalasi pemanfaatan tenaga listrik konsumen tegangan rendah terdiri atas :

- gambar situasi/tata letak;

- diagram garis tunggal instalasi; dan

- uraian dan spesifikasi tehnik.

x Instalasi penyediaan tenaga listrik yang selesai dibangun dan dipasang, direkondisi, dilakukan perubahan kapasitas, atau direlokasi wajib dilakukan pemeriksaan dan pengujian terhadap kesesuaian dengan ketentuan standar yang berlaku.

x Instalasi pemanfaatan tenaga listrik yang telah selesai dibangun dan dipasang wajib dilakukan pemeriksaan dan pengujian terhadap kesesuaian dengan standar yang berlaku.

x Pengamanan instalasi penyediaan tenaga listrik dan instalasi pemanfaatan tenaga listrik dilakukan berdasarkan persyaratan tehnik yang mengacu pada Standar Nasional Indonesia di bidang ketenagalistrikan, standar internasional, atau standar negara lain yang tidak bertentangan dengan standar ISO/IEC.

2.2.5.2 Peraturan Penyambungan Tenaga Listrik

Beberapa hal penting yang ditetapkan berdasarkan PERMEN-TAMBEN No: 03P/ 451/M.PE/1991 antara lain :

x Pemakai tenaga listrik adalah setiap orang atau Badan Usaha atau

Badan/Lembaga lain yang memakai tenaga listrik dari instalasi pengusaha; x Jaringan tenaga listrik adalah sistem penyaluran/pendistribusian tenaga listrik

yang dapat dioperasikan dengan tegangan rendah, tegangan menengah, tegangan tinggi atau tegangan ekstra tinggi;

x Sambungan tenaga listrik – selanjutnya disingkat ”SL” – adalah penghantar dibawah atau diatas tanah, termasuk peralatannya sebagai bagian instalasi

66 Instalasi Listrik

pengusaha yang merupakan sambungan antara jaringan tenaga listrik milik pengusaha dengan instalasi pelanggan untuk menyalurkan tenaga listrik dengan tegangan rendah atau menengah atau tegangan tinggi atau tegangan ekstra tinggi;

- Tegangan ekstra tinggi adalah tegangan sistem diatas 245.000 (dua ratus empat puluh lima ribu) volt sesuai Standar Listrik Indonesia

- Tegangan tinggi adalah tegangan sistem diatas 35.000(tiga puluh lima ribu) volt sampai dengan 245.000 (dua ratus empat puluh lima ribu) volt sesuai Standar Listrik Indonesia;

x Tegangan menengah adalah tegangan sistem diatas 1.000 (seribu) volt sampai dengan 35.000(tiga puluh lima ribu) volt sesuai Standar Listrik Indonesia;

- Tegangan rendah adalah tegangan sistem diatas 100 (seratus) volt sampai dengan 1.000 (seribu) volt sesuai Standar Listrik Indonesia;

x Alat pembatas adalah alat milik pengusaha yang merupakan pembatasan daya atau tenaga listrik yang dipakai pelanggan;

x Alat pengukur adalah alat milik pengusaha yang merupakan bagian SL

tegangan rendah atau tegangan menengah atau tegangan tinggi atau tegangan ekstra tinggi untuk pengukuran daya atau tegangan listrik dan energi yang digunakan pelanggan;

x Instalasi pengusaha adalah instalasi ketenagalistrikan milik atau yang dikuasai pelanggan sesudah alat pembatas dan atau alat pengukur;

x Instalasi pelanggan adalah instalasi ketenagalistrikan milik atau yang dikuasai pelanggan sesudah alat pembatas dan atau alat pengukur;

x Mutu Tenaga Listrik yang disalurkan pengusaha harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

- Tenaga listrik arus bolak balik yang disalurkan baik fase tunggal, maupun fase tiga dengan frekuensi 50 (lima puluh) Hertz.

- Pada jaringan Tegangan Rendah untuk fase tunggal dengan tegangan Nominal antara fase dengan penghantar nol adalah 230 (Dua ratus tiga puluh) volt dan untuk fase tiga tegangan antar fase adalah 400 (Empat ratus) volt.

- Pada jaringan tegangan menengah dengan tegangan nominal 6.000 (Enam ribu) volt tiga fase tiga kawat 20.000 (Dua puluh ribu) volt tiga fase kawat atau empat kawat dan 35.000 (Tiga puluh lima ribu) volt tiga fase tiga kawat atau fase empat kawat antar fase.

- Variasi tegangan yang diperbolehkan maksimum 5% (lima perseratu) diatas dan 10% (sepuluh perseratus) dibawah tegangan nominal sebagaimana termaksud pada hurup b dan hurup c diatas;

- Pada jaringan tegangan tinggi dan tegangan ekstra tinggi, maka tegangan nominal adalah sesuai standar yang berlaku;

x Pekerjaan penyambungan dan pemasangan instalasi hanya dapat dilakukan apabila telah dipenuhi persyaratan teknis dalam peraturan menteri

Pertambangan dan Energi tentang Instalasi Ketenagalistrikan dan persyaratan penyambungan tenaga listrik dalam peraturan menteri ini.

Instalasi Listrik 67

2.2.6 Peraturan dan Undang-undang Lainnya

Pekerjaan instalasi listrik dalam suatu bangunan melibatkan berbagai instansi terkait, sehingga pelaksanaannya diatur berdasarkan peraturan dan perundangan yang berlaku di Indonesia.

2.2.6.1 Peraturan dan Undang-undang

2.2.6.1.1 Peraturan mengenai bangunan gedung dan menyangkut sarana/ fasilitasnya adalah sebagai berikut :

x Keputusan Menteri P.0 No. 441/KPTS/1998 "Persyaratan Teknis Bangunan Gedung".

x Keputusan Menteri P.0 No. 468/KPTS/1998 "Persyaratan Teknis Aksesibilitas pada Bangunan Umum".

x Keputusan Menteri Negara P.U No. 10/KPTS/2000. "Ketentuan Teknis Pengamanan terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan".

x Peraturan Menteri Nakertrans No.03/MEN/1999 "Syarat-syarat Keselamatan dan Kesehatan kerja lif untuk pengangkutan Orang dan Barang".

x Peraturan Menteri Nakertrans No.05/MEN/1996 "Sistem Manajemen Keselamatan kerja".

x Peraturan Menteri Nakertrans No.02/MEN/1992 "Tata cara penunjukan Ahli K3" x Keputusan Menteri Nakertrans No.186/MEN/1999.

x "Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat kerja".

x Surat Direktur Utama PT PLN No: 02075/161/DIRUT/2007, tentang “Syarat Penyambungan Listrik”.

2.2.6.1.2 Perundang-undangan

x Undang-undang RI No.15/1985, tentang ”Ketenagalistrikan” x Undang-undang RI No.18/1999, tentang "Jasa Konstruksi" x Undang-undang RI No.28/2002, tentang "Bangunan Gedung" x Undang-undang RI No.18/1995 , tentang "Ketenagalistrikan" x Undang-undang RI No.8/1999 , tentang "Perlindungan Konsumen"

x Peraturan Pemerintah No. 102 Tahun 2000, tentang ”Standardisasi Nasional” x Peraturan Pemerintah No. 3 Tahun 2005 (16 Januari 2005) tentang Penyediaan dan

Pemanfaatan Tenaga Listrik.

Pasal 21 ayat (1)

Setiap Usaha penyediaan tenaga listrik wajib memenuhi ketentuan mengenai keselamatan ketenagalistrikan.

Pasal 22 ayat (2)

Setiap instalasi ketenagalistrikan sebelum dioperasikan wajib memiliki sertifikat laik operasi.

Pasal 21 ayat (7)

68 Instalasi Listrik

dilaksanakan oleh suatu lembaga inspeksi independen yang sifat usahanya nirlaba dan ditetapkan oleh menteri.

2.2.6.2 Pedoman-pedoman dan standar terkait

2.2.6.2.1 Mengenai proteksi kebakaran dalam bangunan gedung 1. SNI.03-3987-1995 Tata cara perencanaan dan

pemasangan api ringan. 2. SNI.03-3985-2000 Tata cara perencanaan dan

pemasangan sistem deteksi dan alarm kebakaran. 3. SNI.03-3989-2000 Tata cara perencanaan dan

pemasangan sistem springkler

otomatik.

4. SNI.03-1745-2000 Tata cara perencanaan dan pemasangan sistem pipa tegak

dan slang.

5. SNI.03-1736-2000 Tata cara perencanaan sistem proteksi aktif untuk pencegangan

bahaya kebakaran.

6. SNI.03-1746-2000 Tata cara perencanaan dan pemasangan sarana jalan keluar penyelamatan terhadap

bahaya kebakaran.

7. SNI.03-1735-2000 Tata cara perencanaan akses bangunan dan akses lingkungan untuk pencegahan bahaya kebakaran. 8. SNI.03-1739-1989 Metode pengujian jalar api

9. SNI.03-1714-1989 Metode pengujian tahan api komponen struktur bangunan 2.2.6.2.2 Mengenai : Proteksi terhadap Petir

SNI.03-3990-1995 Tata cara instalasi penangkal petir

untuk bangunan

2.2.6.2.3 Mengenai : Pengkondisian udara

SNI.03-6572-2001 Tata cara perancangan sistem Ventilasi dan pengkondisian udara.

Instalasi Listrik 69 2.2.6.2.4 Mengenai : Transportasi Vertikal

1. SNI.05-2189-1999 Definisi dan istilah

2. SNI.03-2190-1999 Syarat-syarat umum konstruksi lif penumpang yang dijalankan dengan

motor traksi.

3. SNI.03-2190.1-2000 Syarat-syarat umum konstruksi lif

yang dijalankan dengan transmisi hidrolis. 4. SNI.03-2190.2-2000 Syarat-syarat umum konstruksi

lif pelayan (dumbwaiter) yang dijalankan dengan tenaga listrik. 5. SNI.03-6247.1-2000 Syarat-syarat umum konstruksi

lif pasien.

6. SNI.03-6247.2-2000 Syarat-syarat umum konstruksi lif penumpang khusus untuk perumaha 7. SNI.03-6248-2000 Syarat-syarat umum konstruksi

eskalator yang dijalankan dengan

tenaga listrik.

8. SNI.03-6573-2000 Tata cara perancangan sistem transportasi vertikal dalam gedung 9. SNI.03-7017-2004 Pemeriksaan dan pengujian

pesawat lif traksi

Dokumen terkait