• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peraturan perundangan dalam kegiatan penangkapan udang.

Gambar 2 Diagram alir kerangka penelitian

NUSA KAMB ANGAN C ILACAP Tlk PENYU

4.1.4 Peraturan perundangan dalam kegiatan penangkapan udang.

Kegiatan pengelolaan sumber daya perikanan di Indonesia, termasuk penangkapan sumber daya perikanan di perairan Indonesia pada umumnya masih bersifat umum dan nasional serta belum mengarah pada suatu komoditi tertentu dan pada perairan tertentu pula. Hal ini terlihat pada kebijakan – kebijakan dan peraturan – peraturan dibidang pengelolaan sumber daya perikanan yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Perikanan dan Menteri Pertanian pada waktu Direktorat Jenderal Perikanan masih dibawah Departemen Pertanian serta Departemen Kelautan Dan Perikanan pada waktu Direktorat Jenderal Perikanan dikembangkan menjadi Departemen Kelautan Dan Perikanan.

Pengelolaan sumber daya udang atau pengaturan penangkapan udang di laut yang telah diterbitkan dan dilaksanakan oleh pemerintah relatif masih sedikit dan pada umumnya masih menjadi satu dengan pengelolaan sumber daya ikan secara menyeluruh. Peraturan perundangan yang khusus mengatur pengelolaan atau penangkapan udang di laut yang telah diterbitkan oleh pemerintah adalah untuk mengatur kegiatan penangkapan

udang di perairan Indonesia bagian timur yang dilakukan oleh kegiatan Perusahaan Perikanan.

Peraturan perundangan dalam pengelolaan dan penangkapan sumber daya udang dan ikan di laut yang telah diterbitkan dan dilaksanakan oleh pemerintah pusat sebagaimana diuraikan diatas antara lain :

(1) Keputusan Presiden R.I. No. 39 / 1980 adalah peraturan perundangan mengenai penghapusan atau pelarangan operasi penangkapan alat tangkap trawl di seluruh perairan Indonesia dan pelaksanaannya dilapangan masih banyak mengalami kendala dan bahkan peraturan perundangan ini hampir tidak jalan karena masih banyaknya kapal - kapal ikan dengan alat tangkap trawl beroperasi di beberapa perairan, seperti perairan sekitar Kalimantan Timur (perairan Selat Makasar), perairan sekitar Kalimantan Selatan (perairan Selat Makasar dan Laut Jawa), perairan sekitar Kalimantan Tengah (perairan Laut Jawa), perairan sekitar Kalimantan Barat (perairan Laut Natuna dan Laut China Selatan), perairan sekitar Sumatera Timur (perairan Laut Natuna) dan perairan sekitar Sumatera Barat (perairan Samudera Hindia).

(2) Keputusan Presiden R.I. No. 85 / 1982 adalah peraturan perundangan yang mengatur pengoperasian alat tangkap pukat udang di perairan Indonesia bagian timur sebagai pengganti alat tangkap trawl, dimana dalam pengoperasian alat tangkap pukat udang harus dilengkapi dengan TED (Turtle Excluder Device). Dalam pelaksanaan peraturan perundangan ini tidak jalan dan pukat udang beroperasi tidak menggunakanm TED dengan alasan penggunaan TED akan mengurangi hasil tangkapan udang dan ikan.

(3) Keputusan Menteri Pertanian R.I. No. 561 / 1973 yang kemudian diperbaharui dengan Keputusan Menteri Pertanian No. 40 / 1974 adalah peraturan perundangan yang mengatur dan membatasi daerah operasi penangkapan alat tangkap trawl yang kemudian diganti dengan alat tangkap pukat udang di perairan Indonesia bagian timur di luar perairan pada kedalaman isobat 10 meter. Dalam pelaksanaannya peraturan perundangan ini banyak dilanggar oleh kapal – kapal trawl yang kemudian berubah menjadi kapal – kapal pukat udang, karena perairan Indonesia bagian timur, khususnya di perairan Laut Arafura yang termasuk perairan dangkal dan hasil tangkapan udang banyak di perairan dengan kedalaman sekitar isobat 10 meter, sehingga peraturan perundangan ini tidak jalan di lapangan.

(4) Keputusan Menteri Pertanian R.I. No. 02 / 1975 yang kemudian diperbaharui dengan Keputusan Menteri Pertanian No. 930 / 1982 adalah peraturan perundangan yang mengatur pemanfaatan hasil sampingan (by catch) hasil operasi alat tangkap trawl yang kemudian berubah menjadi alat tangkap pukat udang di perairan Indonesia bagian timur. Pelaksanaan peraturan perundangan ini juga tidak jalan di lapangan dikarenakan hasil sampingan alat tangkap trawl atau pukat udang di perairan Indonesia bagian timur pada umumnya dibuang ke laut dan tidak dibawa kedarat. Hal ini dikarenakan apabila hasil sampingan tersebut dibawa ke darat akan memenuhi palka kapal, sehingga akan mengurangi tempat untuk menyimpan udang dan akan lebih menguntungkan jika tempat palka tersebut untuk menyimpan udang.

(5) Keputusan Menteri Pertanian R.I. No. 607 / 1976 yang kemudian diperbaharui dengan Keputusan Menteri Pertanian R.I. No. 392 / 1999 adalah peraturan peruindangan yang mengatur mengenai jalur – jalur penangkapan ikan di laut, termasuk jalur

penangkapan udang. Dalam pelaksanaan peraturan perundangan ini banyak dilanggar di lapangan, sehingga dapat dikatakan bahwa peraturan perundangan ini juga tidak jalan di lapangan, karena di laut tidak ada batasnya dan juga tidak ada yang mengawasi di lapangan.

(6) Keputusan Menteri Pertanian R.I. No. 769 / 1988 adalah peraturan perundangan yang mengatur pengoperasian alat tangkap lampara dasar di perairan Indonesia untuk menangkap ikan dan udang. Dalam pelaksanaannya peraturan perundangan ini banyak dilanggar, seperti ukuran lampara dasar diperkecil sehingga mudah dan dapat ditarik dalam operasi penangkapan di laut oleh kapal yang kecil, sehingga peraturan perundangan ini dapat dikatakan tidak jalan di lapangan. Berdasarkan pertimbangan permasalahan tersebut, maka alat tangkap lampara dasar tidak termasuk salah satu jenis alat tangkap pengganti alat tangkap trawl kebijakan Direktorat Jenderal Perikanan (Balai Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang, 1993).

(7) Keputusan Menteri Eksplorasi Laut Dan Perikanan No. 45 Tahun 2000 mengenai Perizinan Usaha Perikanan dan kemudian dilengkapi dengan Keputusan Menteri Kelautan Dan Perikanan No. Kep. 46/MEN/2001 mengenai Pendaftaran Ulang Perizinan Usaha Penangkapan Ikan.

Peraturan perundangan yang telah diterbitkan oleh pemerintah pusat tersebut diatas sebagai pedoman pemerintah daerah dalam mengatur kegiatan pemanfaatan atau penangkapan sumber daya perikanan di daerah. Peraturan perundangan yang diterbitkan pemerintah daerah yang disebut dengan Peraturan Daerah atau PERDA pada umumnya menyangkut tentang perizinan usaha perikanan dan retribusi, seperti PERDA yang telah

diterbitkan oleh daerah penelitian yaitu Jawa Tengah, Kebumen dan Cilacap serta Jawa Barat dan Ciamis adalah sebagai berikut :

(1) Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Tengah No. 6 Tahun 1978 tentang Surat Izin Usaha Perikanan atau SIUP.

(2) Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Tengah No. 3 Tahun 1999 tentang retribusi pasar grosir dan atau pertokoan.

(3) Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Tengah No. 16 Tahun 2003 tentang Pelelangan Ikan.

(4) Keputusan Gubernur Jawa Tengah No. 9 Tahun 2001 tentang perubahan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Tengah No. 26 Tahun 1999 tentang Petunjuk pelaksanaan Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Tengah No. 3 Tahun 1999 tentang retribusi pasar grosir dan atau pertokoan.

(5) Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap No. 6 Tahun 2001 tentang Tata Ruang Segara Anakan, dimana daerah Plawangan Timur dari Karangbolong sampai sepanjang Sungai Sapuregel Besar yang berada pada posisi 07o45’19’’ LS dan 109o02’12’’ BT sampai 07o43’17’’ LS dan 108o58’38’’ BT merupakan perairan lindung mutlak. (6) Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap No. 4 Tahun 2002 tentang retribusi tempat

pelelangan ikan.

(7) Peraturan Daerah Kabupaten Ciamis No. 8 Tahun 2001 tentang penyelenggaraan dan retribusi pelelangan ikan.

(8) Peraturan Daerah Kabupaten Ciamis No. 9 Tahun 2001 tentang izin usaha perikanan dan kelautan.