• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 PERAWATAN DAN LAPORAN KASUS

4.1.2 Perawatan ortodonti

Maloklusi merupakan kejadian umum yang sering dijumpai pada penderita sindroma Crouzon dan sangat terkait dengan ketidakseimbangan dentoalveolar akibat stenosis kraniofasial. Maloklusi Klas III tipe skeletal yang terjadi pada kasus sindroma Crouzon dapat dikarakteristikan dengan mandibula yang prognati, maksila retrognati, maupun kombinasi keduanya. Secara klinis, profil wajah pasien akan terlihat cembung dengan area nasomaksilaris retrusi. Bibir bawah relatif lebih protusi daripada bibir atas. Lengkung rahang atas biasanya lebih sempit daripada lengkung rahang bawah, overjet terbalik dan overbite insisal yang berlebihan.1-7,10-16

Tujuan utama perawatan ortodonti pada pasien sindroma Crouzon adalah untuk merawat masalah dentoalveolar. Perawatan pada umumnya dilakukan bersamaan dengan perawatan bedah yang tujuan utamanya untuk merawat ketidakharmonisan skeletal. Kedua terapan ilmu ini menjadi kombinasi perawatan yang tepat dalam penanganan penderita sindroma Crouzon. LeFort I osteotomi adalah tindakan pembedahan yang menjadi pilihan utama untuk dikombinasikan dengan perawatan ortodonti pada pasien sindroma Crouzon.

Sindroma Crouzon yang mengakibatkan pertumbuhan gigi bercampur dengan maksila hipoplasi, gigi geligi rahang atas crowding berat, mandibula prognati atau open bite anterior mungkin memerlukan intervensi bedah sebelum setiap perawatan ortodonti. Dalam kasus seperti ini, ahli bedah biasanya akan melakukan tindakan bedah untuk memajukan dari sepertiga wajah tengah untuk mencoba mengurangi

kebutuhan untuk melakukan pembedahan rahang atas tambahan saat mandibula selesai tumbuh normal.

Bila terdeteksi sejak usia dini, maka perawatan ortodonti yang dimaksud disini adalah perawatan yang terbagi menjadi 2 tahap. Tahap pertama merupakan perawatan ortodonti pra-bedah, dan tahap yang kedua merupakan perawatan ortodonti pasca bedah. Pemilihan jenis perawatan akan tergantung kepada kebutuhan masing-masing pasien sesuai dengan tingkat keparahan kasusnya, waktu diagnosa, dan kemauan si pasien itu sendiri. Untuk perawatan pra-bedah tujuan yang ingin dicapai pada umunya adalah untuk mendapatkan koreksi dari skeletal maksila dan gigi untuk memberikan lebar lengkung yang sesuai sebagai akibat maksila yang hipoplasi, pengembangan ruang yang cukup, mengatasi crowding, dan menyelaraskan kedua lengkung. Alat yang biasa digunakan pada perawatan ini seperti fixed rapid palatal expansion appliance (RPE) (Gambar 14 dan 15). Untuk tahap perawatan pasca bedah tujuan yang ingin diperoleh dari perawatan ini adalah

1-7,10,12,15

untuk menyelesaikan detail oklusi dan membangun hubungan fungsional yang tepat. Setelah diperoleh detail oklusi dan hubungan fungsional yang tepat, pasien diberikan retainer dan tetap terus dipantau untuk melihat apakah ada pergerakan lagi dan apakah membutuhkan tindakan bedah tambahan.1

Gambar 14. RPE dengan sekrup Hyrax®.

Gambar 15. RPE menurut McNamara.

Kunci sukses perawatan penderita sindroma Crouzon ini adalah koordinasi antara urutan penanganan dan kedisiplinan. Dengan tujuan menyelaraskan dan meratakan lengkungan gigi untuk menghilangkan kompensasi gigi yang telah berkembang sebagai akibat dari ketidakseimbangan skeletal. Jika displasia pada sepertiga wajah tengah parah, ekstraksi gigi dan pergerakan tambahan terhadap gigi akan dilakukan sebelum dilakukan tindakan pembedahan untuk memperbesar jarak sagital gigi dan memungkinkan untuk memaksimalkan kemajuan sepertiga wajah tengah dan dicapainya wajah yang estetis. Setelah koreksi bedah, pasien akan menyelesaikan perawatan ortodonti untuk keselarasaan akhir dan detail dari oklusi. Masih ada kemungkinan bahwa perbedaan sagital bisa muncul kembali, menyebabkan perlu dilakukannya prosedur bedah atau ortodonti tambahan di awal usia dua puluhan atau di akhir usia remaja pasien. Maka dari itu kerjasama dari tim multidisiplin dan kontrol setelah perawatan selesai sangat berpengaruh terhadap hasil akhir perawatan dan untuk kedepannya. Jika pendekatan yang terkoordinasi antara spesialisasi ini tidak dilaksanakan, maka akibat yang dapat terjadi adalah maloklusi maupun displasia wajah tidak sepenuhnya terkoreksi. Akibatnya pasien akan menghadapi perawatan bedah dan ortodonti tambahan untuk mengembalikan pengobatan sebelumnya yang seharusnya dapat dihindari dengan pendekatan yang terkoordinasi.1-7,10,12,15

4.1.2.1 Bedah ortognati

Bedah ortognati menjadi pilihan perawatan disaat pasien sindroma Crouzon yang akan melakukan perawatan telah mencapai usia akhir remaja atau dewasa. Bedah ortognati disebut juga sebagai bedah rahang korektif. Bedah ortognati adalah bedah untuk memperbaiki kondisi rahang dan wajah yang berhubungan dengan struktur pertumbuhan, masalah maloklusi karena ketidakharmonisan skeletal, sleep apnea, gangguan TMJ, atau masalah ortodonti lain yang tidak dapat dengan mudah diobati dengan hanya menggunakan pesawat ortodonti. Prosedur bedah ini paling tidak dilakukan antara usia 14-18 tahun, saat dimana fase pertumbuhan tulang wajah telah memasuki usia kematangan. Tulang dapat dipotong dan diselaraskan kembali, kemudian ditempatkan sekrup atau plat dan sekrup.

Prosedur bedah ortognatik yang sukses bergantung pada ketaatan terhadap prinsip-prinsip bedah. Aspek penting dari manajemen pasien meliputi, persiapan psikologis pasien, pemeliharaan suplai darah ke gigi dan segmen rahang dimobilisasi, manajemen luka yang tepat perlindungan gigi, tulang dan struktur neurovascular, metode fiksasi untuk segmen tulang, kontrol oklusi yang tepat, dan rehabilitasi untuk fungsi rahang sepenuhnya. Penggunaan anestesi yang sesuai, darah produk atau pengganti, dan pencangkokan tulang juga penting untuk bedah. Nutrisi pra-bedah dan pasca bedah yang baik mendukung penyembuhan dan kembali cepat berfungsi setelah pembedahan.

4-7

4-7

Bedah ortognati dilakukan oleh satu tim ahli bedah oral dan maksilofasial, ahli bedah plastik, atau THT bekerja sama dengan ortodontis. Prosedurnya sering kali dilakukan bersama dengan pemasangan pesawat ortodonti sebelum dan setelah bedah, dan retainer setelah pesawat ortodonti dilepas. Bedah ortognati sering dibutuhkan setelah rekonstruksi dari celah langit-langit atau anomali kraniofasial utama lainnya. Koordinasi yang teliti antara ahli bedah dan dokter gigi menjadi faktor yang sangat penting untuk memastikan bahwa gigi akan dengan benar dan pas pada posisi semestinya setelah dilakukan tindakan pembedahan.

Keuntungan perawatan bedah ortognati yaitu over-koreksi overbite dan relapse yang lebih rendah. Selain itu, pada perawatan bedah ortognati juga dapat

menghasilkan perbaikan profil wajah yang memuaskan. Namun dalam beberapa kondisi, perawatan bedah merupakan kontraindikasi karena alasan limitasi biologis pasien dan juga terkadang pasien menolak untuk dilakukan tindakan bedah.4-7

Dokumen terkait