• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMAKAIAN ENDOSKOPI SECARA TRANSORAL PADA PERAWATAN FRAKTUR SUBKONDILAR MANDIBULA

5.2 PERAWATAN PASKA BEDAH

Setelah selesai operasi pada perawatan fraktur subkondilar juga memungkinkan terjadinya komplikasi terhadap pasien. Maka dari itu dilakukan perawatan paska bedah untuk menghindari terjadinya komplikasi. Pertama dilakukan adalah pemeriksaan kesehatan secara umum, kemudian pemberian antibiotik selama 5-10 hari kedepan.1,12

Pasien harus melakukan pemeriksaan radiografi secara adekuat untuk mengetahui perkembangan fraktur subkondilar yang terjadi. Hal ini dapat juga dilakukan dengan pemeriksaan CT scan1. Dan dapat juga dengan foto panoramik seperti dibawah ini.

Gambar 18. Tinggi ramus pada satu orang pasien dengan sinar-X, A. praoperasi, B. sesudah operasi (1 minggu), C. 6 bulan seterusnya. (Michael miloro, Endoscopic-assisted repair of subcondylar fractures 2003:4)

5.3 KOMPLIKASI

Komplikasi fraktur prosesus kondiloideus adalah gerakan mandibula terbatas, kejang otot,

maloklusi, patologi perubahan TMJ, wajah asimetri, dan ankilosis. Terlepas dari apakah pengobatan dilakukan atau tidak. Dapat juga terjadi pada fraktur pelat timpani, fosa mandibula tulang temporalis, dengan atau tanpa perpindahan dari segmen kondilar ke tengah fosa kranial, kerusakan untuk saraf kranial, cedera pembuluh darah, gangguan pertumbuhan, dan perubahan keseimbangan dalam otot pengunyahan.23 dalam penyembuhan fraktur dapat juga terjadi komplikasi karena teknik, perlengkapan ataupun keadaan yang kurang baik.24 Tetapi dalam teknik ini jarang terjadi komplikasi jika dilakukan dengan prosedur dan indikasi yang benar.1,6,16,25

5.4 KEUNTUNGAN

Pada pembukaan mulut 40 mm dari semua pasien yang dirawat pada teknik transoral dibantu dengan endoskopi tidak ditemukan penyimpangan yang berarti. Tidak ada tanda-tanda disfungsi TMJ dan tidak ada pasien menderita sakit pada daerah TMJ. Setelah 6 bulan perawatan tidak ditemukan adanya tanda-tanda kerusakan saraf wajah pada beberapa penelitian para ahli, panjang luka sangat minimal dan tidak terlihat. Dengan demikian fungsi estetika dapat diterima oleh pasien.1,5,16 Berikut beberapa kelebihan teknik ini:16,25

1. Gambaran fraktur yang ditangkap kamera akurat, tampak dari beberapa sudut. 2. Insisi yang dilakukan minimal dan kerusakan jaringan lunak sedikit.

3. Resiko pendarahan rendah.

4. Resiko terjadinya kerusakan syaraf rendah dan tidak meninggalkan jaringan parut 5. Estetika lebih baik paska operasi, meningkatkan kenyamanan dan kepuasan pada pasien

Pada teknik tertutup perawatan fraktur subkondilar telah mendapatkan hasil yang tidak memuaskan. Seperti terbatasnya fungsi TMJ karena pemendekan ramus. Begitu juga dengan teknik terbuka pada perawatan fraktur subkondilar yang dapat menyebabkan kerusakan saraf wajah dan meninggalkan bekas luka yang dapat mempengaruhi estetika. Kerugian dari dua teknik konvensional di atas kemudian jadi pertimbangan para ahli untuk menggunakan endoskopi.3,5,26

Lee pada 1998 sampai 2002 juga telah mempelajari pada 20 pasien fraktur subkondilar yang sebagian dirawat dengan pendekatan transoral dan sebagian lagi dengan submandibular dengan alat endoskopi. Dia membuktikan bahwa pendekatan submandibular mempunyai resiko kerusakan saraf lebih tinggi.1,30

Gambar 19. A. poto praoperasi dan pemendekan mandibula karena fraktur subkondilar pada saat membuka mulut. B. dua bulan paskaoperasi dengan prosedur endoskopik, dapat membuka mulut hingga 40 mm. (Chen Lee, Subcondylar fracture of the mandible: an endoscopic-assisted technique, 1998:5)

Gambar 20. Computed tomography (CT) pada pria 24 tahun, bilateral subkondilar fraktur dan simphyseal mandibular fraktur. A : praoperasi dengan resolusi tinggi dari koronal pada CT-Scan, tampak gambaran khas malposisi subkondilar. B : paskaoperasi fraktur subkondilar dua sisi, gambaran radiografis menunjukkan keakuratan kondilar dan kembalinya tingggi mandibula. (Chen Lee, Subcondylar fracture of the mandible: an endoscopic-assisted technique, 1998:5)

5.4 KERUGIAN

Teknik ini mempunyai beberapa kerugian. Pendekatan transoral pada perawatan fraktur subkondilar tidak secara rutin digunakan karena alasan kurangnya tenaga ahli, fasilitas alat kesulitan teknis dan visibilitas fraktur yang terbatas.5 kerugian teknik ini adalah:5,16,25

1. Jarang digunakan di rumah sakit, karena keterbatasan alat yang relatif canggih dan mahal

2. Keterbatasan lapangan pandang pada pembedahan

3. Memerlukan tenaga ahli yang mempunyai keahlian khusus yang didapat dari pelatihan dan pengalaman.

Para ahli berharap semakin majunya pemakaian alat tersebut sehingga setiap dokter dapat memutuskan indikasi dan teknik yang dibutuhkan dalam menangani fraktur subkondilar untuk menghindari dan meminimalis kerugian yang akan terjadi. Karena dalam pemakaian endoskopi ini diperlukan pengalaman dokter dan kesiapan pasien, metode ini tidak direkomendasikan untuk ahli bedah kurang berpengalaman.3 Perkembangan teknik baru dan innovasi para ahli diharapkan nantinya semakin memuaskan pasien terhadap hasil yang didapat paskaoperasi.16 Prosedur endoskopi juga telah digunakan pada fraktur ekstremitas, patah tulang pergelangan tangan, leher, kepala dan lainnya.3

BAB 5 KESIMPULAN

Pemakaian endoskopi secara transoral pada perawatan fraktur subkondilar mandibula telah terbukti dapat mengadopsi keuntungan dari dua teknik konvensional yang biasa digunakan, yaitu teknik terbuka dan teknik tertutup. Keuntungannya dapat terlihat pada tidak ada kelainan TMJ paskaoperasi, luka minimal dan kerusakan saraf sedikit. Begitu juga tingkat morbiditas pada pasien dapat diturunkan, sedikit kehilangan darah, waktu penyembuhan cepat dan estetika lebih baik. Sementara itu, kemungkinan terjadinya kerugian dari teknik terbuka dan tertutup sangat kecil. Hal tersebut telah dibuktikan berdasarkan penelitian-penelitian para ahli bedah dengan menggunakan alat endoskopi.

Endoskopi adalah alat yang membantu pemeriksaan perawatan fraktur subkondilar. Dengan proses bedah yang cepat dan tepat. Gambar yang diterima selama pemeriksaan bisa direkam untuk dokumentasi atau evaluasi lebih lanjut. Endoskopi hanya bisa digunakan sebagai alat bantu pembedahan oleh ahli bedah yang punya keahlian khusus dengan indikasi yang tepat. Dan yang paling penting, ahli bedah harus dapat memutuskan apakah suatu teknik baru tersebut menawarkan keuntungan yang lebih dari pada teknik konvensional yang biasa digunakan.

Pendekatan transoral adalah pendekatan bedah yang dapat diandalkan pada fraktur subkondilar karena kelebihannya. Namun, transoral dengan bantuan alat endoskopi masih punya kerugian. Kerugian utama adalah visualisasi kurang baik pada daerah tertentu.. Kesulitan utama dalam mempopulerkan teknik ini adalah kurangnya fasilitas alat dikarenakan mahalnya perangkat alat endoskopi dan masih jarang para ahli bedah yang bisa melakukan prosedur ini karena tidak adan pelatihan khusus.

Dokumen terkait