• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAWATAN SENDI TEMPOROMANDIBULA AKIBAT KELAINAN OKLUSI

3.1 Perawatan Secara Konservatif

Umumnya, rasa tidak enak mendorong pasien mencari pertolongan. Perawatan yang segera dan efisien tidak hanya dapat meredakan penderitaannya tetapi juga membantu mengembalikan rasa percaya diri pasien.11 Adapun perawatan secara konservatif adalah : mengistirahatkan rahang, obat-obatan, latihan, terapi fisik, splin oklusal, perawatan psikososial, karies dan kelainan patologi yang lain, protesa, terapi oklusal, dan faktor pendukung yang lain.

3.1.1 Mengistirahatkan Rahang

Kunjungan pertama biasanya hanya digunakan untuk menentukan diagnosa dan menenangkan pasien, tetapi dapat juga ditambah dengan pemberian nasehat untuk mengistirahatkan rahang dan pengobatan sederhana. Istirahat, berarti menghindari pergerakan rahang yang berlebihan seperti menguap, atau gerak untuk mengunyah makanan yang keras. Gerakan ini memang menimbulkan rasa nyeri dan oleh karena itu , pasien dianjurkan untuk menghindari pergerakan yang menimbulkan rasa nyeri.11

Diet lunak dianjurkan dan semua makanan harus dipotong kecil-kecil. Seperti apel harus dipotong-potong, bukan digigit. Bila mungkin, semua pergerakan rahang yang menimbulkan kliking harus dihindari, walaupun hal ini sulit dilakukan. Dapat juga menganjurkan pasien agar jangan berteriak terhadap keluarga, tetapi hal ini sulit

Sartika Aryanti : Penanggulangan Gangguan Sendi Temporomandibula Akibat Kelainan Oklusi Secara Konservatif, 2007.

USU Repository © 2009

dilakukan. Analogi yang lain dalam memberikan nasehat kepada pasien adalah dengan perumpamaan seperti pasien dengan kaki keseleo. Keadaan ini akan cepat membaik bila kaki diistirahatkan dengan menggantung kaki ke atas bukan terus menerus menggunakannya untuk berjalan.11

3.1.2 Obat-obatan

Perawatan farmakologik dapat membantu meredakan gejala kelainan STM seperti rasa sakit, hiperaktivitas otot, ansietas, dan depresi. Baik pengalaman klinis maupun studi eksperimental terkendali menunjukkan bahwa farmakoterapi dapat menjadi katalis kuat bagi rasa nyaman pasien dan rehabilitasinya bila digunakan sebagai program tatalaksana komprehensif. Obat-obat yang bermanfaat dalam perawatan STM terdiri dari analgetika, kortikosteroid, relaksan otot, anti ansietas, dan anti depresi. Walaupun ada kecendrungan para dokter untuk mengandalkan obat favorit tunggal, sebetulnya tak ada satu pun obat yang benar-benar terbukti manjur untuk seluruh spektrum STM. Untuk menghindari komplikasi tak diharapkan dan efek interaksi buruk serta mencapai kemujaraban maksimal suatu jenis obat, penting sekali memahami spektrum obat-obat yang dapat diberikan untuk STM dan masalah yang lain timbul karena pemakaiannya.1,4,5,9,18

3.1.3 Latihan

Alasan dari perawatan dengan latihan adalah untuk merangsang fungsi mandibula yang normal. Cara ini dapat membantu pasien untuk merelaksasi otot rahang, leher, dan bahu bagian atas, karena dengan demikian otot-otot letih untuk

Sartika Aryanti : Penanggulangan Gangguan Sendi Temporomandibula Akibat Kelainan Oklusi Secara Konservatif, 2007.

USU Repository © 2009

melakukan aktivitas secara benar sekaligus juga melepaskan ketegangan otot. Biasanya dengan latihan teratur dan terarah keluhan akan hilang dalam waktu 3-5 hari. Latihan ini dilakukan selama 10 menit perhari dalam lingkungan yang sunyi, di depan kaca. Program latihan membuka mulut secara aktif yaitu pergerakan laterotrusif ke kiri dan ke kanan, dan pergerakan protrusif. Masing-masing pergerakan diulangi 8-10 kali. Pergerakan ini dilakukan secara maksimal dan mandibula berada pada posisi buka maksimal untuk beberapa detik pada masing-masing pergerakan.4,5,10,11

3.1.4 Terapi Fisik

Terapi fisik merupakan terapi yang mendukung terapi kelainan STM lainnya yakni terapi oklusal dan terapi psikososial. Terapi ini penting dalam kesuksesan manajemen terapi kelainan STM. Terapi fisik dibagi dalam dua kategori yakni :

modalities dan teknik manual. Modalities adalah cara-cara fisik untuk pengubahan

termal, histokemikal dan fisiologik. Tipe-tipe Modalities terdiri dari terapi panas, terapi dingin, elektroterapi, terapi ultrasound, iontoforesis, dan akupunktur.1,5,11

Terapi panas dapat mengurangi rasa nyeri dan kekakuan otot. Caranya adalah meletakkan handuk basah hangat selama 10-15 menit pada daerah yang terserang (biasanya pada daerah masseter) (Gambar 4). Terapi dingin adalah metode yang sederhana dengan menggunakan es yang diletakkan pada area yang spasme untuk mengurangi rasa nyeri. Peralatan elektroterapi yang menghasilkan perubahan termal, histokemikal, dan fisiologik pada otot-otot sendi dibagi dalam stimulasi tegangan tinggi ( stimulasi elektrogalvanik ) dan stimulasi tegangan rendah ( stimulasi saraf

Sartika Aryanti : Penanggulangan Gangguan Sendi Temporomandibula Akibat Kelainan Oklusi Secara Konservatif, 2007.

USU Repository © 2009

elektrik transkutan ). Cara ini mengurangi aktivitas dan nyeri otot serta mempercepat penyembuhan. Terapi ultrasound digunakan untuk menimbulkan panas yang dalam di daerah sendi, menyembuhkan kontraktur sendi dengan mempertinggi peregangan jaringan lunak ekstrakapsular, meredakan nyeri kronik, dan kontraksi otot. Iontoforesis digunakan untuk masalah muskuloskeletal berupa obat (preparat anti inflamasiatau analgetika ) ditarik melalui kulit ke daerah yang terkena pada jaringan dibawahnya. Akupunktur digunakan untuk peratawan nyeri kronik pada salauran kecil neural.1,5

Sedangkan pada teknik manual terdiri dari tiga kategori yaitu : mobilisasi jaringan lunak, muscle conditioning, dan joint distraction. Mobilisasi jaringan lunak merupakan stimulasi dengan cara masase pada daerah nervus sensori kutaneus untuk mengurangi rasa nyeri. Muscle conditioning adalah terapi fisik yang bertujuan merestorasi fungsi otot menjadi normal. Teknik muscle conditioning ini ada beberapa kategori antara lain membatasi pergerakan mandibula dan terapi relaksasi dengan mengkontrol stres emosional. Distraksi pasif pada sendi dapat menambah pergerakan dan menghambat aktivitas otot yang menarik melawan sendi sehingga otot dapat relaksasi. Cara ini dilakukan dengan menekan pada area molar dua bawah menggunakan ibu jari operator.1

Sartika Aryanti : Penanggulangan Gangguan Sendi Temporomandibula Akibat Kelainan Oklusi Secara Konservatif, 2007.

USU Repository © 2009

Gambar 4. Terapi panas menggunakan handuk basah hangat. ( Okeson J.P. Management of temporoman- dibular disorder and occlusion. 4thed. USA : Mosby Year Book, 1998 : 402 )

3.1.5 Splin Oklusal

Efektivitas penggunaan splin oklusal sampai sekarang masih dipertanyakan, akan tetapi menurut penelitian Carraro (1975), penggunaan splin oklusal ternyata dapat mengurangi rasa nyeri pada sendi dan otot bahkan dapat hilang. Beberapa laporan yang mengatakan bahwa penggunaan splin oklusal ternyata mengurangi hiperaktivitas otot dan menghilangkan spasme otot. Hal ini dibuktikan dengan alat elektromiogram pada pasien bruksism dan ternyata ada pengurangan aktivitas pada otot masseter (Gambar 5).1,5,12

Sartika Aryanti : Penanggulangan Gangguan Sendi Temporomandibula Akibat Kelainan Oklusi Secara Konservatif, 2007.

USU Repository © 2009

Gambar 5. Splin oklusal pada maksila. ( Okeson J.P. Management of temporomandibular disorder

and occlusion. 4thed. USA : Mosby Year Book, 1998 : 475 )

Menurut Pameyer (1985), splin oklusal merupakan alat lepas yang menutupi bagian oklusal gigi posterior dan bagian insisal gigi anterior, dapat dibuat pada rahang atas atau rahang bawah. Fungsinya sebagai alat bantu untuk menstabilkan kembali relasi sentrik dengan pola gerak atau lintasan mandibula yang sebenarnya. Permukaan splin oklusal dengan tonjol lawan berfungsi menjaga kestabilan splin. Okeson (1988) mengatakan bahwa pada pemakai splin oklusal ternyata dapat mengurangi nyeri pada sendi sebanyak 75%, demikian juga menurut Tsuga (1979) rasa sakit berkurang sampai 87%.5,12

Callagna (1983) melaporkan bahwa pemakaian splin oklusal pada 24 jam pertama merupakan cara yang efektif untuk memperbaiki neuromuskular dan menstabilkan oklusi sentrik, hal ini dicapai setelah perawatan interkuspasi yang maksimum dengan posisi mandibula pada posisi sentrik. Hal ini didukung dengan keadaan bahwa untuk mendapat oklusi sentrik selama mulut tertutup, harus ada

Sartika Aryanti : Penanggulangan Gangguan Sendi Temporomandibula Akibat Kelainan Oklusi Secara Konservatif, 2007.

USU Repository © 2009

kontak interkuspasi yang maksimum dengan demikian diharapkan kedudukan kondil konsentris pada fosa mandibular. Kedudukan kondil konsentris pada fosa mandibular merupakan kedudukan kondil yang stabil karena kondil bersandar pada lereng eminensia artikularis pada posisi superoanterior.12

Menurut Ramfyord (1985) salah satu tujuan pemakaian splin oklusal adalah untuk menghilangkan spasme oklusal dan menghilangkan kontak prematur. Selain itu juga memacu timbulnya reaksi motorik untuk merangsang terjadinya reposisi letak kondil terhadap fosa artikularis sehingga akan diperoleh oklusi yang seimbang.5,12

3.1.6 Perawatan Psikososial

Aktivitas neuromuskular yang menimbulkan beban yang besar dan berulang-ulang dari sendi, disebabkan terutama oleh tekanan emosi dan ketegangan. Oleh karena itu, usaha menghilangkan faktor-faktor di atas merupakan tujuan utama dalam merawat faktor penyebab sindrom ini. Karena dokter gigi yang sering menghadapi kelainan STM cenderung kurang memiliki pengetahuan psikiatrik, maka tahap ini mungkin merupakan tahap tersulit dalam perawatan kelainan tersebut. Tekanan emosional yang meningkat dapat mempengaruhi fungsi otot dan mengaktifkan sistem nervus simpatik, yang dengan sendirinya merupakan sumber rasa nyeri pada otot.1,11

Tekanan dan ketegangan yang diterima manusia, dibagi menjadi dua kelompok, yaitu yang berhubungan dengan keadaan sehari-hari dan yang disebabkan oleh keadaan tertentu. Stres sehari-hari dapat dialami seluruh manusia setiap waktu walaupun ambang toleransi dan respon sangat berbeda-beda. Contohnya adalah

Sartika Aryanti : Penanggulangan Gangguan Sendi Temporomandibula Akibat Kelainan Oklusi Secara Konservatif, 2007.

USU Repository © 2009

hubungan pribadi, kesulitan keuangan, kesulitan pekerjaan. Daftar ini tidak ada habisnya dan ketegangan yang terjadi seluruhnya merupakan bagian dari kehidupan normal. Problem ini telah mencapai puncaknya pada 'kebudayaan Barat' dan mungkin merupakan penyebab mengapa kelainan STM sangat tinggi prevalensinya pada negara ini.11

Kelompok yang kedua adalah stres emosional yang disebabkan oleh keadaan tertentu seperti problem dalam keluarga, penyakit yang parah atau perubahan mendadak dalam segi penghasilan. Timbulnya kelainan STM sering bersamaan dengan salah satu keadaan tersebut. 11

3.1.7 Karies dan Kelainan Patologi yang Lain

Semua karies gigi harus dihilangkan dan restorasi yang kurang memuaskan atau yang bocor harus diganti. Gigi dengan karies yang besar dan tidak dapat dirawat lagi harus dicabut dan kelainan gigi atau patologi yang lain, dirawat. Faktor-faktor tersebut merupakan sumber rasa tidak enak dan dapat mempengaruhi cara pasien menggigit atau mengunyah. Tetapi harus tetap diingat bahwa kelainan STM dapat makin parah karena perawatan gigi yang terlalu lama dan oleh karena itu, waktu perawatan harus dibuat sesingkat mungkin.11

Gigi-gigi yang ekstrusi, seperti molar yang tidak memiliki antagonis, dapat menimbulkan kesulitan harus dicabut. Hal serupa juga berlaku untuk molar tiga atas yang miring ke bukal yang cenderung menimbulkan trauma pada bagian dalam pipi.11

Sartika Aryanti : Penanggulangan Gangguan Sendi Temporomandibula Akibat Kelainan Oklusi Secara Konservatif, 2007.

USU Repository © 2009

Restorasi prostetik atau penggantian gigi ditentukan berdasarkan jumlah dan letak gigi-gigi yang hilang atau apakah protesa yang sekarang digunakan mengganggu fungsi. Terutama pada keadaan dimana kurangnya dukungan oklusal dari gigi-gigi belakang atau bila pasien menggunakan gigi tiruan yang abrasi, tidak memiliki desain yang baik dan longgar. Gigitan yang terlalu tinggi dapat merangsang sendi terkena beban yang lebih besar dari biasa. Protesa yang longgar dapat merangsang aktivitas otot parafungsional atau fungsi abnormal untuk menstabilkannya selama pasien mengunyah atau istirahat. Protesa overlay dapat digunakan bila terdapat atrisi gigi yang menyeluruh.11

3.1.9 Terapi Oklusal

Perawatan dental mungkin diperlukan untuk pasien kelainan STM, namun diyakini bahwa kebutuhan ini tidak sering dijumpai. Terapi oklusal ini dianggap perlu untuk perawatan menyeluruh pada pasien dengan kelainan STM, bila dukungan oklusal yang ada tidak memadai untuk struktur STM dan bila kurang stabilnya oklusi secara langsung berkaitan dengan menjadi parahnya gejala kelainan STM setelah perawatan awal berhasil. Terapi oklusal ini dapat berupa penyesuaian oklusi seperti pengasahan selektif untuk memperbaiki keadaan oklusal pada restorasi yang terlalu tinggi (Gambar 6), terapi restoratif seperti pembuatan treatment plate atau treatment denture bila ada penurunan dimensi vertikal disertai dengan pergeseran posisi akhir mandibula, atau perawatan ortodontik dengan atau tanpa bedah ortognatik untuk maloklusi dentoskeletal yang parah. Perawatan ini hendaknya dipertimbangkan

Sartika Aryanti : Penanggulangan Gangguan Sendi Temporomandibula Akibat Kelainan Oklusi Secara Konservatif, 2007.

USU Repository © 2009

sebagai perawatan kedua/ tambahan, dan hanya bila rasa sakit sudah mereda, disfungsi sudah berkurang, bunyi sendi mereda tetapi tidak mesti hilang, dan jarak gerak rahang sudah mendekati atau dalam batas normal. Hubungan maksila mandibula, aktivitas neuromuskular, dan masalah psikososial pasien harus sudah stabil sebelum diteruskan dengan terapi oklusal.4,5,11

Gambar 6. Selektif grinding pada tindakan pe- nyesuaian oklusi. ( Okeson J.P. Management

of temporomandibular disorder and occlusion. 4thed. USA : Mosby Year Book, 1998 : 523 )

3.1.10 Faktor Pendukung yang Lain

Faktor lain yang ikut berperan dalam memperberat kelainan adalah kebiasaan seperti mengunyah permen karet, meniup alat musik ( contohnya : terompet ) menyanyi, dan pekerjaan seperti orang yang bekerja dalam mengambil keputusan.11

Dokumen terkait