• Tidak ada hasil yang ditemukan

E. Pembahasan

Penggunaan tempat duduk model tradisional dalam pembelajaran IPA dirasa kurang efektif dan sangat membosankan, apalagi guru dalam menyampaikan materi IPA dengan metode ceramah, tidak menggunakan media pembelajaran, dan tidak melakukan percobaan atau praktek. Dengan begitu, siswa akan merasa bosan, tidak senang, dan kurang bersemangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

Pada tempat duduk model tradisional, biasanya siswa yang paling aktif dan paling cepat menyerap ilmu dari guru yaitu siswa yang duduk di barisan depan. Guru biasanya kurang memperhatikan siswa yang ada di belakang. Siswa yang tempat duduknya di belakang tidak dapat menerima pelajaran secara maksimal.

Biasanya siswa kurang semangat mengikuti pembelajaran IPA, mungkin karena mereka menganggap mata pelajaran IPA itu sulit dan materi-materinya susah dipahami, pembelajarannya membosankan, dan kurang menarik. Oleh karena itu, peneliti mencoba menggunakan beberapa variasi pengaturan tempat duduk siswa pada saat pembelajaran IPA. Cara

0 20 40 60 80 100

Pra Siklus Siklus I Siklus II Siklus III 56.23

66.76 75.36

83

Perbandingan Nilai Rata-rata Hasil

Belajar Siswa

tersebut dapat mengatasi kebosanan siswa di dalam kelas saat mengikuti kegiatan pembelajaran IPA.

Tempat duduk mempengaruhi siswa dalam belajar. Variasi tempat duduk siswa sebaiknya digunakan sesuai dengan kebutuhan. Diperlukan pemilihan tempat duduk yang tepat dan dapat mengoptimalkan kenyamanan dalam kegiatan belajar mengajar. Apabila siswa duduknya hanya ditempatkan pada satu tempat tanpa divariasi maka siswa merasa bosan, apalagi dengan teman duduk sebangku yang setiap harinya sama. Selain bosan, siswa juga hanya akrab atau menganggap teman sebangkunyalah yang paling nyaman. Siswa tidak mau bergaul dengan teman yang lain.

Dengan guru menggunakan berbagai variasi model tempat duduk, yang diganti-ganti setiap harinya, maka siswa akan lebih semangat mengikuti pelajaran, khususnya IPA. Minat belajar siswa terlihat sekali. Siswa antusias dan aktif di kelas, apalagi dengan guru mengelola kelas yang baik. Penggunaan variasi model tempat duduk ini, guru dapat memperhatikan siswa secara menyeluruh. Siswa yang semula hanya duduk di belakang, maka guru mengatur dan menempatkan siswa tersebut di depan. Guru juga mengatur siswa dengan teman-teman yang duduk di sekelilingnya, supaya tidak bosan. Suasana kelas saat pembelajaran IPA menggunakan tempat duduk model tradisional sangat berbeda dengan yang menggunakan variasi model tempat duduk, misalnya model corak tim, huruf U, dan susunan chevron.

Ketika peneliti masuk ke kelas IV untuk melaksanakan penelitian mengenai penggunaan variasi pengaturan tempat duduk, tampak raut wajah siswa yang beaneka ragam, ada siswa yang malu-malu, takut, terlihat bingung, dan ada juga yang sangat antusias. Mungkin siswa masih merasa asing dan belum mengetahui mengenai macam-macam model tempat duduk. Siswa hanya mengetahui satu model tempat duduk saja yaitu model tradisional karena selama ini hanya model tradisional yang diterapkan gurunya di kelas. Namun, ketika guru menjelaskan dan

langsung menerapkan variasi model tempat duduk, siswa mulai paham dan senang dengan menempati posisi duduk mereka yang baru. Suasana belajar IPA di kelas sangat menyenangkan, nyaman dengan tempat duduk mereka, kreatifitas siswa mulai terlihat, siswa sangat aktif, bahkan siswa selalu berebut menjawab pertanyaan guru dan berlomba-lomba untuk menjawabnya.

Minat belajar siswa dalam mengikuti pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) terlihat pada meningkatnya minat siswa saat mengikuti pelajaran pada siklus I, II, dan III. Hal ini dapat dilihat pada prosentase rata-rata minat belajar siswa pada masing-masing siklus yang menunjukkan peningkatan yaitu pra siklus 36,83%, siklus I 44,33%, siklus II 77,66%, dan siklus III 84,49%. Motivasi belajar siswa juga meningkat, sama seperti pada minat belajar di atas, meningkatnya motivasi belajar siswa juga dapat dilihat pada prosentase rata-rata motivasi belajar siswa yang menunjukkan peningkatan pada masing-masing siklus yaitu pra siklus 36,16%, siklus I 40,66%, siklus II 76,99%, dan siklus III 83,83%.

Dengan adanya peningkatan minat dan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan menggunakan variasi pengaturan tempat duduk berdampak pada nilai ketuntasan belajar siswa, yang menunjukkan pada masing-masing siklus yaitu pra siklus dengan rata-rata 56,23, siklus I dengan rata-rata 66,76, siklus II dengan rata-rata 75,36, dan siklus III dengan rata-rata 83.

Siswa merasa senang dan tidak bosan apabila model tempat duduknya berbeda-beda setiap harinya. Guru juga dapat menciptakan pembelajaran yang menyenangkan sehingga siswa termotivasi untuk belajar IPA, yang mungkin pelajaran yang dianggapnya sulit. Menurut Hamid (2011:126) pengaturan tempat duduk dilakukan supaya membuat siswa dan guru mudah bergerak dari satu bagian ke bagian lain dalam kelas, adanya interaksi siswa dan guru secara aktif, dan membuat variasi kerja siswa dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, dengan adanya kemauan siswa dalam belajar IPA, pemberian motivasi guru kepada siswa

dalam belajar, serta dapat memvariasikan tempat duduk dan pembelajaran yang menyenangkan di dalam kelas dapat meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa, nilai yang diperoleh siswa hasil proses pembelajaran juga dapat meningkat.

Penelitian tentang penggunaan variasi pengaturan tempat duduk juga telah dilakukan beberapa peneliti, salah satunya penelitian yang dilakukan oleh Kusnah (2012), yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas I Dengan Variasi Penataan Kelas di SDIT Izzatul Islam Getasan Tahun Ajaran 2011/2012”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya variasi penataan kelas di SDIT Izzatul Islam Getasan ternyata mampu meningkatkan hasil belajar siswa yang dalam hal ini dapat dilihat dari meningkatnya minat, keaktifan, serta hasil belajar atau nilai siswa.

Penelitian ini membuktikan bahwa penggunaan variasi pengaturan tempat duduk dapat meningkatkan minat dan motivasi belajar pada mata pelajaran IPA kelas IV A di SD Negeri 1 Sawahan tahun ajaran 2014/2015. Oleh karena itu, hipotesis pada penelitian ini dapat diterima kebenarannya.

Pada penelitian ini telah terbukti bahwa dengan menggunakan variasi pengaturan tempat duduk, selain dapat meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa, juga berdampak pada nilai ketuntasan belajar siswa. Hal ini dapat dilihat pada tabel rekapan nilai siswa pada setiap siklus di bawah ini:

Tabel 4.24.

Rekapan Nilai Siswa Pada Setiap Siklus

NO. NAMA Pra

Siklus Siklus I Siklus II Siklus III

1. Bagas Yogo Putra P. 40 64 84 92

2. Galuh Candra Kusuma 46 48 76 84

3. Adelia Inggrid Putri M. 70 76 80 84

4. Adinda Valerina Tahta 66 68 76 88

5. Akbar Nurabdi Dwi Saputra

72 76 80 80

6. Alfina Kusuma Agnita 68 80 88 92

7. Aninda Reza Farida 62 64 72 82

8. Anindia Putri Nur F. 48 62 65 80

9. Aprianto Nugroho Tri S. 52 56 64 72

10. Aryaseta Bintang Purnomo

52 52 64 76

11. Ashfia Eka Utami 68 72 88 100

12. Attasa Dwina Kiswara 65 68 80 92

13. Avina Husna Amalia 72 76 80 92

14. Buyung Ayyub Saputra 32 48 62 62

15. Clarisa Septiana N. 48 56 64 64

16. Dira Putra Ramadhan 66 76 84 88

17. Ertania Martha Absela 30 68 68 76

18. Fabi Yudha Kusuma 52 84 84 88

19. Fadhila Rizky Otta P. 68 72 76 84

20. Faizal Wicaksono 56 82 88 96

21. Farah Nur Fadilah 28 44 46 56

22. Febriana Dwi Andika 64 68 72 72

23. Fitri Jayanti 68 76 88 92

24. Gigih Galang Pratama 72 76 80 94

25. Ilham Dwi Pranoto 66 68 80 92

26. Ilham Ramadhan 64 66 80 92

27. Irawati Budi Kusuma 32 36 64 70

28. Iwan Andrianto 62 65 70 84

29. Kelvin Aditya Setyawan 28 68 70 74

30. Latifah Anggun M. 70 88 88 92

Jumlah Nilai 1687 2003 2261 2490

Dokumen terkait