• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan pertumbuhan jumlah wisatawan data aktual dengan

Bireuen. Secara lebih rinci, nama sungai masuk dan keluar Danau Laut Tawar disajikan dalam Tabel 16.

Tabel 16 Sungai masuk dan keluar di Danau Laut Tawar

No Stasiun Lebar Kedalaman

Luas Penampang Sungai Kecepatan Arus Debit (m) (m) m2 m/s m3/detik A. Sungai Masuk 1 Pedemun 2.50 0.4 1.00 0.4 0.40 2 Toweran 5.00 0.25 1.25 0.67 0.84 3 Rawe 2.00 0.02 0.04 1 0.04 4 Kalang 1.00 0.1 0.10 0.67 0.07 5 Bale Nosar 3.00 0.1 0.30 0.5 0.15 6 Nosar Bawah 3.00 0.2 0.60 0.67 0.40 7 Mengaya 2.50 0.6 1.50 0.5 0.75 8 Kala Bintang 4.00 1 4.00 0.25 1.00 9 Kala Bintang I 6.00 1.2 7.20 0.13 0.94 10 Kala Bintang II 6.00 0.6 3.60 0.4 1.44

11 Kala Bintang III 3.00 1.2 3.60 0.1 0.36

12 Kala Bintang IV 2.50 0.6 1.50 0.29 0.44 13 Kala Bintang V 5.00 1.2 6.00 0.11 0.66 14 Klitu 0.50 0.3 0.15 0.46 0.07 15 Ujung Paking 3.00 0.4 1.20 0.67 0.80 16 Kebayakan 3.00 0.4 1.20 0.29 0.35 17 Kala Mampak 1.00 0.3 0.30 0.33 0.10 Total 8.80 Rata-rata 3.12 0.52 1.97 0.44 0.52 B. Sungai Keluar Peusangan 24.38 1.74 42.46 0.68 29.02

Sumber : Husnah et al. (2012); data primer diolah (2014)

Besar debit sungai masuk ke danau mengalami fluktuasi, sangat dipengaruhi oleh musim kemarau dan hujan. Besarnya debit sungai masuk juga mempengaruhi tinggi muka air danau. Setelah curah hujan terendah terjadi di Bulan Juni dan Juli, curah hujan mulai meningkat pada Bulan Agustus dan September, namun muka air danau tertinggi terjadi pada minggu pertama di Bulan Januari dan terendah di minggu ke empat di Bulan September. Fluktuasi tinggi maksimum muka air danau tersebut mencapai 82 cm untuk pengukuran periode 2012-2013 ( Husnah et al. 2013).

Berdasarkan analisis volumetrik, Danau Laut Tawar yang memiliki kedalaman maksimum 84.23 m dan kedalaman rata-rata 25.19 m ini dapat menampung air sebanyak ± 538 842 906.7 m3 (Husnah et al. 2012). Berbeda menurut Saleh et al. (2000) bahwa volume Danau Laut Tawar sebanyak ± 2 537 483 884 m3. Secara lengkap kedalaman Danau Laut Tawar disajikan dalam Gambar 9.

Gambar 9 Peta bathymetri Danau Laut Tawar (Husna et al. 2012)

4.6 Sosial Ekonomi Penduduk

4.6.1 Kependudukan

Penduduk yang tinggal di daerah tangkapan air Danau Laut Tawar merupakan penduduk yang secara administratif bedomisili di empat kecamatan yaitu Kebayakan, Bebesen, Lut Tawar dan Bintang. Jumlah penduduk terbanyak terdapat di Kecamatan Bebesen (30 837 jiwa) dan terendah di Kecamatan Bintang (8 296 jiwa). Secara lengkap jumlah penduduk di daerah tangkapan danau disajikan pada Tabel 17.

Tabel 17 Jumlah penduduk di DTA Danau Laut Tawar

No. Kecamatan Jenis Kelamin Jumlah Rasio Jenis

Kelamin Laki-Laki Wanita 1 Kebayakan 6 906 7 086 13 992 97.46 2 Bebesen 15 578 15 259 30 837 102.09 3 Lut tawar 5 495 5,527 11 022 99.42 4 Bintang 4 207 4 089 8 296 102.89 Jumlah 32 186 31 961 64 147 100.70

Sumber : BPS Kab. Aceh Tengah (2014a; 2014b; 2014c; 2014d)

Perubahan jumlah penduduk di suatu wilayah dipengaruhi oleh angka kelahiran, kematian, penduduk yang pindah dan penduduk yang datang. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan basis data Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Aceh Tengah periode 2011-2013, diperoleh bahwa persentase angka kelahiran penduduk di empat kecamatan yaitu; Kebayakan, Bebesen, Lut Tawar dan Bintang adalah sebesar 2.63 %, kematian sebesar 0.05 %,

51

pindah sebesar 2.14 % dan datang sebesar 2.04 % (Disdukcapil Kab. Aceh Tengah 2014).

4.6.2 Pendidikan

Pendidikan mempunyai peranan penting dalam peningkatan mutu lingkungan termasuk lingkungan perairan danau. Melalui pendidikan, manusia semakin mengetahui dan sadar bahwa aktivitas manusia menghasilkan residu yang mempengarui kualitas lingkungan. Tingkat pendidikan yang tinggi tidak selalu berkorelasi positif dengan kualitas lingkungan yang baik. Namun melalui pendidikan manusia diperkenalkan ide-ide baru yang bersifat membangun serta dengan pendidikan ditanamkan untuk berpikir kritis, kreatif dan rasional.

Danau Laut Tawar berada di wilayah administratif Kabupaten Aceh Tengah. Komposisi jumlah penduduk Kabupaten Aceh Tengah apabila ditinjau dari tingkat pendidikan bervariasi. Persentase jumlah penduduk lulusan SLTA menempati urutan tertinggi mencapai 31.19 % dan terendah lulusan D1/2/3 mencapai 0.47 %. Secara lebih rinci persentase penduduk 10 tahun ke atas menurut ijazah yang dimiliki disajikan pada Tabel 18.

Tabel 18 Persentase penduduk Kabupaten Aceh Tengah menurut ijazah tertinggi yang dimiliki

No. Tingkat Pendidikan %

1 Tidak Tamat SD 13.36 2 SD 27.59 3 SLTP 23.39 4 SLTA 31.19 5 D1/D2/D3 0.47 6 D4/S1 3.36 7 S2/S3 0.64 Jumlah 100

Sumber : BPS Kab. Aceh Tengah (2013a)

Persentase penduduk berdasarkan tingkat pendidikan tertinggi di Kabupaten Aceh Tengah, ternyata tidak sepenuhnya mencerimkan karakteristik jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan yang berdomisili di empat kecamatan daeah tangkapan air Danau Laut Tawar. Persentase penduduk di Kecamatan Kebayakan, Bebesen dan Lut Tawar tertinggi merupakan lulusan SLTA dengan persentase di atas 30 %, sedangkan di Kecamatan Bintang persentase penduduk tertinggi merupakan lulusan SLTP yang mencapai 25.56 %. Jumlah penduduk berumur 5 tahun ke atas menurut kecamatan dan pendidikan tertinggi yang di tamatkan di sajikan pada Tabel 19.

Tabel 19 Jumlah penduduk di sekitar Danau Laut Tawar berdasarkan tingkat pendidikan

No. Tingkat Pendidikan Kecamatan

Kebayakan Bebesen Lut Tawar Bintang

1 Belum/tidak pernah sekolah 268 552 233 148

2 Tidak tamat SD 898 2 310 1 287 974 3 SD 892 2 134 1 429 893 4 SLTP 1 109 2 941 1 727 894 5 SLTA 1 948 4 611 2 665 518 6 Universitas (D1-S3) 439 1 008 631 71 7 Tidak terjawab 4 34 37 0 Jumlah 5 558 13 590 8 009 3 498

Sumber : BPS Kab. Aceh Tengah (2005)

4.6.3 Ekonomi

Struktur ekonomi Kabupaten Aceh Tengah Tengah terbagi dalam tiga sektor besar. Sektor primer terdiri dari sektor pertanian dan pertambangan mencapai 43.05 %, sektor sekunder terdiri dari sektor industri pengolahan, listrik, gas, air bersih dan konstruksi mencapai 20.83 % sedangkan sisanya sebesar 36.12 % merupakan sektor tersier meliputi sektor perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, perumahan dan jasa lainnya. Khusus sektor pertanian, dengan kontribusi sebesar 26.54% tanaman bahan makanan, 50.20% tanaman perkebunan, 6.55% peternakan, 16.17% kehutanan dan 0.54% perikanan (BPS Kab. Aceh Tengah 2014e). Apabila ditinjau dari lapangan usaha, maka sektor-sektor lapangan usaha yang berperanan terhadap PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Kabupaten Aceh Tengah antara lain; sektor pertanian mencapai 42.43 %, konstruksi mencapai 18.67 %, jasa mencapai 15.79 %, perdagangan, hotel dan restoran mencapai 10.18 %, pengangkutan dan komunikasi mencapai 8.03 %, perumahan (real estate) mencapai 2.13 %, industri pengolahan mencapai 1.61 %, pertambangan mencapai 0.62 % serta listrik, gas dan air bersih mencapai 0.55 % (BPS Kab. Aceh Tengah 2014e).

Keadaan ekonomi Kabupaten Aceh Tengah terus menerus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Berdasarkan harga berlaku maupun atas dasar harga konstan, PDRB Kabupaten Aceh Tangah tahun 2010 mencapai Rp 2 685 570 000 000,- dan meningkat di tahun 2013 menjadi Rp 3 701 840 000 000,- atau setara dengan 38.61 %. Pendapatan per kapita Kabupaten Aceh Tegah juga menunjukkan peningkatan periode 2010-2013. Pada Tahun 2010, berdasarkan harga berlaku pendapat per kapita mencapai Rp 15 300 000 dan meningkat di Tahun 2013 menjadi Rp 19 668 238,- atau setara dengan peningkatan sebesar 28.55 % selama tiga tahun atau meningkat rata-rata 9.005 % setiap tahun (BPS Kab. Aceh Tengah 2014e).

53

V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Kualitas Air Danau Laut Tawar

5.1.1 Parameter Fisika, Kimia dan Mikrobiologi Air Danau Laut Tawar

Kualitas air Danau Laut Tawar yang diinginkan, apabila sesuai dengan peruntukannya sehingga tetap dalam kondisi alamiahnya. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan upaya pemantauan kualitas air agar setiap semesternya dapat dilakukan evaluasi. Bardasarkan PP No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, bahwa upaya pemantauan kualitas air diantaranya dilakukan dengan membandingkan kondisi eksisting kualitas air yang telah diukur dan atau diuji dengan kriteria mutu air berdasarkan kelas yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Penilaian kualitas air Danau Laut Tawar dalam penelitian ini, menggunakan kriteria mutu air kelas I. Selain itu, penulis juga menggunakan tetapan mutu air lainnya seperti tetapan lembaga internasional, hasil penelitian nasional maupun internasional sebagai dasar perbandingan. Parameter kualitas air yang dianalisis yakni; fisika, kimia dan mikrobiologi dengan hasil pengukuran langsung dan pungujian laboratorium disajikan pada Lampiran I.

Suhu

Hasil pengukuran menunjukkan bahwa suhu perairan danau relatif stabil untuk semua stasiun. Nilai suhu berkisar antara 23.03-24.03 0C dengan nilai rata- rata 23.65 0C. Suhu tertinggi terdapat pada Stasiun Bintang dan terendah pada Stasiun Toweren. Sebaran nilai rata-rata suhu di perairan danau disajikan pada Gambar 10.

Gambar 10 Sebaran nilai rata-rata suhu (0C) di perairan Danau Laut Tawar

Ket.

A, 23.03 = nama stasiun, konsentrasi

Pertumbuhan dan kehidupan biota perairan danau sangat di pengarui oleh suhu. Suhu pada perairan sangat ditentukan oleh musim, lintang, ketinggian dari permukaan laut, waktu dalam hari, sirkulasi udara, penutupan awan serta aliran dan kedalaman air (Effendi 2003). Perubahan suhu air yang drastis dapat menyebabkan stres atau kematian pada biota air. Suhu mempengaruhi aktivitas metabolisme organisme dan daya larut gas termasuk konsentrasi oksigen terlarut serta proses dekomposisi bahan organik oleh mikroba di perairan.

Kisaran suhu perairan Danau Laut Tawar masih dalam batas normal yakni ± 3 0C (Kemensetneg 2001) dan ± 4 0C (EPA 2001) . Kisaran suhu perairan danau saat ini hampir sama dengan kisaran suhu danau pada tahun-tahun sebelumnya (Ayodhyoa & Machfud 1969; Adriansyah 1988; Hasri 2010).

Padatan Tersuspensi dan Padatan Terlarut

Padatan tersuspensi atau Total Suspended Solit (TSS) adalah padatan yang menyebabkan kekeruhan air, tidak larut dan tidak dapat langsung mengendap terdiri dari partikel-partikel dengan ukuran diameter >10-3 mm. Hasil pengukuran pada setiap stasiun menunjukkan bahwa konsentrasi TSS di perairan Danau Laut Tawar berkisar antara 1.00-2.34 mg/l dengan nilai rata-rata 1.51 mg/l. Konsentrasi TSS di perairan danau dalam kriteria sangat baik, karena masih sangat rendah apabila dibandingkan dengan tetapan maksimum mutu air sebesar 50 mg/l (Kemensetneg 2001; EPA 2001). Sebaran nilai rata-rata TSS perairan danau disajikan pada Gambar 11.

Gambar 11 Sebaran nilai rata-rata TSS (mg/l) di perairan Danau Laut Tawar

Ket.

A, 1.17 = nama stasiun, konsentrasi

A=PD toweren, B=tengah danau, C=PD kelitu, D=PD bintang, E=mampak dan F=TO KJA

Gambar 11 menunjukkan bahwa padatan tersuspensi tertinggi di Stasiun Mampak yaitu sebesar 2.34 mg/l. Stasiun ini merupakan lokasi yang berdekatan dengan permukiman padat penduduk. Hal ini diduga menjadi penyebab tingginya kandungan TSS. Disamping itu, pengamatan visual perairan danau hijau kebiruan

55

yang disebabkan oleh keberadaan fitoplankton yang dapat menambah konsentrasi TSS dalam air. Kelimpahan fitoflankton oleh kelas Bacillariophyceae di stasiun ini mencapai 55 000 sel/l (Nurfadillah et al. 2012).

Padatan terlarut atau Total Dissolved Solid (TDS) adalah bahan-bahan terlarut baik bahan organik maupun anorganik dengan ukuran diameter <10-6 mm. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa konsentrasi TDS berkisar antara 53.17-56.50 mg/l dengan nilai rata-rata 54.47 mg/l. Nilai TDS di perairan Danau Laut Tawar masih sangat baik, kerena nilai ini masih jauh lebih rendah apabila dibandingan dengan tetapan maksimum mutu air sebesar 1 000 mg/l (Kemensetneg 2001). Sebaran nilai rata-rata TDS perairan danau disajikan pada Gambar 12.

Gambar 12 Sebaran nilai rata-rata TDS (mg/l) di perairan Danau Laut Tawar

Ket.

A, 56.50 = nama stasiun, konsentrasi

A=PD toweren, B=tengah danau, C=PD kelitu, D=PD bintang, E=mampak dan F=TO KJA

Gambar 12 menunjukkan bahwa konsentrasi TDS tertinggi di Stasiun Toweren sebesar 56.50 mg/l. Stasiun Toweren merupakan lokasi yang berdekatan dengan permukiman perdesaan dan padat oleh aktivitas pertanian. Hal ini diduga menjadi penyebab tingginya kandungan TDS di Stasiun Toweren.

Kecerahan dan Kekeruhan

Kecerahan merupakan ukuran transparansi perairan. Kecerahan air tergantung pada jumlah partikel dalam air. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa nilai kecerahan perairan Danau Laut Tawar di atas 300 cm, dengan demikian dapat dikatakan bahwa tingkat kesuburan perairan danau dikategorikan oligotrofik (Thomas et al. 1996), berbeda dengan tetapan Permen LH nomor 28 tahun 2009, oligotrofik apabila nilai kecerahan perairan danau ≥ 10 m. Nilai kecerahan perairan Danau Laut Tawar berkisar antara 464-591 cm. Kondisi ini menunjukkan bahwa perairan danau dengan status tropik oligotrofik menuju mesotrofik. Sebaran nilai rata-rata kecerahan di perairan danau disajikan pada Gambar 13.

Gambar 13 Sebaran nilai rata-rata kecerahan di perairan Danau Laut Tawar Gambar 13 menunjukkan bahwa kecerahan tertinggi terjadi di Stasiun Tengah Danau sedalam 591 cm. Tingginya nilai kecerahan ini disebabkan nilai warna dan kekeruhan di stasiun ini relatif lebih rendah yakni 13.50 Platinum

Cobalt (PtCo) dan 0.84 Nephelometric Turbidity Unit (NTU). Disamping itu, nilai

TSS dan TDS di stasiun ini tergolong rendah yakni 1.84 mg/l dan 55.17 mg/l. Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai kekeruhan perairan Danau Laut Tawar berkisar antara 0.84-4.58 NTU dengan nilai rata-rata 2.09 NTU. Kisaran nilai kekeruhan di perairan danau masih relatif aman untuk kepentingan air minum dengan kadar maksimum yang diperbolehkan sebesar 5 NTU (Kemenkes 2002). Sebaran nilai rata-rata kekeruhan di perairan danau disajikan pada Gambar 14.

Gambar 14 Sebaran nilai rata-rata kekeruhan (NTU) di perairan Danau Laut Tawar Mesotrofik 400 1 000 Oligotrofik Eutofik 250 Hipereutofik

57

Ket.

A, 1.03 = nama stasiun, konsentrasi

A=PD toweren, B=tengah danau, C=PD kelitu, D=PD bintang, E=mampak dan F=TO KJA

Kekeruhan mencerminkan keberadaan bahan organik, anorganik terlarut dan tersuspensi, plankton serta organisme lain yang mempengaruhi tingkat kecerahan perairan. Kekeruhan memiliki hubungan positif dengan padatan tersuspensi, namun tidak dengan padatan terlarut (Effendi 2003).

Gambar 14 menunjukkan nilai kekeruhan tertinggi terjadi di Stasiun Mampak yaitu sebesar 4.59 NTU. Tingginya konsentrasi kekeruhan di Stasiun Mampak disebabkan nilai TSS juga tertinggi di stasiun ini yaitu sebesar 2.43 mg/l. Disamping itu waktu pengambilan sampel di Stasiun Mampak dilakukan pada pukul 12.45 WIB dengan arus permukaan yang relatif lebih tinggi, sehingga menyebabkan terjadinya pengadukan dalam air yang berpotensi meningkatkan kekeruhan.

Warna

Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai warna perairan Danau Laut Tawar berkisar antara 12.00-18.00 PtCo dengan nilai rata-rata 14.25 PtCo. Nilai warna perairan Danau Laut Tawar masih relatif aman, karena belum melewati tetapan mutu air sebesar 20 PtCo (EPA 2001). Untuk kepentingan air minum, nilai warna sebaiknya dalam batasan 5-50 PtCo (Effendi 2003). Sebaran nilai rata- rata warna di perairan danau disajikan pada Gambar 15.

Gambar 15 Sebaran nilai rata-rata warna (PtCo) di perairan Danau Laut Tawar

Ket.

A, 18.00 = nama stasiun, konsentrasi

A=PD toweren, B=tengah danau, C=PD kelitu, D=PD bintang, E=mampak dan F=TO KJA

Gambar 15 menunjukkan bahwa nilai warna tertinggi berada di Stasiun Toweren yaitu sebesar 18.00 PtCo. Hal ini diduga disebabkan nilai TDS di stasiun ini relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan stasiun lainnya, yakni 56.55 mg/l.

Stasiun Toweren merupakan lokasi yang berdekatan dengan permukiman penduduk perdesaan dan daerah padat pertanian, aktivitas masyarakat tersebut berpengaruh kepada jumlah bahan organik dan anorganik yang masuk ke danau yang berdampak kepada tingginya nilai TDS. Walaupun secara umum nilai warna masih relatif aman, namun nilai warna khususnya di Stasiun Toweren dan Bintang sudah tidak memenuhi aspek keindahan suatu perairan karena telah melebihi 15 PtCo (Effendi 2003). Stasiun Bintang merupakan salah satu wilayah yang dijadikan tempat wisata (Pantai Menye), sehingga upaya pengelolaan lingkungan khusus wilayah permukiman.

Derajat Keasaman (pH)

Hasil pengukuran menunjukkan bahwa nilai pH perairan Danau Lau Tawar di semua stasiun relatif stabil berkisar antara 8.17-8.43 dengan nilai rata-rata 8.30. Usaha budidaya perairan akan optimal apabila kisaran pH berada di 6.5-9 (Boyd 1982) dan pertumbuhan ikan akan lebih baik apabila kisaran pH 7.5-8.5 (Kordi & Tancung 2005). Kisaran pH di perairan danau masih dalam batasan mutu air perairan alami yakni 6-9 (Kemensetneg 2001). Sebaran nilai rata-rata pH di perairan danau disajikan pada Gambar 16.

Gambar 16 Sebaran nilai rata-rata pH di perairan Danau Laut Tawar

Secara alami, nilai pH secara vertikal di kolom air akan semakin menurun seiring dengan peningkatan kedalaman. Hal ini disebabkan pada lapisan hipolimnium perombakan bahan organik oleh bakteri permentatif akan banyak menghasilkan senyawa organik sederhana seperti asam lemak yang dapat menurunkan pH air (Widdel 1988). Pada penelitian ini, pengambilan sampel dilakukan secara komposit sehingga tidak melihat variasi nilai pH per kedalaman kolom air.

Menurut Husnah & Fahmi (2015) nilai pH > 8 di perairan Danau Laut Tawar diduga karena adanya pelarutan karbonat dari daerah tangkapan air yang terbuka akibat berkurangnya hutan primer kering dan hutan industri. Daerah tangkapan air danau yang sangat curam dengan jenis tanah salah satunya di dominasi oleh tanah kapur (kompleks rezina) yang dapat menyebabkan

6 9

59

peningkatan pH. Hal ini diperkuat oleh data kesadahan (hardness) yang relatif tinggi hingga di sebagian stasiun mencapai ±200 mg CaCO3 per liter di tahun 2012 dan mencapai ±600 mg CaCO3 per liter di tahun 2013 (Husnah & Fahmi 2015). Kesadahan adalah gambaran kation logam divalen (Effendi 2003), seperti kalsium (Ca2+) dan magnesium (Mg2+) pada pH yang tinggi dapat berikatan dengan senyawa bikarbonat dan karbonat. Keberadaan senyawa ini dapat menaikan nilai pH di perairan.

Oksigen Terlarut

Oksigen terlarut atau Dissolved Oxygen (DO) dibutuhkan untuk pernapasan biota perairan. Sumber oksigen terlarut berasal dari fotosintesis dan difusi dari oksigen di atmosfer. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa oksigen terlarut di perairan Danau Laut Tawar berkisar antara 5.28-7.38 mg/l dengan nilai rata-rata 6.35 mg/l. Apabila dibandingan dengan kadar oksigen teoretis pada suhu rata-rata 23.65 0C dengan kandungan oksigen terlarut 8.48 mg/l, maka nilai saturasi oksigen terlarut perairan danau sebesar 74.88% (tidak jenuh) sehingga perairan danau tergolong mesotrofik yakni dalam kisaran 40-80% (Kemen LH 209). Sebaran nilai rata-rata oksigen terlarut di perairan danau disajikan pada Gambar 17.

Gambar 17 Sebaran nilai rata-rata oksigen terlarut di perairan Danau Laut Tawar

Ket.

BM = baku mutu air untuk oksigen terlarut

Nilai oksigen terlarut terendah di Stasiun TO KJA. Rendahnya nilai oksigen terlarut di TO KJA diduga disebabkan karena adanya aktivitas keramba jaring apung. Penumpukan pakan di dasar perairan sebagai residu pakan ikan budidaya yang tidak habis dimakan ikan, secara alami akan terdekomposisi oleh mikroorganisme di dasar perairan. Dalam suasana aerobik, proses dekomposisi tersebut membutuhkan oksigen yang cukup, sehingga ketersediaan oksigen terlarut di perairan semakin menurun. Senada dengan Irianto et al. (2011), bahwa

Tidak tercemar

Tercemar

peningkatan komponen unsur hara khususnya senyawa nitrogen, fosfor dan karbon menyebabkan turunnya kandungan oksigen terlarut. Bahkan Midlen & Redding (1998) mengemukakan bahwa selain penurunan oksigen terlarut, limbah budidaya KJA juga dapat menyebabkan terjadinya eutofikasi dan perubahan struktur komunitas. Dengan demikian nilai oksigen terlarut di Stasiun TO KJA tidak memenuhi tetapan minimim mutu air yakni 6 mg/l (Kemensetneg 2001). Berbeda dengan konsentrasi oksigen terlarut di stasiun lainnya yakni di atas batasan minimum tetapan mutu air.

Kebutuhan Oksigen Biokimiawi

Kebutuhan oksigen biokimiawi adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroba aerob untuk menguraikan bahan organik. BOD5 hanya menggambarkan bahan organik yang dapat diuraikan secara biologis. Hasil pengujian menunjukkan bahwa BOD5 perairan danau berkisar antara 0.19-1.83 mg/l dengan nilai rata-rata 0.84 mg/l. Semua stasiun memiliki nilai nilai rata-rata BOD5 yang berada di bawah tetapan mutu air yakni 2 mg/l (Kemensetneg 2001; EPA 2001). Nilai BOD5 tertinggi terjadi di Stasiun TO KJA. Tingginya nilai BOD di Stasiun TO KJA diduga disebabkan oleh penumpukan sisa pakan ikan di dasar perairan. Dalam proses kimia dan biologi dalam suasana aerob di perairan, bahan organik akan diuraikan oleh mikroorganisme menjadi CO2, H2O dan NO3. Namun pada suasan anaerob dihasilkan CH4, NH3 dan H2S. Sebaran nilai rata-rata BOD5 di perairan danau disajikan pada Gambar 18.

Gambar 18 Sebaran nilai rata-rata BOD5 (mg/l) di perairan Danau Laut Tawar Ket.

A, 1.42 = nama stasiun, konsentrasi

A=PD toweren, B=tengah danau, C=PD kelitu, D=PD bintang, E=mampak dan F=TO KJA

Kebutuhan Oksigen Kimiawi

Kebutuhan oksigen kimiawi adalah jumlah oksigen yang diperlukan agar bahan organik terurai melalui reaksi kimia, baik yang dapat didegradasi secara biologis maupun yang sukar didegradasi. Hasil pengujian menunjukkan bahwa

61

nilai COD perairan Danau Laut Tawar berkisar antara 10.22-28.14 mg/l dengan nilai rata-rata 18.50 mg/l. Menurut Bukit & Yusuf (2002) selain E.coli, BOD5, dan DO, parameter COD juga merupakan parameter dominan yang sering ditemukan di atas tetapan baku mutu air. Hal yang sama juga terjadi di perairan Danau Laut Tawar, dimana semua stasiun memiliki nilai COD berada di atas tetapan maksimum mutu air yakni 10 mg/l (Kemensetneg 2001). Nilai COD yang tinggi mencerminkan banyaknya senyawa organik yang dioksidasi secara kimia (Metcalf & Eddy 2003). Namun apabila dibandingkan dengan mutu air kelas II, maka mutu perairan danau masih di bawah ambang batas baku mutu air yaitu 25 mg/l (Kemensetneg 2001). Senada dengan tetapan lainnya, bahwa nilai COD perairan danau belum tercemar yakni di bawah 40 mg/l (EPA 2001). Sebaran nilai rata-rata COD di perairan danau disajikan pada Gambar 19.

Gambar 19 Sebaran nilai rata-rata COD di perairan Danau Laut Tawar

Ket.

BM = baku mutu air untuk COD

Gambar 19 menunjukkan nilai COD tertinggi terjadi di Stasiun Tengah Danau. Tingginya nilai COD di stasiun ini diduga terjadi penumpukan bahan organik yang disebabkan adanya pengadukan di perairan. Bahan organik yang masuk melalui inlet berpeluang bertemu di tengah danau, sehingga COD tertinggi terjadi di stasiun ini.

Amonia, Nitrat dan Nitrit

Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai amonia perairan Danau Laut Tawar berkisar antara 0.005-0.081 mg/l dengan nilai rata-rata 0.019 mg/l. Konsentrasi amonia di semua stasiun masih di bawah tetapan mutu air yakni 0.2 mg/l (EPA 2001; Kemensetneg 2001). Sebaran nilai rata-rata amonia di perairan danau disajikan pada Gambar 20.

Tercemar

Tidak tercemar

Gambar 20 Sebaran nilai rata-rata amonia (mg/l) di perairan Danau Laut Tawar

Ket.

A, 0.008 = nama stasiun, konsentrasi

A=PD toweren, B=tengah danau, C=PD kelitu, D=PD bintang, E=mampak dan F=TO KJA

Gambar 20 menunjukkan bahwa nilai amonia tertinggi terjadi pada Stasiun Mampak sebesar 0.08 mg/l. Walaupun konsentrasi DO sebesar 6.23 mg/l artinya di atas tetapan maksimum mutu air, namun nilai COD di stasiun ini juga tertinggi kedua setalah Stasiun Tengah Danau yaitu sebesar 21.80 mg/l.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa konsentrasi nitrat di perairan Danau Laut Tawar berkisar antara 0.44-0.66 mg/l dengan nilai rata-rata 0.55 mg/l. Konsentrasi nitrat di semua stasiun masih di bawah tetapan mutu air yakni 10 mg/l (Kemensetneg 2001; EPA 2001). Sebaran nilai rata-rata nitrat di perairan danau disajikan pada Gambar 21.

63

Ket.

A, 0.48 = nama stasiun, konsentrasi

A=PD toweren, B=tengah danau, C=PD kelitu, D=PD bintang, E=mampak dan F=TO KJA

Gambar 21 menunjukkan bahwa nilai nitrat tertinggi terjadi di Stasiun

Dokumen terkait