• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Pengertian, Prinsip dan Tujuan Penilaian

5. Perbandingan self assessment dengan penilaian yang lain

Orsmond (Wulandari, 2009) mengungkapkan perbandingan antara self assessment dengan bentuk assessment lain seperti tertera pada tabel berikut:

23

Tabel 1. Perbandingan self assessment dengan assessment yang lain

No Self assessment Assessment yang lain

1 Berpusat pada siswa Biasanya tidak berpusat pada siswa assessment mengacu pada

assessment yang telah ditentukan atau jika digunakan

2 Kriterianya jelas atau transparan

Kriteria, diberikan pada siswa tanpa didiskusikan terlebih dahulu

3 Siswa memiliki kekuatan atau wewenang

Siswa terisolasi dari assessment sehingga terisolasi dari proses pembelajaran

4 Dapat mendorong deep approach

Pengembangan belajar hanya pada surface approach

5 Memperkenankan siswa untuk membangun pem-belajaran mereka secara aktif

Tidak menyediakan dorongan untuk membangun belajar mandiri

6 Mendorong adanya diskusi antara siswa dan guru

Sedikit diskusi, bahkan kadang-kadang tidak ada

7 Adanya formatif feedback Adanya feedback yang keliru karena ada selang waktu atau kehilangan komunikasi yang terus-menerus antara siswa dan guru

8 Adanya kesempatan untuk mengulas atau mereview kelemahan dalam

pembelajaran

Hasil akhir, hanya sedikit kesempatan untuk merevisi

9 Menyiapkan siswa untuk perjalanan lifelong learning yang terus menerus

Biasanya tujuan akhirnya hanya belajar

10 Memberikan kesempatan yang baik untuk formatif assessment

Sedikit formatif assessment

11 Dapat meningkatkan kepercayaan diri siswa

Memiliki efek negatif terhadap kepercayaan diri

12 Meningkatkan kinerja atau kualitas belajar dari hasil belajar

-

24 C. Metode Praktikum

Mempelajari IPA akan lebih baik jika didukung dengan adanya suatu kegiatan praktikum yang dilakukan di laboratorium. Fungsi dari metode praktikum me-rupakan penunjang kegiatan proses belajar untuk menemukan prinsip tertentu atau menjelaskan tentang prinsip-prinsip yang dikembangkan. Fungsi dari laboratori-um tidak diartikan sebagai tempat untuk kegiatan belajar mengajar yang sekedar untuk mengecek atau mencocokkan kebenaran teori yang telah dijelaskan di kelas, tetapi juga harus dapat menyebabkan proses inkuiri berkembang.

Deboer (1991) menyatakan bahwa telah lama para pendidik berpandangan bahwa kegiatan praktikum merupakan bagian yang penting dalam pembelajaran sains, yang memberi kesempatan seseorang memperoleh pengetahuan melalui kegiatan berbuat dan berpikir, bekerja dalam kelompok serta mengkomunikasikan hasil percobaan sebagai salah satu sarana untuk mengaktualisasikan dirinya. Arifin (2003) menyatakan bahwa kegiatan praktikum berfungsi sebagai penunjang kegi-atan proses belajar untuk menemukan prinsip tertentu atau untuk menjelaskan prinsip-prinsip yang dikembangkan. Kegiatan praktikum merupakan suatu bentuk pembelajaran yang melibatkan peserta didik bekerja dengan benda-benda, bahan-bahan dan peralatan laboratorium, baik secara perorangan maupun kelompok. Hodson (Lestari, 2008) menyatakan bahwa dalam kaitannya dalam belajar kegiat-an praktikum diperlukkegiat-an agar siswa memperoleh pengalamkegiat-an belajar konkrit dkegiat-an sebagai salah satu sarana mengkonfrontasikan miskonsepsi yang dimiliki siswa, dalam usahanya mengkonstruksi pengetahuan baru. Melalui percobaan dalam suatu praktikum memberikan kesempatan siswa untuk memperoleh pengetahuan

25 peristiwa, proposisi, imaginasi, keterampilan berpikir dan keterampilan motorik. Dengan pengalaman sendiri, seseorang akan memperoleh memory of event, suatu gambaran pengalaman yang memiliki efek jangka panjang.

Pabelon dan Mendoza dalam Hartini (2008) menyatakan bahwa praktikum atau kerja laboratorium memiliki tujuan kognitif, psikomotor dan afektif. Tujuan kog-nitif meliputi: mempromosikan pengembangan intelektual, meningkatkan belajar konsep-konsep ilmiah, mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, me-ngembangkan berpikir kreatif, meningkatkan pemahaman sains dan metode ilmi-ah. Tujuan psikomotor/ praktik atau prosedural meliputi: mengembangkan kete-rampilan-keterampilan dalam penilaian investigasi ilmiah, menganalisis temuan data, mengembangkan keterampilan-keterampilan dalam berkomunikasi, dan ke-terampilan dalam bekerja dengan yang lain. Tujuan afektif meliputi: meningkat-kan sikap ilmiah, mempromosimeningkat-kan persepsi-persepsi positif untuk memahami dan mempengaruhi lingkungan.

Keuntungan penggunaan metode praktikum menurut Arifin (Aprilianti, 2009) antara lain:

1. Dapat memberikan gambaran yang konkrit tentang suatu peristiwa. 2. Siswa dapat mengamati proses.

3. Siswa dapat mengembangkan keterampilan inkuiri. 4. Siswa dapat mengembangkan sikap ilmiah.

5. Membantu guru untuk mencapai tujuan pembelajaran lebih efektif dan efisien.

26 D. Penilaian Kinerja

Menurut Arends dan Stiggins (Hartini, 2008), penilaian kinerja adalah tes yang menghendaki siswa mendemonstrasikan kinerjanya pada tugas tertentu serta me-libatkan siswa dan atau menciptakan produk yang spesifik, sehingga penilaian ki-nerja dapat diartikan sebagai penilaian terhadap kiki-nerja yang dapat berupa kete-rampilan tugas-tugas tertentu dan hasil karya yang diciptakan. Rustaman (2003) langkah-langkah yang ditempuh dalam menyusun penilaian kinerja adalah sebagai berikut:

1. Menentukan jenis keterampilan siswa yang akan dinilai.

2. Mengidentifikasi indikator-indikator yang menunjukkan bahwa seorang siswa telah menguasai keterampilan yang akan dinilai.

3. Menentukan jenis kegiatan laboratorium yang memungkinkan siswa memperlihatkan keterampilannya.

4. Membuat alat ukur, berupa “daftar cek” (checklist) atau skala penilaian (rating scale) yang diperlukan pada waktu penilaian.

5. Melaksanakan penilaian.

6. Menentukan skor keterampilan siswa.

Lebih lanjut Rustaman (2003) mengatakan bahwa instrumen merupakan hal yang penting dalam penilaian kinerja. Apabila instrumen yang digunakan jelas dan se-suai kriteria kinerja, maka akan memudahkan melakukan penilaian kinerja sehing-ga dapat dilakukan densehing-gan cepat dan tepat. Penentuan kinerja dan pelaku kinerja dapat dilakukan pada awal kegiatan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pe-nentuan kinerja adalah:

a. Penspesifikasian dalam menuliskan semua elemen kunci dari kinerja

b. Mendefinisikan kinerja yang berurutan untuk masing-masing elemen; misal-nya dimulai dengan menuliskan kualitas kinerja yang paling jelek, paling bagus, dan diantaranya.

27 Stiggins (Diawati, 2009) mengemukakan bahwa elemen-elemen kunci atau di-mensi kinerja ini disebut dengan kriteria kinerja. Kejelasan dan kesesuaian ki-nerja adalah penting untuk penilaian kiki-nerjayang baik. Jika kriterianya jelas, maka hasil metodologi ini akan mudah diaplikasikan, kriteria kinerja tidak hanya difokuskan pada dampak yang diharapkan, tetapi juga pada kejelasan pengung-kapan kriteria kinerja. Asesor kinerja mempunyai kebebasan untuk memilih dari beberapa cara pencatatan hasil-hasil. Mereka dapat memilih pencatat melalui: daftar cek, skala penilaian, catatan lapangan (anecdotal records) dan catatan men-tal yang masing-masing akan dijabarkan dalam Tabel 2.

Tabel 2. Pilihan untuk mencatat penilaian kinerja Asesor

kinerja

Definisi Kekuatan Kelemahan

Daftar cek

Daftar atribut kunci dari kinerja yang baik di cek ada atau tidak

Cepat, bermanfaat dengan sejumlah besar kriteria Hasilnya kurang mendalam Skala peringkat Kinerja secara kontinu dipetakan pada beberapa skala numerik dari rendah sampai tinggi

Dapat mencatat penilaian dan alasannya dalam suatu peringkat

Dapat mencatat secara luas, pengembangan dan pelatihannya mahal Catatan lapangkan Kinerja siswa dituliskan secara detail Dapat menyediakan potret kemampuan yang kaya

Waktu yang banyak diperlukan untuk membaca, menulis dan menginterpretasi Catatan mental Asesor menyimpan penilaian atau deskripsi kinerja dalam ingatan

Cepat dan mudah Sulit untuk

mempertahankan ingatan yang akurat, terutama dengan berlalunya waktu

28 E. Materi Pembelajaran

Dokumen terkait