• Tidak ada hasil yang ditemukan

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5.4. Perbedaan Simpanan Biomassa, Karbon dan CO 2

Simpanan biomassa, karbon dan CO

A2-1 dan A2-B

2 untuk mengikuti perdagangan karbon skema REDD+ dihitung berdasarkan perbedaan biomassa, karbon dan CO2 pada kegiatan produksi, perlindungan hutan dan penanaman antara IUPHHK A2 dengan IUPHHK A1 dan IUPHHK A2 dengan IUPHHK B. Hasil perbedaan simpanan biomassa, karbon dan CO2 antara IUPHHK A2 dengan

IUPHHK A1 diberi simbol A2-1 dan hasil perbedaan simpanan biomassa, karbon dan CO2 antara IUPHHK A2 dengan IUPHHK B diberi simbol A2-B.

5.4.1. Perbedaan Simpanan Biomassa, Karbon dan CO2

Data statistik produksi pada IUPHHK A1, IUPHHK A2 dan IUPHHK B menunjukkan realisasi produksi antara 81%-98% (realisasi produksi kurang dari 100%) dari target produksi. Hasil studi Bahruni (2011) menyebutkan bahwa gambaran kelestarian produksi jangka panjang tidak dapat diukur dengan kriteria rasio target dan realisasi produksi tahunan. Kecenderungan produksi jangka panjang dapat dievaluasi menggunakan rasio antara realisasi produksi dengan AAC.

Kegiatan Produksi

Rasio produksi pada A1, A2 dan B antara 0,2-07 terhadap AAC. Rasio produksi A1 dan B cenderung menurun sedangkan rasio produksi pada A2 cenderung meningkat. Kecenderungan produksi pengelolaan hutan lestari dalam jangka panjang memiliki tingkat produksi yang relatif meningkat dengan rasio 0,38 pada tahun 2004 dan terus meningkat hingga mencapai rasio 0,74 terhadap AAC pada tahun 2009. Kesimpulan yang dapat diambil adalah kelestarian produksi jangka panjang pengelolaan hutan lestari relatif dapat dipertahankan, sedangkan kelestarian produksi pada hutan alam produksi tidak lestari belum mampu dipertahankan.

5.4.1.1. Kegiatan Pemanenan

Simpanan biomassa atau karbon pada kegiatan pemanenan

menggunakan indikator pohon tersedia dan pohon dipanen. Penebangan yang dilakukan oleh IUPHHK A1 sebesar 65,2%/tahun; IUPHHK A2 sebesar 48,35%/tahun dan IUPHHK B sebesar 49,07%/tahun terhadap pohon tersedia. Biomassa pohon tersedia dan pohon dipanen dirangkum pada Tabel 33.

Tabel 34 Simpanan karbon dan CO2

Kegiatan pemanenan

tegakan tinggal

IUPHHK A1 IUPHHK A2 IUPHHK B

Karbon (ton/tahun) CO2 Karbon (ton/tahun) (ton/tahun) CO2 Karbon (ton/tahun) (ton/tahun) CO2 (ton/tahun) Pohon tersedia 140.796 516.723 236.428 867.692 38.045 139.624 Pohon dipanen 82.599 303.138 114.428 419.949 17.849 65.506 Tegakan tinggal 58.198 213.585 122.001 447.743 20.196 74.118

Simpanan karbon tegakan tinggal pada hutan alam produksi lestari (A2) lebih tinggi dari hutan alam produksi tidak lestari (A1 dan B). Rata-rata

persentase biomassa tegakan tinggal terhadap pohon tersedia IUPHHK A1 sebesar 34,8%/tahun; IUPHHK A2 sebesar 51,65%/tahun dan IUPHHK B sebesar 50,93%/tahun. Simpanan karbon tegakan tinggal dari kegiatan pemanenan menunjukkan bahwa hutan lestari melakukan penebangan lebih rendah dari hutan tidak lestari. Hal tersebut mengindikasikan bahwa hutan lestari mampu mempertahankan stok karbon lebih besar dari hutan tidak lestari sehingga mampu mereduksi kehilangan karbon.

Tabel 35 Perbedaan simpanan biomassa, karbon dan CO2

IUPHHK

tegakan tinggal pada kegiatan pemanenan

Biomassa Karbon CO2

(ton/tahun) (ton/tahun) (ton/tahun)

A2-1 127.606 63.803 234.158

A2-B 203.610 101.805 373.625

Hasil perbedaan tegakan tinggal memberikan gambaran bahwa pengelolaan hutan alam produksi lestari mampu mereduksi emisi karbon sebesar 234.158 tCO2 untuk A2-1 dan sebesar 373.625 tCO2

5.4.1.2. Pengurangan Kerusakan Tegakan

untuk A2-B. Hasil perbedaan persentase tegakan tinggal menunjukkan bahwa pengelolaan hutan alam produksi lestari mampu menghindari kehilangan karbon sebesar 16,85%/tahun untuk A2-1 dan 0,72%/tahun untuk A2-B dibandingkan dengan hutan alam produksi tidak lestari. Hasil perbedaan (absolut dan persentase) tersebut menunjukkan bahwa pengelolaan hutan alam produksi lestari mampu mereduksi kehilangan tegakan atau karbon lebih baik dari pengelolaan hutan alam produksi tidak lestari.

Kerusakan terhadap tegakan tinggal akibat kegiatan pemanenan pada IUPHHK bersertifikat (A2) lebih kecil daripada IUPHHK yang belum (A1) dan tidak (B) memiliki sertifikat. IUPHHK yang mengalami kehilangan biomassa terbesar akibat kerusakan tegakan tinggal karena menggunakan metode pemanenan konvensional adalah IUPHHK B. Kerusakan tegakan menyebabkan kehilangan biomassa sebesar 135,55 ton/ha/tahun pada IUPHHK A1; sebesar 64,65 ton/ha/tahun pada A2 dan 323,58 ton/ha/tahun pada IUPHHK B. Rata-rata luas penebangan pada IUPHHK A1 seluas 3.450,48 ha/tahun; IUPHHK A2 dengan luas 4.434,21 ha/tahun dan IUPHHK B seluas 2.061,67 ha/tahun. Perbedaan biomassa, karbon dan CO2 yang hilang akibat kerusakan tegakan tinggal tahun 2011 pada A2-1 dan A2-B diringkas pada Tabel 35.

Tabel 36 Perbedaan biomassa, karbon dan CO2

IUPHHK

yang hilang akibat kerusakan tegakan tinggal pada tahun 2011

Biomassa (ton/tahun) Karbon (ton/tahun) CO2 (ton/tahun) A2-1 181.042 90.521 332.212 A2-B 380.452 190.226 698.130

Hasil perbedaan biomassa, karbon dan CO2 yang hilang akibat kerusakan tegakan tinggal pada tahun 2011 menunjukkan adanya simpanan biomassa, karbon dan CO2 pada A2-1.dan A2-B. Perbedaan teknik yang digunakan untuk pemanenan menyebabkan perbedaan tingkat kerusakan tegakan. Teknik pemanenan RIL yang di gunakan pada IUPHHK A2 memberikan dampak kerusakan yang lebih rendah daripada teknik konvensional yang digunakan pada IUPHHK A1 dan B. Hasil perbedaan kehilangan karbon akibat kerusakan tegakan tinggal memberikan gambaran bahwa pengelolaan hutan alam produksi lestari mampu mengurangi kehilangan karbon sebesar 90.521-190.226 ton C/tahun. Pengelolaan hutan alam produksi lestari yang menerapkan teknik RIL mampu mereduksi emisi CO2

Hasil studi Elias (2002), penerapan metode RIL dapat mengurangi kerusakan hingga 50%. Persentase kerusakan pada blok tebangan yang menerapkan RIL dan blok tebangan yang menerapkan teknik konvensional menunjukkan adanya perbedaan persentase kerusakan pada tingkat vegetasi pohon dan tiang sebesar 21,34%, tingkat pancang dan semai sebesar 15,34% dan 15,82%.

akibat kerusakan tegakan tinggal sebesar 39%-57%/tahun dari pengelolaan hutan alam produksi tidak lestari.

5.4.2. Perbedaan Simpanan Biomassa, Karbon dan CO2

Perkembangan stok hutan merupakan suatu indikator kelestarian produksi yang dapat dievaluasi menggunakan indikator perubahan tutupan hutan (Bahruni, 2011). Perubahan tutupan hutan menjadi semak, rumput dan areal tidak berhutan pada IUPHHK A1, A2 dan B memberikan gambaran perubahan simpanan (stok) karbon hutan.

Kegiatan Perlindungan Hutan

Tabel 37 Biomassa karbon dan CO2

IUPHHK

yang hilang akibat degradasi hutan

(ton/tahun) (tC/tahun) (tCO2/tahun) (%/tahun)

A1 845.936 422.968 1.552.293 1,26

A2 88.971 44.486 163.262 0,15

B 939.806 469.903 1.724.544 1,35

Perhitungan biomassa tutupan hutan pada IUPHHK A1, IUPHHK A2 dan IUPHHK B menunjukkan adanya penurunan total biomassa setiap tahunnya. Kecenderungan perubahan tutupan hutan IUPHHK A2 menunjukkan perubahan tutupan hutan yang menurun dengan laju yang relatif rendah. Laju perubahan tutupan hutan IUPHHK A2 hanya sebesar 0,15%/tahun. Perubahan tutupan hutan IUPHHK A1 dan IUPHHK B relatif lebih tinggi dari IUPHHK A2. Perbedaan biomassa, karbon dan CO2

Tabel 38 Perbedaan biomassa, karbon dan CO

yang hilang akibat degradasi hutan antara pengelolaan hutan alam produksi lestari dan pengelolaan hutan alam produksi tidak lestari diringkas pada tabel berikut:

2

IUPHHK

yang hilang akibat degradasi hutan Biomassa (ton/tahun) Karbon (ton/tahun) CO2 (ton/tahun) A2-1 756.965 378.482 1.389.030 A2-B 850.835 425.417 1.561.282

Hasil perbedaan biomassa, karbon dan CO2 yang hilang akibat degradasi hutan menunjukkan adanya simpanan biomassa, karbon dan CO2 dari kegiatan perlindungan hutan A2-1 dan A2-B. Pengelolaan hutan alam produksi lestari mampu mengurangi laju degradasi sebesar 1,11%/tahun pada A2-1 dan 1,20%/tahun pada A2-B dari pengelolaan hutan alam produksi tidak lestari. Hal tersebut mengindikasikan bahwa upaya dan komitmen pengelola hutan lestari untuk melakukan kegiatan perlindungan hutan terhadap degradasi lebih baik daripada unit manajemen hutan tidak lestari (A1 dan B). Hasil studi Bahruni (2011), beda laju degradasi hutan lestari sebesar 1,98% (periode 1999- 2011) dan 2,44% (periode 2000-2011). Hasil tersebut lebih tinggi dari hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, tetapi tetap sejalan untuk menegaskan bahwa pengelolaan hutan lestari mampu mereduksi laju degradasi dari pengelolaan hutan tidak lestari. Pengelolaan hutan alam produksi lestari melakukan beberapa upaya perlindungan dan pengamanan hutan yaitu (1) membuat menara kebakaran (2) melakukan sosialisasi pencegahan kebakaran seperti membuat rambu-rambu larangan membakar hutan, larangan berburu hewan yang dilindungi, dilarang berladang dan dilarang menebang pohon disempadan sungai (3) melakukan patroli pengamanan hutan 2-3 kali dalam setiap bulan dan

terkadang dibantu aparat setempat (4) memiliki tata batas yang jelas (5) mengalokasikan dana yang lebih besar (dari hutan tidak lestari) kegiatan perlindungan dan pengamanan hutan.

Tabel 37 memberikan gambaran bahwa pengelolaan hutan alam produksi lestari dapat mempertahankan karbon hutan lebih baik dari pengelolaan hutan alam produksi tidak lestari dan diharapkan mampu melestarikan produksi jangka panjang. Pengelolaan hutan alam produksi lestari mampu mengurangi penurunan/kehilangan stok hutan akibat degradasi (dibandingkan dengan pengelolaan hutan alam produksi tidak lestari) sehingga mampu mereduksi emisi karbon hutan sebesar 1.389.030 ton CO2/tahun hingga 1.561.282 ton CO2

5.4.3. Perbedaan Simpanan Biomassa, Karbon dan CO

/tahun. Pengelolaan hutan alam produksi lestari mampu mengurangi laju degradasi antara 1,11%-1,20%/tahun dari pengelolaan hutan alam produksi lestari.

2

Pada IUPHHK A1 dan IUPHHK B menggunakan sistem TPTI dan IUPHHK A2 mulai tahun 2006 menerapkan sistem TPTII dengan teknik silvikultur intensif. Jumlah penanaman yang dilakukan IUPHHK bersertifikat lebih besar daripada IUPHHK yang belum dan tidak bersertifikat. Teknik silvikultur intensif yang diterapkan pada IUPHHK A2 mempengaruhi kegiatan penanaman yang dilakukan. Penanaman jalur yang dilakukan IUPHHK A2 pada tahun 2006 hingga 2009 antara 143 – 200 batang/ha.

pada Kegiatan Penanaman

Kegiatan penanaman pada IUPHHK A2 cenderung mengalami peningkatan yang signifikan mulai tahun 2006. Data penanaman tahun 2006 merupakan gambaran kegiatan penanaman dari hutan yang bersertifikat dan penanaman yang dilakukan sebelum tahun 2004 merupakan gambaran kegiatan penanaman yang dilakukan IUPHHK A sebelum memiliki sertifikat.

Hasil perbedaan penanaman menunjukkan bahwa penanaman yang dilakukan IUPHHK A2 lebih besar dari IUPHHK A1 dan B. Rata-rata biomassa penanaman IUPHHK A1 sebesar 0,978 ton/tahun; IUPHHK A2 sebesar 2,544 ton/tahun dan IUPHHK B sebesar 0,195 ton/tahun. Kegiatan penanaman hutan bersertifikat yang lebih besar mencerminkan upaya yang dilakukan untuk meningkatkan stok tegakan pada hutan bersertifikat lebih baik dari hutan yang tidak bersertifikat. Beda biomassa penanaman IUPHHK A2-1 dan A2-B merupakan simpanan biomassa kegiatan penanaman.

IUPHHK Biomassa (ton/tahun) Karbon (ton/tahun) CO2 (ton/tahun)

A2-1 1,565 0,78 2,87

A2-B 2,349 1,17 4,31

Hasil perbedaan biomassa, karbon dan CO2

Simpanan biomassa pada A2-B menjadi lebih besar dari simpanan biomaassa A2-1 karena rendahnya kegiatan penanaman yang dilakukan pada IUPHHK B. Pengelolaan hutan di IUPHHK B mengalami beberapa permasalahan yaitu kurangnya modal untuk pengelolaan hutan dan kurangnya komitmen pengelola untuk menerapkan pengelolaan hutan dengan baik sehingga menyebabkan (1) terkendalanya kegiatan pengelolaan hutan (2) kurangnya tenaga kerja (3) kurangnya motivasi untuk menerapkan pengelolaan hutan lestari.

kegiatan penanaman menunjukkan simpanan biomassa A2-1 dan A2-B. Hasil tersebut menegaskan bahwa hutan yang dikelola secara lestari mampu meningkatkan stok karbon hutan sebesar 0,78 tC/tahun (A2-1) dan 1,17 tC/tahun (A2-B). Perhitungan stok karbon tersebut, diperoleh dari pendugaan simpanan karbon tanaman pada tingkat semai Perhitungan perbedaan stok tegakan pada kegiatan penanaman tidak memperhitungkan pertumbuhan tanaman/kemampuan meningkatkan stok karbon dari proses fiksasi. Hasil perhitungan peningkatan stok tegakan pada kegiatan penanaman lebih rendah dari nilai kemampuan meningkatkan stok karbon sesungguhnya.

5.4.4. Total Biomassa, Karbon dan CO

Perolehan simpanan biomassa A2-1 dan A2-B memberikan gambaran bahwa pengelolaan hutan alam produksi lestari mampu mempertahankan tegakan atau karbon lebih baik daripada hutan alam produksi tidak lestari. Total simpanan biomassa, karbon dan CO

2

2

Tabel 40 Total simpanan biomassa, karbon dan CO

pada A2-1 dan A2-B diperoleh dari penjumlahan simpanan pada kegiatan produksi, perlindungan hutan dan penanaman. 2 IUPHHK Biomassa (ton/tahun) Karbon (ton/tahun) CO2 (ton/tahun) A2-1 1.065.615 532.807 1.955.403 A2-B 1.434.900 717.450 2.633.041

Pengelolaan hutan alam produksi lestari mampu mempertahankan simpanan biomassa tegakan lebih baik dari hutan yang dikelola tidak lestari. Berdasarkan kecenderungan produksi jangka panjang pada pengelolaan hutan

alam produksi lestari menunjukkan tingkat produksi yang relatif meningkat. Pengelolaan hutan alam produksi lestari mampu mereduksi emisi karbon hutan sebesar 74,52%/tahun untuk A2-1 dan sebesar 87,11%/tahun untuk A2-B. Kemampuan reduksi biomassa, karbon dan CO2

Tabel 41 Kemampuan reduksi biomassa, karbon dan CO

pengelolaan hutan alam produksi lestari disajikan pada tabel berikut:

2

IUPHHK

pengelolaan hutan alam produksi lestari

Reduksi biomassa (ton/ha/tahun) Reduksi karbon (ton/ha/tahun) Reduksi CO2 (ton/ha/tahun) A2-1 4,92 2,46 9,03 A2-B 6,63 3,31 12,16