• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Tingkat Kecemasan dalam Proses Menyusui Antara Ibu Primipara dan Multipara

HASIL PENELITIAN

B. Perbedaan Tingkat Kecemasan dalam Proses Menyusui Antara Ibu Primipara dan Multipara

Setelah dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan statistik analitik

Independent t-test didapatkan hasil terdapat perbedaan rerata yang signifikan

antara skor tingkat kecemasan dalam proses menyusui pada ibu primipara dan multipara dimana skor tingkat kecemasan dalam proses menyusui pada ibu

commit to user

primipara lebih tinggi daripada ibu multipara. Berdasarkan mean skor tingkat

kecemasan dalam proses menyusui dapat dikatakan bahwa skor tingkat kecemasan pada ibu primipara berada pada kategori sedang sedangkan pada ibu multipara berada pada kategori ringan. Hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa ada perbedaan tingkat kecemasan dalam proses menyusui antara ibu primipara dan ibu multipara dapat diterima.

Perbedaan tingkat kecemasan tersebut dapat diketahui dari perhitungan skor pada masing-masing indikator skala tingkat kecemasan dalam proses menyusui yang disusun oleh peneliti. Skala tingkat kecemasan dalam proses menyusui disusun berdasarkan 3 respons kecemasan yaitu respons kognitif, emosional dan fisiologis.

Berdasarkan perhitungan pada indikator kognitif, didapatkan skor yang cukup berbeda pada sub indikator perhatian yang berlebihan. Sebanyak 63% kelompok ibu primipara dan 47 % kelompok ibu multipara menyatakan bahwa perhatiannya saat ini hanya tertuju pada bayinya saja. Perbedaan ini mungkin dikarenakan ibu multipara sudah memiliki beberapa anak sebelumnya sehingga perhatiannya tidak hanya tertuju pada bayinya saja tetapi juga pada keadaan anak-anaknya yang lain. Pendapat ini didukung oleh teori yang menyatakan bahwa kecemasan ibu multipara lebih terkait dengan sikap saudara kandung (sibling) terhadap bayi yang baru lahir (Handerson, 2005).

Perhitungan skor yang cukup berbeda juga ditemukan pada sub indikator termenung dimana sebanyak 30 % kelompok ibu primipara dan 20 % kelompok ibu multipara sering melamun memikirkan keadaan anak. Dari

commit to user

wawancara mendalam yang dilakukan oleh peneliti, kebanyakan ibu primipara melamun untuk memikirkan bagaimana kehidupannya kelak saat merawat dan mengasuh bayinya setelah keluar dari Rumah Sakit. Kemungkinan penyebabnya adalah ibu primipara masih perlu beradaptasi dengan keadaan pasca persalinan sedangkan bagi ibu multipara, hal ini mungkin kurang berlaku mengingat ibu multipara sudah mulai terbiasa dengan kehadiran anggota keluarga baru. Menurut Fraser (2009) banyak ibu merasa takut disebut sebagai ibu yang buruk jika mengungkapkan kekhawatiran mereka. Oleh karena itu, emosi yang menyakitkan tersebut akan dipendam dan ibu akan sering melamun untuk memikirkannya.

Selain itu, perhitungan skor yang cukup berbeda juga ditemukan pada sub indikator unfavourable statement. Sekitar 77 % kelompok ibu primipara

dan 87 % kelompok ibu multipara tidak kebingungan dalam menempatkan posisi bayi saat menyusui. Perbedaan skor ini mungkin dikarenakan ibu primipara masih belum berpengalaman dalam menyusui bayi dan masih terbatasnya pengetahuan yang dimiliki.

Keterbatasan pengetahuan yang dimiliki ibu primipara tersebut membuat ibu primipara lebih banyak membutuhkan bantuan dari orang lain. Dalam penelitian ini, ada sekitar 37 % kelompok ibu primipara dan 13 % kelompok ibu multipara yang membutuhkan bantuan orang lain dalam merawat bayinya. Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Handerson (2005) ibu primipara sering membutuhkan lebih banyak informasi praktis tentang cara menyusui, menggendong, menenangkan dan merawat bayi baru lahir. Hal ini juga

commit to user

didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Andrianny (2005) bahwa pengalaman ibu dalam mengurus anak berpengaruh terhadap pengetahuannya tentang ASI ekslusif. Menurut Notoadmojo (2007) pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya oleh pengalaman yang diperoleh seseorang baik pengalaman sendiri maupun orang lain. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2007) menyatakan bahwa paritas ibu berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan dalam pemberian ASI.

Dari hasil perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa respons kognitif terhadap kecemasan yang dialami ibu primipara lebih tinggi daripada ibu multipara. Menurut Carpenito (2006) seseorang dikatakan cemas apabila mengalami respons kognitif berupa tidak mampu berkonsentrasi, kurangnya orientasi lingkungan, pelupa, termenung, orientasi pada masa lalu daripada saat ini, memblok pikiran dan adanya perhatian yang berlebihan.

Selain respons kognitif, respons emosi juga dapat menunjukkan seberapa tinggi tingkat kecemasan yang dimiliki seseorang. Berdasarkan perhitungan skor pada beberapa sub indikator emosional, didapatkan perhitungan skor yang cukup berbeda antara ibu primipara dan multipara. Sebanyak 73 % kelompok ibu primipara dan 40 % kelompok ibu multipara sering mengalami perubahan perasaan selama menyusui. Hal ini mungkin terkait dengan usia ibu. Usia ibu primipara yang masih muda mungkin membuat kestabilan emosi yang dimilikinya masih belum matang bila dibandingkan dengan ibu multipara. Menurut Fraser (2009) ibu baru cenderung mudah kesal dan sangat

commit to user

sensitif sehingga keseimbangan emosi sangat mudah hilang karena merasa tertekan dan mudah marah oleh kesalahan kecil.

Ketidakstabilan emosi tersebut ternyata berpengaruh terhadap sikap ibu pada orang lain. Ibu primipara lebih cenderung menyalahkan orang lain atau suami. Sebanyak 57 % ibu primipara berpendapat suami harus turut serta dalam merawat bayi meskipun pekerjaan suami sudah cukup banyak. Pendapat tersebut ternyata hanya berlaku bagi 47 % ibu multipara.

Sebanyak 93 % ibu multipara merasa yakin mampu mengatasi segala permasalahan dalam proses menyusui sedangkan hanya 87 % ibu primipara yang memiliki keyakinan yang serupa. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ulandari (2011) bahwa individu dengan kestabilan emosi yang tinggi akan bersikap tenang, merasa aman dan tidak nervous sebaliknya individu yang memiliki kestabilan emosi rendah akan cenderung mudah cemas, emosional, malu dan murung.

Perbedaan skor tingkat kecemasan dalam proses menyusui selanjutnya terletak pada sub indikator ketakutan. Sebanyak 57 % kelompok ibu primipara dan 33 % kelompok ibu multipara memiliki ketakutan bayinya akan tersedak saat proses menyusui. Ketakutan tersebut mungkin terkait dengan kekhawatiran yang berlebihan dari ibu primipara terhadap bahaya yang mengancam bayinya. Ketakutan merupakan reaksi emosional langsung terhadap bahaya yang dihadapi yang ditandai oleh adanya kecenderungan untuk lari dan sering kali juga ditandai oleh adanya desakan dalam cabang simpatik dari sistem saraf otonom (Durrand, 2006).

commit to user

Dalam penelitian ini hanya terdapat 87 % kelompok ibu primipara dan 93 % kelompok ibu multipara yang menyatakan dirinya merasa rileks dalam proses menyusui. Sebanyak 70% kelompok ibu primipara dan 53% kelompok ibu multipara merasa gugup dalam proses menyusui. Perbedaan itu mungkin disebabkan tekanan dan kekhawatiran yang dirasakan oleh ibu primipara lebih besar daripada yang dirasakan ibu multipara. Sebagai seorang ibu baru, ibu primipara akan berusaha keras menjadi seorang ibu yang baik. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa menyusui merupakan pengalaman baru yang dapat menjadi stressor bagi ibu primipara (Nichol, 2005).

Menurut Carpenito (2006) seseorang dikatakan cemas apabila mengalami respons emosional seperti ketakutan, tidak berdaya, gugup, kehilangan percaya diri, kehilangan kontrol, tegang, tidak dapat rileks, tidak sabar, marah, menangis, cenderung menyalahkan orang lain, mengkritik diri sendiri, menarik diri, kurang inisiatif dan mengutuk diri sendiri. Perbedaan tingkat kecemasan dalam proses menyusui dapat terlihat dari respons emosional yang dialami ibu primipara ternyata lebih tinggi dibandingkan dengan respons emosional yang dialami ibu multipara.

Kondisi fisik juga memberikan kontribusi timbulnya rasa cemas pada ibu. Sekitar 70 % ibu primipara mengeluh tidak dapat beristirahat dengan tenang di malam hari karena bayinya rewel meminta ASI (Air Susu Ibu). Kelelahan yang dialami ibu primipara mungkin disebabkan karena proses persalinannya yang lebih panjang dibandingkan ibu multipara. Kelelahan itulah yang menyebabkan ibu primipara masih terlihat ragu untuk menyusui

commit to user

bayinya. Ibu primipara masih menginginkan istirahat yang cukup untuk memulihkan kondisi badannya pasca persalinan. Hanya sekitar 47 % ibu multipara yang merasa kelelahan saat menyusui bayinya. Kemungkinan penyebabnya adalah ibu multipara sudah bisa menerima keadaan bahwa rasa lelah tersebut adalah hal yang wajar setelah persalinan dan sudah terbiasa melakukannya sehingga tidak menjadi beban ibu dalam menyelesaikan tanggungjawabnya untuk merawat dan menyusui bayi.

Menurut Husada dalam Andari (2007) kelelahan fisik bisa melemahkan kondisi mental individu sehingga memudahkan timbulnya simptom-simptom

neurotic penyebab kecemasan. Seseorang dapat dikatakan mengalami

kecemasan apabila secara fisiologis mengalami peningkatan frekuensi nadi, gemetar, insomnia, kelelahan, sakit badan dan nyeri, gelisah, pusing, mual, sering berkemih, mulut kering, peningkatan frekuensi nafas, peningkatan tekanan darah serta diare (Carpenito, 2006).

Berdasarkan dari hasil penelitan dan teori pendukung, peneliti beranggapan bahwa perbedaan tingkat kecemasan dalam proses menyusui pada ibu primipara dan multipara dapat disebabkan karena respons-respons kecemasan yang dialami ibu primipara lebih tinggi dibandingkan respons-respons yang dialami ibu multipara. Selain itu, kecemasan dalam proses menyusui juga dapat disebabkan beberapa faktor lain seperti usia ibu, kondisi bayi, riwayat persalinan, ketidaknyaman pada payudara ibu serta ibu yang pernah abortus pada kehamilan pertamanya. Penelitian ini dapat

commit to user

digeneralisasikan ke populasi penelitian akan tetapi untuk populasi yang lain perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.

commit to user

49 BAB VI

Dokumen terkait