• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Tingkat Kelekatan Aman Anak Dilihat dari Status Pekerjaan Ibu

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

C. Perbedaan Tingkat Kelekatan Aman Anak Dilihat dari Status Pekerjaan Ibu

Ibu juga memiliki keyakinan akan kesanggupan dan prioritas terhadap perannya sebagai ibu rumah tangga (Handayani dan Novianto; Kristiyanti, 2006).

C. Perbedaan Tingkat Kelekatan Aman Anak Dilihat dari Status Pekerjaan Ibu

Keamanan dan ketidakamanan kelekatan yang dialami oleh anak tergantung pada seberapa peka dan tanggap seorang pengasuh atau ibu terhadap sinyal yang disampaikan oleh anak. Maka dari itu, anak yang merasakan kelekatan yang aman cenderung memiliki ibu yang peka, menerima, dan dapat mengekspresikan afeksi terhadap anak dibandingkan dengan anak yang tidak merasakan kelekatan yang aman (Pederson, dkk, 1989; Santrock, 2000).

Kepekaan dan ketanggapan ibu pada sinyal yang disampaikan oleh anak terkait juga dengan kuantitas kebersamaan antara ibu dan anak. Kemudian, kuantitas kebersamaan ibu dan anak ini terkait dengan banyaknya waktu yang

28

dihabiskan ibu bersama anaknya (Isabella, Belsky, & Von Eye, 1989; Kiser et al., 1986; Isabella & Belsky, 1991). Dengan kata lain, kuantitas kebersamaan ibu dan anak memiliki hubungan dengan kelekatan antara ibu dan anak (Isabella, Belsky, & Von Eye, 1989; Kiser et al., 1986; Isabella & Belsky, 1991).

Fenomena saat ini, banyak ibu yang memiliki pekerjaan diluar pekerjaannya sebagai ibu rumah tangga. Fenomena tersebut membuat adanya perbedaan terhadap konsekuensi-konsekuensi yang ditimbulkan oleh status pekerjaan ibu. Berdasarkan survey yang dilakukan oleh peneliti, ditemukan bahwa konsekuensi-konsekuensi tersebut akan memunculkan perbedaan peluang ibu dalam mengasuh anaknya. Adanya perbedaan peluang ibu dalam mengasuh anaknya, dapat memunculkan perbedaan tingkat kelekatan aman yang terbentuk pada anak. Perbedaan peluang ibu dalam pengasuhan anak salah satunya dipengaruhi oleh banyaknya waktu yang dihabiskan ibu untuk bersama dengan anaknya.

Pada status bekerja di luar rumah, dimana jadwal kerja padat dan jumlah jam kerja tinggi, menyebabkan ibu lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah. Menurut Moonhouse dan William (dalam Shaevits, 1991; Gunanto, 1997; Rinto, 2004), bagi ibu yang bekerja di luar rumah akan memunculkan peran baru dalam kehidupannya yaitu peran sebagai pekerja. Munculnya peran baru ini tentu saja akan menimbulkan persepsi ganda terhadap perannya sebagai ibu rumah tangga dan perannya sebagai pekerja. Selain itu, Shaevits (dalam Rinto, 2004) juga mengatakan bahwa kesibukan

29

ibu yang bekerja di luar rumah ini pada akhirnya akan membuat ibu menjadi sangat mudah mengalami kecemasan dan stres. Hal ini dikarenakan oleh peraturan-peraturan yang mengikat ibu dalam melaksanakan pekerjaannya. Kecemasan dan stres yang muncul pada diri ibu dapat disebabkan oleh adanya keinginan ibu untuk menjalankan dengan sempurna kedua perannya yaitu, sebagai pekerja dan ibu rumah tangga. Meskipun ibu memiliki keinginan menjalankan perannya dengan sempurna, namun ibu juga merasa tidak yakin akan kesanggupan dan proritasnya untuk menjalankan kedua peran tersebut. Hal ini dikarenakan adanya tekanan dari pendapat lama masyarakat tentang sifat pekerjaannya (Moonhouse & William; Gunanto, 1997; Rinto, 2004).

Dilihat dari banyaknya waktu yang dihabiskan ibu di luar rumah, akan membuat ibu sering terpisah dengan anaknya sehingga menyebabkan ibu memiliki sedikit waktu untuk bersama dengan anaknya. Hal ini juga akan menyebabkan ibu memiliki peluang yang sedikit untuk memperhatikan anaknya. Selain itu, ibu dapat mengalami kecemasan dan stres sehingga ibu mungkin saja membawa emosi yang negatif dalam interaksi dengan anaknya. Seluruh hal tersebut diduga akan mempengaruhi terbentuknya tingkat kelekatan aman antara ibu dan anak.

Berbeda halnya dengan status bekerja di dalam rumah dimana memiliki jadwal kerja tidak padat dan jumlah jam kerja lebih sedikit. Hal ini menyebabkan ibu memiliki lebih banyak waktu di rumah. Selanjutnya, bagi ibu yang bekerja di dalam rumah akan memunculkan konflik peran karena adanya persepsi ganda terhadap perannya sebagai pekerja dan ibu rumah

30

tangga (Moonhouse & William; Gunanto, 1997; Rinto, 2004). Persepi ganda mengenai peran ibu akan cenderung menimbulkan kecemasan dan stres pada ibu (Shaevits; Rinto, 2004). Namun, kecemasan dan stres yang muncul tidak akan setinggi seperti yang terjadi pada ibu yang bekerja di luar rumah. Hal tersebut dikarenakan oleh sifat pekerjaan ibu yang berupa pekerjaan sampingan di luar pekerjaannya sebagai ibu rumah tangga, sehingga ibu tidak mengalami tekanan dari peraturan-peraturan pekerjaan dari instansi dan pendapat lama masyarakat tentang sifat pekerjaannya (Shaevits; Rinto, 2004). Ibu juga akan merasa yakin akan kesanggupan dan prioritas terhadap peran- peran ibu sendiri (Handayani dan Novianto; Kristiyanti, 2006).

Jika dibandingkan dengan ibu yang bekerja di luar rumah, maka ibu yang bekerja di dalam rumah cenderung memiliki lebih banyak waktu untuk bersama dengan anaknya. Hal ini menambah peluang ibu untuk memperhatikan anaknya. Selanjutnya, dengan munculnya kecemasan dan stres pada ibu, akan membuat ibu membawa emosi yang cenderung negatif dalam interaksi dengan anaknya. Hal-hal ini diduga akan mempengaruhi terbentuknya tingkat kelekatan aman antara ibu dan anak.

Selanjutnya, pada ibu yang tidak bekerja, dapat dikatakan bahwa ibu tidak memiliki jadwal kerja padat dan jumlah jam kerja tinggi. Hal ini membuat ibu memiliki banyak waktu di rumah. Ibu juga tidak mengalami kebingungan peran seperti yang dialami oleh ibu yang bekerja di luar rumah serta ibu yang bekerja di dalam rumah (Moonhouse & William; Gunanto, 1997; Rinto, 2004). Selanjutnya, ibu tidak akan merasakan tekanan dari

31

masyarakat karena ibu terfokus dalam mengurus rumah tangganya. Hal ini sesuai dengan pendapat lama masyarakat yang menginginkan agar ibu tidak bekerja. Selain itu, ibu juga memiliki keyakinan akan kesanggupan dan prioritas terhadap perannya sebagai ibu rumah tangga (Handayani dan Novianto; Kristiyanti, 2006).

Dengan banyaknya waktu yang dihabiskan ibu bersama dengan anaknya, akan memunculkan peluang yang besar bagi ibu untuk memperhatikan anaknya. Selanjutnya, dengan tidak adanya kebingungan peran yang dialami ibu, memungkinkan ibu untuk tidak mudah mengalami kecemasan dan stres dalam menjalankan perannya sebagai ibu rumah tangga (Shaevits; Rinto, 2004). Hal ini akan membuat ibu memiliki kemungkinan untuk membawa emosi yang positif dalam interaksi dengan anaknya. Hal-hal diatas diduga akan mempengaruhi terbentuknya tingkat kelekatan aman antara ibu dan anak.

32

Skema Perbedaan Tingkat Kelekatan Aman Anak Dilihat dari Status Pekerjaan Ibu

Status Pekerjaan Ibu

Ibu yang bekerja di Ibu yang bekerja di Ibu yang tidak luar rumah dalam rumah bekerja

Konsekuensi Umum:

- Sedikit waktu di rumah

- Muncul persepsi ganda terhadap peran - Sangat mudah muncul

kecemasan dan stres

Konsekuensi Umum: - Cenderung banyak waktu

di rumah

- Muncul persepsi ganda terhadap peran

- Cenderung muncul kecemasan dan stres

Konsekuensi Umum: - Banyak waktu di

rumah

- Tidak adanya persepsi ganda terhadap peran - Tidak mudah muncul

kecemasan dan stres

Peluang Ibu dalam Pengasuhan Anak:

- Sedikit waktu bersama anak

- Ibu memiliki sedikit peluang untuk memperhatikan

anaknya - Kemungkinan

membawa emosi negatif dalam interaksi dengan anak

Peluang Ibu dalam Pengasuhan Anak:

- Cenderung banyak waktu bersama anak

- Ibu cenderung memiliki

peluang untuk memperhatikan anaknya

- Kemungkinan

membawa emosi yang cenderung negatif dalam interaksi dengan anak

Peluang Ibu dalam Pengasuhan Anak:

- Banyak wakt bersama anak

- Ibu memiliki banyak peluang untuk memperhatikan anaknya - Kemungkinan

membawa emosi positif dalam interaksi dengan anak

u

Tingkat kelekatan aman Tingkat kelekatan aman Tingkat kelekatan aman tertentu tertentu tertentu

33

Dokumen terkait