• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. PEMBAHASAN HASIL ESTIMASI MODEL SUBSIDI HARGA LISTRIK

5.2. Penjelasan Persamaan

5.2.6. Blok Perekonomian

Hasil estimasi persamaan pengeluaran di luar konsumsi untuk listrik, investasi, ekspor, impot, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, indeks harga konsumen (IHK), dan suku bunga menunjukan bahwa semua persamaan mempunyai tingkat penjelas yang cukup tinggi. Hal ini terlihat dari nilai koe fisien

determinasi (R2) yang bernilai antara 0.78 sampai dengan 0.99, yang berarti

bahwa variabel- variabel penjelas yang digunakan dalam persamaan-persamaan tersebut dapat menjelaskan 78 persen sampa i dengan 99 persen keragaman variabel- variabel endogennya. Dilihat dari nilai statistik uji-F, semua persamaan mempunyai Pr > F bernilai < 0.0001, yang berarti bahwa pada setiap persamaan

variabel- variabel penjelas secara bersama-sama dapat menjelaskan keragaman variabel endogennya secara nyata.

1. Produk Domestik Bruto

Dalam menghitung nilai PDB ada lima komponen yang harus dihitung, yaitu total pengeluaran rumah tangga, pengeluaran pemerintah, investasi, ekspor dan impor. Hasil pendugaan parameter pengeluaran rumah tangga di luar untuk konsumsi listrik disajika n pada Tabe l 34. Tabel 34 memperlihatkan bahwa hanya variabel PDB per kapita dan dummy lonjakan harga minyak dunia tahun 2008 yang berpengaruh secara nyata berpengaruh terhadap pengeluaran rumah tangga di luar konsumsi listrik.

Tabel 34. Hasil Estimasi Parameter Persamaa n Penge luaran di Luar Konsums i Listrik, Tahun 1990-2010

Variabel Estimasi Parameter Pr > |t| Elastisitas Signifi- kansi Jangka Pendek Jangka Panjang Intercept (Intersep) -13586.9 0.7505 PDBKPT (PDB per Kapita) 110.0489 0.0747 0.8397 1.0370 A INFLASI (Tingkat Inflasi) -26.5894 0.9951 -0.0003 -0.0003

D98 54503.53 0.8489

D08 133465.5 0.0605 A

LCONLAIN (Lag Konsumsi

Lainnya) 0.190218 0.6989

Adj-R2 = 0.99722; F-hitung = 1365.05; Pr > F = <0.0001; D-h = 0.8045

Keterangan: A = Signifikan pada level 10 persen B = Signifikan pada level 20 persen C = Signifikan pada level 30 persen D = Signifikan pada level 40 persen

Nilai dugaan parameter PDB per kapita sebesar 110.0489dan mempunyai

hubungan yang positif, yang berarti kenaikan pendapatan masyarakat akan memicu kenaika n belanja di luar konsumsi listrik. Respon ko nsumsi di luar listrik terhadap perubahan PDB per kapita bersifat tidak elastis untuk jangka pendek, tetapi elastis untuk jangka panjang.

Lonjakan harga minyak mentah dunia berdampak pada peningkatan pengeluaran di luar konsumsi listrik. Hal ini terjadi karena kenaikan harga minyak menyebabkan kenaikan barang-barang yang dipicu kenaika n biaya ope rasional dan barang-barang input.

Sedangkan pengeluaran untuk konsumsi listrik (CONLIS) merupakan perka lian antara harga jual tenaga listrik dengan jumlah konsumsinya untuk setiap golongan pelanggan yang dirumuskan sebagai berikut:

CONLISt = HJTLRTt*KONSRTt + HJTLINDt*KONSINDt

HJTLOTH

+

t*KONSOTH

Sementara total pengeluran rumah tangga (CONRT) merupakan penjumlahan total pengeluaran untuk konsumsi listrik dan konsumsi lainnya yang dirumuskan dengan:

t

CONRTt = CONLISt + CONLAIN

Komponen berikutnya dari PDB adalah investasi. Hasil pendugaan parameter persamaan investasi disajikan pada Tabel 35. Dari tabel 35 tersebut dapat dilihat bahwa semua variabel penjelas yang digunakan berpengaruh secara nyata terhadap nilai investasi.

t

Nilai dugaan parameter PDB sebesar 0.072185 dan mempunyai hubungan

yang positif, yang berarti kenaikan PDB akan memicu kenaikan investasi. Respon investasi terhadap perubahan PDB bersifat tidak elastis untuk jangka pendek, tetapi elastis untuk jangka panjang.

Di samping itu, investasi juga dipengaruhi oleh tingkat suku bunga. Nilai

dugaan parameter tingka t suku bunga sebesar 3763.54 dan mempunyai hubungan

orang untuk berinvestasi karena orang akan lebih tertarik umtuk menabung. Respo n investasi terhadap perubahan tingkat suku bunga bersifat tidak elastis untuk jangka pendek, tetapi elastis untuk jangka panjang.

Tabel 35. Hasil Estimasi Parameter Persamaa n Investasi, Tahun 1990-2010

Variabel Estimasi Parameter Pr > |t| Elastisitas Signifi- kansi Jangka Pendek Jangka Panjang Intercept (Intersep) 49424.32 0.3385 D

PDB (Produk Domestic Bruto) 0.072185 0.0599 0.2716 3.3036 A SKBG (Tingkat Suku Bunga) -3763.54 0.1019 -0.1013 -1.2320 B

D04 -1180440 0.0672 B

LINV (Lag Investasi) 0.917795 <0.0001 A

Adj-R2 = 0.99082; F-hitung = 513.83; Pr > F = <0.0001; D-h = -0.5466

Keterangan: A = Signifikan pada level 10 persen B = Signifikan pada level 20 persen C = Signifikan pada level 30 persen D = Signifikan pada level 40 persen

Komponen selanjutnya dari PDB adalah ekspor dan impor. Hasil pendugaan parameter persamaan ekspor dapat dilihat pada Tabel 36. Dari Tabel 36 tersebut dapat diketahui bahwa nilai ekspor sangat dipengaruhi oleh nilai tukar rupiah terhadap do lar Amerika Serikat.

Tabel 36. Hasil Estimasi Parameter Persamaa n Ekspor, Tahun 1990-2010

Variabel Estimasi Parameter Pr > |t| Elastisitas Signifi- kansi Jangka Pendek Jangka Panjang Intercept (Intersep) -26942 0.6491

KURS (Nilai Tukar Rp/US$) 13.10376 0.3164 0.1473 119.823 D

D98 253373.3 0.0547 A

LEKSPOR (Lag Ekspor) 0.998771 <0.0001 A

Adj-R2 = 0.95208; F-hitung = 126.82; Pr > F = 0.0003; D-h = -1.8515

Keterangan: A = Signifikan pada level 10 persen B = Signifikan pada level 20 persen C = Signifikan pada level 30 persen D = Signifikan pada level 40 persen

Nilai dugaan parameter nilai tukar rupiah sebesar 13.10376 dan

mempunyai hubungan yang positif, yang berarti melemahnya nilai tukar rupiah teradap dolar Amerika Serikat dapat meningkatka n pendapatan nasional dari

ekspor. Ini terjadi karena melemahnya nilai tukar akan meningkatkan daya saing barang Indo nesia di luar ne geri disebabk an harga ba rang Indo nesia aka n lebih murah daripada barng dari negara lain. Respo n ekspor terhadap pe ruba han nilai tukar bersifat tidak elastis untuk jangka pendek, tetapi elastis untuk jangka panjang.

Krisis ekonomi yang melanda Indonesia tahun 1998 dari sisi ekpor ternyata menguntungkan. Hal ini terjadi karena nilai tukar rupiah melemah drastis sehingga barang-barang dari Indonesia menjadi sangat murah, ditambah merosotnya pendapatan masyarakat Indonesia sehingga banyak perusahaan lebih banyak memproduksi barang-barang untuk diekspor karena permintaan dalam negeri menurun drastis.

Ekspor juga dipengaruhi oleh nilai ekspor tahun sebelumnya. Hasil ini mengindikasikan Indonesia telah mempunyai hubungan dagang yang baik dengan negara lain. Namun untuk lebih meningkatkan ekspor diperlukan pembukaan hubungan da gang de ngan negara- negara lain selain de ngan negara-negara yang secara tradisional memang telah terjalin de ngan baik sejak lama.

Sementara nilai dugaan parameter persamaan impor disajikan pada Tabel 37. Pada Tabel 37 tersebut dapat dilihat bahwa semua variabel penjelas yang digunakan berpengaruh secara nyata terhadap nilai impor Indonesia.

Nilai dugaan parameter inflasi sebesar 19088.89 dan mempunyai

hubungan yang positif, yang berarti jika terjadi inflasi impor nasional dapat meningkat. Ini terjadi karena jika terjadi inflasi akan menyebabkan harga barang dalam negeri lebih mahal daripada barng impor, sehingga orang cenderung

mengimpor barang. Respon impor terhadap perubahan tingkat inflasi bersifat tidak elastis untuk jangka pendek, tetapi elastis untuk jangka panjang.

Nilai dugaan parameter nilai tukar rupiah sebesar 21.61700 dan

mempunyai hubungan yang negatif, yang berarti melemahnya nilai tukar rupiah teradap dolar Amerika Serikat dapat menurunkan impor nasional. Ini terjadi karena melemahnya nilai tukar akan menyebabkan harga barang dalam negeri lebih murah daripada barng impor. Respon impor terhadap perubahan nilai tukar bersifat tidak elastis untuk jangka pendek, tetapi elastis untuk jangka panjang.

Tabel 37. Hasil Estimasi Parameter Persamaa n Impor, Tahun 1990-2010

Variabel Estimasi Parameter Pr > |t| Elastisitas Signifi- kansi Jangka Pendek Jangka Panjang Intercept (Intersep) -2641834 0.0606 A INFLASI (Tk Inflasi) 19088.89 0.0367 0.4151 1.5817 A KURS (Nilai Tukar Rp/US$) -21.61700 0.2660 -0.2794 -1.0646 C POP (Jumlah Penduduk) 13.55890 0.0779 5.2328 19.9408 A

D98 -1107300 0.0733 A

LIMPOR (Lag Impor) 0.737583 0.0037 A

Adj-R2 = 0.93649; F-hitung = 57.03; Pr > F = <0.0001; D-h = -3.4610

Keterangan: A = Signifikan pada level 10 persen B = Signifikan pada level 20 persen C = Signifikan pada level 30 persen D = Signifikan pada level 40 persen

Nilai dugaan parameter jumlsh pe nduduk sebesar 13.55890 dan

mempunyai hubungan yang positif, yang berarti bertambahnya jumlah penduduk berpotensi menaikka n impo r nasional. Ini terjadi karena bertambahnya penduduk akan menyebabkan peningkatan barang dan jasa, sehingga untuk memenuhinya adalah mengimpor dari negara lain apabila produksi dalam negeri tidak mencukupi. Respon impor terhadap perubahan jumlah pe nduduk be rsifat elastis baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang.

Sebagaimana ekspor, impor juga dipengaruhi oleh nilai impor tahun sebelumnya. Makin banyak perusahaan multinasional mengakibatkan konsistennya nilai impor antar waktu.

Nilai PDB adalah persamaan identitas dari lima komponen yang telah disebutkan sebelumnya yang dirumuskan sebagai berikut:

PDBt = CONRTt + INVt + GOVEXPt + EKSt - IMP

Sedangkan nilai riil PDB dihitung dengan rumus:

t

RPDBt = PDBt * 100/IHK

Laju pertumbuhan ekonomi (GROWTH) dihitung berdasarkan perubahan PDB riil tahun sekarang terhadap tahun sebelumnya yang dirumuskan sebagai berikut:

t

GROWTHt = (RPDBt – RPDBt-1)/RPDBt-1

Sementara PDB per kapita dihitung berdasarkan nilai PDB dibagi dengan jumlah penduduk, a tau:

* 100

PDBKPTt = PDBt/POPt

2. Nilai Tukar Rupiah

* 1 000

Hasil pendugaan parameter persamaan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat disajikan pada Tabel 38. Tabe l 38 memperlihatkan bahwa variabel IHK, cadangan devisa, dan lag nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat dan krisis ekonomi tahun 1997-1999 secara nyata berpengaruh terhadap nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.

Nilai dugaan parameter IHK sebesar 33.14076 dan mempunyai hubungan

yang positif, yang berarti terjadinya inflasi akan memicu melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Respon nilai tukar rupiah terhadap dolar

Amerika Serika t bersifat tidak elastis dalam jangka pendek, tetapi elastis untuk jangka panjang.

Tabel 38. Hasil Estimasi Parameter Pe rsamaa n Nilai Tukar R upiah Terhadap Dolar Ame rika Serikat, Tahun 1990-2010

Variabel Estimasi Parameter Pr > |t| Elastisitas Signifi- kansi Jangka Pendek Jangka Panjang Intercept (Intersep) 714.7607 0.2225 C

IHK (Indeks Harga

Konsumen) 33.14076 0.0619 0.5291 1.5799 A

CADEV (Cadangan

Devisa) -0.06175 0.0774 -0.2942 -0.8784 A

D9799 1467.304 0.0557 A

LKURS (Lag Nilai

Tukar Rupiah) 0.665105 0.0022 A

Adj-R2 = 0.90006; F-hitung = 43.78; Pr > F = <0.0001; D-h = -1.6150

Keterangan: A = Signifikan pada level 10 persen B = Signifikan pada level 20 persen C = Signifikan pada level 30 persen D = Signifikan pada level 40 persen

Nilai pendugaan parameter cadangan devisa sebesar 0.06175 dan

mempunyai hubungan yang negatif. Ini berarti cadangan devisa yang dimiliki Indo nesia ikut menjaga kestabilan nilai tukar rupiah. Respo n nilai tukar rupiah terhadap cadangan devisa bersifat tidak elastis baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang.

Krisis ekonomi yang melanda Indonesia tahun 1997-1999 mempengaruhi nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing terutama dolar Amerika. Bahkan pada Juni 1998 rupiah sempat mencapai titik terendah yaitu 16 500 per dolar Amerika Serikat (BI, 1999). Krisis ekonomi yang disertai krisis politik telah menyebabka n ke munduran pereko nomian Indo nesia ke titik nadir.

Nilai tukar rupiah pada periode sebelumnya juga memepangaruhi nilai tukar saat ini. Hal ini dapat dipahami bahwa meskipun Indonesia menganut sistem

pergerakan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing. Jika terjadi gejolak nilai mata uang rupiah maka BI dapat melakukan intervensi untuk mestabilkannya.

3. Indeks Harga Konsume n

Hasil pendugaan parameter persamaan indeks harga konsumen atau IHK disajikan pada Tabel 39. Tabel 39 memperlihatkan bahwa semua variabel penjelas yang digunakan secara nyata berpengaruh terhadap indeks harga ko nsumen.

Nilai parameter dugaan rata-rata suku bunga deposito sebesar 0.03242dan

mempunyai hubungan yang negatif. Kenaikan suku bunga sebesar 1 persen menyebabkan penurunan IHK sebesar 0.03 point. Menurut teori ekonomi, apabila suku bunga naik, maka masyarakat cenderung menabung sehingga mengurangi uang beredar dan inflasi turun. Respon IHK terhadap pe ruba han suku bunga bersifat tidak elastis baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang.

Nilai parameter dugaan uang beredar sebesar 0.016741 dan mempunyai

hubungan yang positif. Meningkatnya uang beredar di tengah masyarakat dapat menyebabkan peningkatan IHK sebesar 0.02 point. Respon IHK terhadap perubahan uang bereda r bersifat tidak elastis baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang.

Nilai parameter dugaan rata-rata harga jual tenaga listrik sebesar 0.020046 dan mempunyai hubungan yang positif. Ini berarti kenaikan tarif listrik dapat memicu kenaikan IHK, yang berarti akan meningkatkan inflasi. Ini terjadi karena listrik telah menjadi salah satu barang input utama baik bagi rumah tangga ataupun dunia usaha. Sehingga jika terjadi kenaikan tarif listrik akan meningkatkan biaya operasi dan untuk menutup kenaikan biaya tersebut dilakukan kenaika n harga prod uk yang d ihasilka n. Akibatnya terjadi kenaikan harga barang-

barang dan memicu inflasi. Respon IHK terhadap perubahan rata-rata tarif listrik bersifat tidak elastis baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang.

Tabel 39. Hasil Estimasi Parameter Persamaa n Indeks Harga Konsume n, Tahun 1990-2010 Variabel Estimasi Parameter Pr > |t| Elastisitas Signifi- kansi Jangka Pendek Jangka Panjang Intercept (Intersep) 5.563770 0.1432 B SKBG (Suku Bunga) -0.03242 0.8495 -0.0043 -0.0113 UANGBR (Uang Beredar) 0.016741 0.0187 0.1344 0.3490 A AVHJTL (Rata-rata Harga Jual Tenaga

Listrik) 0.020046 0.1925 0.0681 0.1770 B

PBBM (Harga BBM) 0.002428 0.0010 0.0447 0.1161 A KURS (Nilai Tukar

Rp/US$) 0.002050 0.0003 0.1284 0.3335 A

D98 23.00031 0.0024 A

D05 12.93938 0.0002 A

D02 4.273269 0.0820 A

LIHK (Lag Indeks

Harga Konsumen) 0.614920 0.0003 A

Adj-R2 = 0.99912; F-hitung = 2389.11; Pr > F = <0.0001; D-h = -0.9443

Keterangan: A = Signifikan pada level 10 persen B = Signifikan pada level 20 persen C = Signifikan pada level 30 persen D = Signifikan pada level 40 persen

Nilai parameter dugaan harga BBM sebesar 0.002428 dan mempunyai

hubungan yang positif. Sebagaimana listrik, BBM juga merupakan salah satu input utama dalam proses produksi barang. Kenaikan harga BBM akan menaikan biaya, sehingga harga barang akan naik untuk menutupi kenaikan biaya dan terjadi inflasi. Respon IHK terhadap peruba han harga BBM bersifat tidak elastis baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang.

Nilai parameter dugaan nilai tukar sebesar 0.002050 dan mempunyai

hubungan yang positif. Sebagaimana telah diuraikan pada ekspor impor, melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dapat memicu meningkatnya ekspor dan menurunnya impor. Dengan kondisi barang yang

diekspor lebih besar daripada yang diimpor dapat menyebabkan kekurangan barang di dalam negeri. Kurangnya stok barang di dalam negeri dapat memicu kenaikan harga yang berarti dapat meningkatkan inflasi. Respon IHK terhadap perubahan nilai tukar bersifat tidak elastis baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang.

Krisis eko nomi yang melanda Indo nesia tahun 1998, kenaikan TDL tahun 2002, dan kenaikan BBM tahun 2005 tmenyebabkan harga-harga barang di dalam negeri mengalami kenaikan, sehingga terjadi inflasi. Pemicunya adalah merosotnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing terutama dolar Amerika tahun 1998, kenaikan TDL tahun 2002, dan kenaikan BBM tahun 2005 menyebabkan kenaikan biaya operasional perusahaan pemakai tenaga listrik dan BBM, sehingga harga barang-barang mengalami kenaikan yang berarti terjadi inflasi.

Nilai IHK pada periode sebelumnya juga memepangaruhi IHK sekarang. Hal ini dapat dipahami karena pemerintah selalu memantau nilai inflasi dan selalu berusaha mengendalikannya sesuai target yang telah ditetapkan. Jika terjadi gejolak harga maka pemerintah akan melakuka n intervensi unt uk mestabilkannya, seperti melakukan operasi pasar.

4. Tingkat Inflasi

Tingkat inflasi adalah persamaan identitas yang merupakan perubahan IHK sekarang terhadap IHK tahun sebelumnya, yang dirumuskan sebagai berikut:

5. Suku Bunga

Tingkat suku bunga merupakan salah satu instrumen yang biasa digunakan otoritas moneter untuk mengendalikan tingkat inflasi. Hasil pendugaan parameter persamaan tingkat suku bunga disajikan pada Tabel 40. Pada Tabel 40 tersebut dapat dilihat bahwa semua variabel yang digunakan dalam persamaan tersebut secara nyata berpengaruh terhadap tingkat suku bunga.

Tabel 40. Hasil Estimasi Parameter Persamaa n Tingkat Suku Bunga, Tahun 1990-2010 Variabel Estimasi Parameter Pr > |t| Elastisitas Signifi- kansi Jangka Pendek Jangka Panjang Intercept (Intersep) 2.807472 0.2486 C INFLASI (Tingkat Inflasi 0.290601 0.0005 0.2285 0.4882 A D9799 3.105602 0.3826 D LSKBG (Lag Tk Suku Bunga) 0.531885 0.0016 A Adj-R2 = 0.77876; F-hitung = 23.29; Pr > F = <0.0001; D-h = 1.3492

Keterangan: A = Signifikan pada level 10 persen B = Signifikan pada level 20 persen C = Signifikan pada level 30 persen D = Signifikan pada level 40 persen

Nilai parameter dugaan tingkat inflasi sebesar 0.290601 dan mempunyai

hubungan yang positif. Ini berarti jika terjadi inflasi, tingkat suku bunga cenderung dinaikka n. Kebijakan ini biasanya dilakukan apabila tingkat inflasi sudah diluar perkiraan maka salah satu langkah yang biasa diambil otoritas moneter (Bank Indonesia) adalah meningkatkan suku bunga. Naiknya suku bunga akan mendorong masyarakat untuk menabung, sehingga uang beredar di tengah masyarakat dapat berkurang dan inflasi terkendali. Respo n tingka t suku bunga terhadap peruba han inflasi bersifat tidak elastis ba ik untuk jangka pendek maupun jangka panjang.

Ketika terjadi krisis ekonomi tahun 1997-1999 tingkat suku bunga mengalami kenaikan rata-rata 3.11 persen. Pada saat itu banyak bank mengalami kekurangan likuiditas bahkan tutup, sehingga terjadi penarikan uang besar-besaran oleh masyarakat. Maka untuk mengatasi kondisi ini BI menaikkan tingkat suku bunga untuk menarik uang di masyarakat, di samping mengambil kebijakan lain seperti penyehatan ba nk-bank yang sakit dan penjaminan uang masyarakat yang disimpan di bank.

Tingka t suku bunga pada periode sebelumnya juga memepangaruhi suku bunga sekarang. Hal ini dapat dilakukan untuk mengendalikan gejolak harga barang di masyarakat, yang berarti mengendalikan tingkat inflasi.

Dokumen terkait