• Tidak ada hasil yang ditemukan

PADA MASYARAKAT PEREMPUAN A.PESAN DAKWAH

B. MEDIA ONLINE

3. Perempuan dalam perspektif Islam

3. Perempuan dalam perspektif Islam

Pada dasarnya Islam tidak pernah memandang perempuan dengan sebelah mata. Namun terdapat beberapa pihak yang menggunakan dasar Al-Quran dan Hadis untuk menindas kaum perempuan. Salah satu fakta yang paling mengherankan dalam sejarah muslim adalah kemapanan agama telah menyebabkan didirikannya seluruh bangunan penindasan terhadap kaum perempuan oleh laki-laki berdasarkan ayat Al-Qur‟an pada QS. An-Nisa: 34 yang berbunyi:

28

Artinya:

Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang ta`at kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka menta`atimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.

Menurut pemahaman tradisional atas ayat ini, yang digunakan sebagai senjata untuk menundukkan kaum perempuan atas nama Islam berdasarkan ajaran Al-Quran:

1) Pria adalah pengawal (qawwamun) perempuan, dan karenanya menjadi pemimpin mereka

2) Para perempuan harus mematuhi suaminya untuk dapat disebut sebagai muslimah yang shalihah

3) Setelah memberikan nasehat dan hukuman pisah ranjang, suami berhak memukul isteri jika ia khawatir akan pembangkangan isterinya. Ulama lebih liberal menambahkan bahwa pemukulan tersebut hendaknya tidak keras dan tidak meninggalkan bekas.

4) Jika perempuan tidak mau menerima “penundukan” ini, suami berhak

menceraikan isteri.

Interpretasi tradisional atas ajaran islam melalui ayat tersebut, secara tidak langsung telah membuat wanita menjadi warga negara kelas dua di rumah nereka sendiri dan membangun penindasan di tingkat nasional. Apalagi didukung dengan adanya hadist-hadist palsu yang mengajarkan suatu jenis penyembahan terhadap suami. Hadist tersebut dimaksudkan mengajarkan

syirik, dan mencerminkan ide Iranian-Hindu bahwa suami adalah inkarnasi

Tuhan. Padahal Islam melarang keras syirik dan memperingatkan umat Islam untuk membersihkan diri dari syirik bahkan yang paling halus sekalipun.

Literatur hadis memuat ajaran-ajaran yang mendorong suami-isteri untuk saling memperhatikan kebutuhan seksual dan spiritual pasangannya. Namun para ulama yang male-oriented, hanya menekankan pada hadis-hadis yang mendorong perempuan untuk memperhatikan kebutuhan seksual dan spiritual suaminya, dan mengabaikan Al-Qur‟an maupun hadis yang mengajarkan

berbagai kewajiban suami atas isterinya.29 39

Berbagai pandangan dan tafsiran tradisional atas ayat dan hadist tersebut, adalah keliru karena bertentangan dengan prinsip-prinsip pokok dalam menafsirkan dan memahami Al-Qur‟an dengan benar sebagaimana berikut:

39

1) Tafsir yang benar tidak boleh didasarkan pada ayat tunggal yang dipisahkan dari konteksnya. Muslim harus melihat tema yang dibicarakan dalam ayat tersebut, dan memahami tafsir ayat tersebut secara menyeluruh.

2) Ayat-ayat Al-Qur‟an diturunkan secara bertahap, dan ayat terakhir dari

suatu tema harus diambil sebagai penetapan final al-Qur‟an tentang hal

itu.

3) Allah SWT mengutus para nabi dan rasul untuk memenuhi suatu tujuan yang suci. Jika ada suatu penafsiran yang bertentangan dengan tujuan umum ini dan menjauhkan kita dari pandangan hidup islam, maka tafsiran tersebut harus ditolak.

4) Tafsir al-Qur‟an harus cocok dengan kehidupan dan ajaran Nabi

Muhammad saw karena menurut Aisyah Shiddiqah r.a., beliau adalah al-Qur‟an yang hidup.30

40

Perempuan yang baik dalam perspektif islam memang harus dapat memelihara dirinya baik-baik dari yang bukan mahramnya dan tetap patuh pada suami (laki-laki), namun bukan berarti perempuan tidak boleh menemui siapapun kecuali mahramnya dan tunduk secara buta terhadap otoritas laki-laki. Selama yang diperintahkan atau dipimpin laki-laki membawa pada jalan kebaikan dan tidak bertentangan dengan syariat Islam, perempuan wajib

40

mengikuti. Sebaliknya, jika hal itu mengarah pada jalan yang buruk dan membuat kita jauh pada ajaran Islam, maka perempuan diperbolehkan untuk menolak.

Selama ini bukan hanya dalil ayat suci yang dijadikan landasan laki-laki untuk memberikan wewenangan terhadap penindasan pada perempuan (jika perempuan membangkang), namun tidak ada ayat serupa yang berlaku bagi laki-laki yang membangkang. Padahal kekerasan terhadap perempuan dalam bentuk apapun adalah haram. Dalam surat An-Nisa‟ sendiri terdapat bukti yang membantah penafsiran “serba suami” para ulama kita. Di sini al-Qur‟an

secara jelas melarang segala bentuk tindakan kekerasan terhadap perempuan, harta bila suami sangat membenci isterinya, kecuali dalam kasus-kasus penyelewengan seksual.

Artinya:

Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata. Dan

bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu,

padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak. (Q.S An-Nisa‟:

19)

Tidak hanya menolak kekerasan terhadap isteri, tetapi juga memerintahkan para suami untuk mempergauli mereka dengan baik. Jadi kekerasan sangatlah dilarang dalam ayat ini dan baru diperbolehkan ketika isteri menyeleweng (melakukan perbuatan yang lacur). Untuk itu telah jelas bahwa laki-laki tidak berhak semena-mena terhadap perempuan dan Islam memperlakukan dan memberikan hak-hak yang sama terhadap perempuan.

Sementara itu, perlakuan yang sama antara laki-laki dan perempuan terwujud dalam prinsip kesetaraan gender dalam islam yang terbagi menjadi dua pasal. Pasal pertama adalah persamaan antara laki-laki dan perempuan dalam hak dan kewajiban. Pasal kedua adalah persamaan laki-laki dan perempuan dalam tanggung jawab dan sanksi.31

41

a. Hak dan Kewajiban

Hak dan kewajiban antara laki-laki dan perempuan meliputi tiga hal, yaitu hak-hak kewarganegaraan, hak menuntut ilmu, dan hak berpendapat.

41

Fauzi Ikhwan, Perempuan dan Kekuasaan: Menelusuri Hak Politik dan Persoalan Gender dalam Islam, (Yogyakarta : LKiS, 1999), h. 19

1) Hak-hak kewarganegaraan

Sebagai bagian dari warga negara, perempuan memiliki hak-hak sipil yang sama dengan laki-laki. Oleh karenanya perempuan juga turut mendapatkan hak dan kesempatan yang sama sebagai warga negara untuk turut berpatisipasi aktif dalam pembangunan negara, seperti memberikan hak suara dalam pemilu, mendapat perlindungan hukum dan jaminan keselamatan sebagai warga negara, dan hak-hak kewarganegaraan yang lain.

2) Hak menuntut ilmu

Sebagai calon ibu yang nantinya akan melahirkan generasi penerus bangsa, perempuan tidak boleh bodoh. Karena melalui perannya, perempuan akan menjadi tonggak kemajuan bangsa. Perempuan harus diberi kesempatan yang sama dengan laki-laki dalam menuntut ilmu dan mendapatkan akses pendidikan. Tidak boleh ada perbedaan perlakuan dalam menerima pendidikan antara laki-laki dan perempuan. Memberikan hak pendidikan yang setara dengan laki-laki sama halnya dengan memberikan kesempatan berkarya bagi perempuan.

3) Hak berpendapat

Perempuan tidak boleh dibungkam. Dalam tataran kehidupan sosial atau pribadinya, perempuan memiliki hak yang leluasa untuk bebas menyuarakan pendapatnya dan membuat pilihan atau keputusan sesuai dengan kata hatinya.

b) Tanggung Jawab dan Sanksi

Tanggung jawab seorang perempuan adalah sebagai isteri harus taat pada suami dan memelihara diri disaat tidak ada suaminya. Sedangkan bagi perempuan lajang memiliki tanggung jawab untuk menjaga tubuhnya, pandangannya, pikirannya dan nama baik keluarganya dari yang bukan mahramnya.

Selain hak dan kewajiban diatas, perempuan juga memiliki hak untuk mendapat pendidikan yang setara dengan laki-laki serta bebas memilih untuk berkarir. Perempuan adalah manusia yang mempunyai potensi untuk tumbuh dan berkembang. Sebagai manusia, mereka lahir untuk sukses dan terus maju dalam kehidupan yang ditempuhnya. Posisi perempuan yang saat ini menjadi nomor dua (women in second sex) akan mengebiri dan menindas perempuan. Kesempatan untuk mengembangkan kreativitas dan kecerdasan diri akan membentur sekat-sekat budaya yang telah dikonstruksikan oleh masyarakat.

Secara sosiokultural, perempuan dibatasi oleh budaya patriarkat yang kukuh dan tidak mudah untuk dirobohkan. Keluarga masyarakat Indonesia, mayoritas lebih mengutamakan pendidikan untuk anak laki-laki dari pada untuk anak perempuan. Peran seorang ibu dalam mensejajarkan putra-putrinya untuk bebas tumbuh dan berkembang bebas memilih dan menentukan sikap dalam pendidikan dan pekerjaan. Dengan begitu baik laki-laki atau

perempuan pada generasi mendatang akan tumbuh menjadi orang yang mampu bersaing secara fair untuk kepentingan bersama.

Untuk itu, kuncinya adalah membongkar sekat-sekat ketidak adilan dalam struktur masyarakat melalui perubahan cara pandang atau pikiran masyarakat. Selama ini pembangunan yang dikelola oleh pihak laki-laki saja, menyebabkan negara ini berada dalam ketertinggalan. Karena negeri kita tidak melibatkan partisipasi perempuan secara utuh. 56% jumlah perempuan dari jumlah penduduk Indonesia masih minim dalam mengambil peran publik.32

42

Selama ini banyak sugesti menyatakan „dibalik kesuksesan suami, ada

peran seorang isteri, telah banyak disalah artikan. Akibatnya, perempuan dalam kesadarannya terbentuk bergantung sepenuhnya di bawah ketiak laki-laki tanpa mau mengambil peran penting dalam publik. Akibat pembodohan yang sistematis tersebut, perempuan menjadi tertinggal jauh dari segi pendidikan dan tidak memiliki kemampuan. Akibatnya, perempuan menjadi beban para suami dan keluarga laki-laki. Sedangkan bagi perempuan yang berusaha mandiri dengan keterbatasan pendidikan yang rendah masih tertatih-tatih, bahkan harus menghadapi kerasnya hidup dalam budaya patriarkat.

Padahal setiap relasi sosial yang timpang akan memudahkan tercerai-berai dan kerancuan hidup. Samahalnya dominasi salah satu jenis kelmain laki-laki

42

akan membuat kesimpangsiuran dan pembagian tugas yang cenderung dipaksakan. Karena sosial yang cenderung patriarkat akan membawa akibat tertindasnya pihak perempuan. untuk itu diperlukan suatu pembebasan yang sangat esensi bagi kaum perempuan, yaitu pembebasan hati dalam wilayah personal karena pada akhirnya sebagai individu kita akan kembali kepada-Nya.

Sebagai contoh salah satu kesalahan penafsiran atas ayat al-qur;an tentang status perempuan adalah pada ayat arrijalu kawwamun ala nisa‟ (laki-laki adalah pemimpin kaum perempuan). Nassarudin Baidun dalam disertasinya, mengatakan bahwa kata rijal merujuk pada kekuatan. Dalam masyarakat Arab, rijal merujuk pada orang ynag kuat dan memiliki kelebihan. Sehingga pada saat itu, rijal dalam struktur masyarakat mengacu pada kekuatan sosial yang dimiliki, bukan pada jenis kelamin laki-laki. Siapapun yang memiliki kelebihan kuat dalam peran sosialnya akan menjadi pemimpin. Begitupun jika seorang perempuan memiliki kelebihan yang kuat, maka bisa dijadikan sebagai pemimpin. Sebaliknya nisa‟ merujuk pada kelemahan dan ketidakberdayaan. Jika seseorang baik laki-laki atau perempuan bersedia mengakui kelemahannya, maka harus rela untuk dipimpin.

Jadi interpretasi dari ayat tersebut sebenarnya memberikan pembebasan kepada manusia untuk memimpin sesuai kelebihan masing-masing. Sedangkan kata kawwam menurut Dr. Zaitunnah diinterpretasikan tidak hanya

sebagai pemimpin melainkan pelindung, pendamping yang merujuk pada mitra kesejajaran kaum laki-laki dan perempuan.33

43

Adaya berbagai dalil dan teori persamaan gender antara laki-laki dan perempuan tersebut menjadi bukti jelas bahwa perempuan memiliki kesempatan dan kemampuan yang tidak berbeda dengan laki-laki. Perempuan juga berhak menentukan pilihan untuk berkarir maupun aktif mengambil peran dalam berbagai kegiatan publik dengan syarat diberi kesempatan yang sama. Kesempatan tersebut dapat diupayakan melalui pemberian pendidikan yang setara antara laki-laki dan perempuan.

43

72

Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian non kancah atau studi literature dengan metode analisis teks media. Analisis teks media merupakan jenis penelitian yang memanfaatkan teknis analisa dan studi kepustakaan dengan obyek kajian media. Terdapat beberapa jenis model analisis teks media diantaranya analisis wacana (discourse analysis), analisis semiotik (semiotic analysis), dan analisis framing/bingkai (framing analysis).1

44

Namun dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis analisis wacana. Analisis wacana tersebut digunakan sebagai pisau bedah dalam menganalisa pesan dakwah yang terdapat dalam teks berita karya salah satu jurnalis perempuan Republika, Binti Solikha.

Sementara itu pendekatan yang dilakukan adalah menggunakan metode triangulasi atau penyaringan data. Triangulasi adalah teknik untuk mengecek keabsahan data. Dimana dalam pengertiannya triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian. Triangulasi dapat dilakukan dengan menggunakan teknik yang berbeda yaitu wawancara,

44

Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis

observasi dan dokumen. Triangulasi ini selain digunakan untuk mengecek kebenaran data juga dilakukan untuk memperkaya data. Menurut Nasution, selain itu triangulasi juga dapat berguna untuk menyelidiki validitas tafsiran peneliti terhadap data, karena itu triangulasi bersifat reflektif.2

45 B. Unit Analisis

Dari sekian banyak model analisis wacana, model Van Dijk adalah model yang paling banyak dipakai. Mungkin karena model Van Dijk mengelaborasi elemen-elemen wacana sehingga bisa diaplikasikan secara praktis. Model

yang dipakai Van Dijk ini kerap disebut sebagai “kognisi sosial”. Istilah ini

sebenarnya diadopsi dari pendekatan lapangan psikologi sosial, terutama untuk menjelaskan struktur dan proses terbentuknya suatu teks.

Van Dijk membagi kerangka analisis wacana menjadi tiga bagian struktur/tingkatan, yang masing-masing bagian saling mendukung, diantaranya:

1) Struktur makro. Ini merupakan makna global/umum dari suatu teks yang dapat dipahami dengan melihat topik dari suatu teks. Tema wacana ini bukan hanya isi, tetapi juga sisi tertentu dari suatu peristiwa.

2) Superstruktur adalah kerangka suatu teks: bagaimana struktur dan elemen wacana itu disusun dalam teks secara utuh.

45

Lexy Moeleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosdakarya, Cetakan Pertama 2004), h. 330

3) Struktur mikro adalah makna wacana yang dapat diamati dengan menganalisis kata, kalimat, proposisi, anak kalimat, parafrase yang dipakau dan sebagainya.

Tabel 1.0

Elemen Wacana Van Dijk

Struktur Wacana Hal yang Diamati Elemen

Struktur makro TEMATIK

(Apa yang dikatakan?) Topik Superstruktur SKEMATIK (Bagaimana pendapat disusun dan dirangkai?) Skema

Struktur Mikro SEMANTIK

(Makna yang ingin ditekankan dalam teks

berita)

Latar, detail, maksud, praanggapan,

nominalisasi

Struktur Mikro SINTAKSIS

(Bagaimana pendapat disampaikan?)

Bentuk kalimat, koherensi, kata ganti

(Pilihan kata apa yang dipakai?)

Struktur Mikro RETORIS

(Bagaimana dan dengan cara apa

penekanan dilakukan?)

Grafis, metafora, ekspresi

Sumber: diadopsi dari Eriyanto

Untuk memperoleh gamabran ihwal elemen-elemen struktur wacana tersebut, berikut adalah beberapa hal yang dapat diamati:

a. Tematik

Secara harfiah tema berarti “sesuatu yang telah diuraikan”, atau “sesuatu yang telah ditempatkan”. Kata ini berasal dari sudut sebuah

tulisan yang telah selesai, tema adalah suatu amanat utama yang

disampaikan oleh penulis melalui tulisannya. Sebuah tema bukan

merupakan hasil dari seperangkat elemen yang spesifik, melainkan wujud-wujud kesatuan yang dapat kita lihat dalam teks atau bagi cara-cara yang kita lalui agar beraneka kode dapat terkumpul dan koheren. Tematisasi merupakan proses pengaturan tekstual yang diharapkan pembaca sedemikian sehingga dia dapat memberikan perhatian pada bagian-bagian terpenting dari isi teks, yaitu tema.

Kata tema kerap disandingkan dengan apa yang disebut topik. Kata topik berasal dari kata Yunani topoi yang berarti tempat. Topik secara teoritis dapat digambarkan sebagai dalil (proposisi), sebagai bagian dari informasi penting dari suatu wacana dan memainkan peranan penting sebagai pembentuk kesadaran sosial. Topik menunjukkan informasi yang paling penting atau inti pesan yang ingin disampaikan oleh komunikator.

Teun Van Dijk mendefinisikan topik sebagai struktur makro dari suatu

wacana. Dari topik, kita bisa mengetahui masalah dan tindakan yang diambil oleh komunikator dalam mengetahui masalah dan tindakan yang diambil oleh komunikatir dalam mengatasi suatu masalah. Tindakan, keputusan, atau pendapat dapat diamati pada struktur makro dari suatu wacana. Sebagai strujtur makro juga memberikan pandangan apa yang dilakukan untuk mengatasi suatu masalah. Topik dalam kerangka Van Dijk , dalam teks akan didukung oleh beberapa subtopik. Masing-masing subtopik ini mendukung, memperkuat, bahkan membentuk topik utama.3

46 b. Skematik

Struktur skematis atau superstruktur menggambarkan bentuk umum dari suatu teks. Bentuk wacana umum itu disusun dengan sejumlah kategori atau pembagian umum seperti pendahuluan, isi, kesimpulan, pemecahan masalah, penutup dan sebagainya. Skematik mungkin

46

Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan

merupakan strategi dari komunikator untuk mendukung makna umum dengan memberikan sejumlah alasan pendukung. Apakah informasi penting disampaikan di awal, atau pada kesimpulan bergantung kepada makna yang didistribusikan dalam wacana. Dengan kata lain struktur

skematik memberikan tekanan: bagian mana yang didahulukan, dan bagian

mana yang bisa dikembangkan sebagai strategi untuk menyembunyikan informasi penting.

Dalam konteks penyajian berita, meskipun mempunyai bentuk dan skema yang beragam, berita umumnya secara hipotetik mempunyai dua kategori skema besar. Pertama, summary yang umumnya ditandai dengan dua elemen yakni judul dan lead (teras berita). Dan kedua, story atau isi berita secara keseluruhan4

47 c. Semantik

Dalam pengertian umum, semantik adalah disiplin ilmu bahasa yang menelaah makna satuan lingual, baik makna leksikal maupun makna gramatikal. Makna leksikal adalah makna unit semantik yang terkecil yang disebut leksem, sedangkan makna gramatikal adalah makna yang terbentuk dari penggabungan satuan-satuan kebahasaan.

Semantik dalam skema Van Dijk dikategorikan sebagai makna lokal

(local meaning), yakni makna yang muncul dari hubungan antarkalimat,

47

hubungan antarproposisi yang membangun makna tertentu dalam suatu bangunan teks. Analisis wacana banyak memusatkan perhatian pada dimensi teks, seperti makna yang secara eksplisit ataupun implisit. Dengan kata lain semantik tidak hanya mendefinisikan bagian mana yang penting dari struktur wacana, tetapi juga menggiring kearah sisi tertentu dari suatu peristiwa.

Semua strategi semantik selalu dimaksudkan untuk menggambarkan diri sendiri atau kelompok sendiri secara positif; sebaliknya menggambarkan kelompok lain secara buruk, sehingga menghasilkan makna yang berlawanan.

Latar merupakan elemen wacana yang dapat menjadi alasan pembenar

gagasan yang diajukan dalam suatu teks. Latar peristiwa itu dipakai untuk menyediakan latar belakang hendak kemana makna suatu teks itu dibawa. Bentuk lain dari strategi semantik adalah detail suatu wacana. Elemen wacana detail berhubungan dengan kontrol informasi yang ditampilkan seorang (komunikator). Tujuan akhirnya adalah kepada publik hanya disajikan informasi yang menguntungkan komunikator. Elemen lain adalah pengandaian (presupposition) yang dapat memberikan citra tertentu ketika diterima khalayak. Pengandaian hadir dengan memberi pernyataan yang dipandang terpercaya dan karenanya tidak perlu dipertanyakan.5

48

48

d. Sintaksis

Secara rtimologis sintaksis berasal dari kata Yunani (sun = „dengan‟ +

tattein = „menempatkan‟). Jadi kata sintaksis secara etimologis berarti

menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. Ramlan yang dikutip oleh Alex Sobur mengatakan bahwa sintaksis ialah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacama, kalimat, klausa, dan frase.

Salah satu strategi pada level semantik ini adalah dengan pemakaian

koherensi. Kamus Webster memberikan keterangan mengenai koherensi

sebagai berikut:

1) Kohesi; perbuatan atau keadaan mneghubungkan, mempertalikan. 2) Koneksi; hubungan yang cocok dan sesuai atau kebergantungan

satu sama lain yang rapi, beranjak dari hubungan-hubungan alamiah bagian-bagian atau hal-hal satu sama lain, seperti dalam bagian-bagian wacana, atau argument-argumen suatu rentetan penalaran.

Dalam analisis wacana, koherensi adalah pertalian atau jalinan antarkata, proposisi atau kalimat. Dua buah proposisi yang menggambarkan fakta yang berbeda dapat dihubungkan dengan memakai koherensi, sehingga, fakta yang tidak berhubungan sekalipun dapat menjadi berhubungan ketika komunikator menghubungkannya. Koherensi

dapat ditampilkan melalui hubungan sebab akibat, bisa juga sebagai penjelas.

Bentuk lain adalah dengan melakukan nominalisasi yang dapat memberi sugesti kepada khalayak adanya generalisasi. Elemen wacana yang berhubungan dengan pertanyaan apakah komunikator memandang obyek sebagai sesuatu yang tunggal berdiri sendiri ataukah sebagai suatu kelompok (komunitas).

Strategi pada level sintaksis adalah dengan menggunakan bentuk

kalimat. Bentuk kalimat adalah segi sintaksis yang berhubungan dengan

cara berpikir logis, yaitu prinsip kausalitas. Bentuk kalimat ini bukan hanya persoalan teknis kebenaran tata bahasa, tetapi menentukan makna yang dibentuk oleh susunan kalimat. Dalam kalimat yang berstruktur aktif, seseorang menjadi subyek dari pernyataannya, sedangkan dalam kalimat pasif, seseorang menjadi obyek dari pernyataannya.

Bentuk lain adalah bagaimana proposisi-proposisi diatur dalam satu rangkaian kalimat. Proposisi mana yang ditempatkan di awal kalimat, dan mana yang timbul karena akan menunjukkan bagian mana yang lebih ditonjolkan kepada khalayak. Elemen lain adalah kata ganti. Dalam analisis wacana, kata ganti merupakan alat yang dipakai oleh komunikator untuk menunjukkan di mana posisi seseorang dalam wacana.6

Dokumen terkait