• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berdasarkan SNI 03-2847-2013 pasal 14.5.3.1, ketebalan dinding pendukung tidak boleh kurang dari 1/25 tinggi atau panjang bagian dinding yang ditopang secara lateral, diambil yang terkecil, dan tidak kurang daripada 100 mm. Oleh karena itu, akan direncanakan ketebalan dinding geser sebagai berikut.

Panjang bentang dinding geser = 8000 mm Tinggi dinding geser = 8000 mm

h/25 = 8000/25 = 320 mm l/25 = 8000/25 = 320 mm Maka digunakan tebal dinding geser 350 mm. 4.6 Metode Konstruksi

4.6.1 Metode Konstruksi Pelat Pracetak

Jenis pelat pracetak yang digunakan adalah half slab. Half slab merupakan pelat pracetak yang dicor kurang lebih separuh dari tebal pelat sebenarnya. Setelah half slab dipasang pada posisinya yaitu menumpu pada balok induk dan atau balok anak, berikutnya akan dicor kembali separuhnya yang disebut dengan overtopping. Half slab dianalisa secara menyeluruh, yaitu analisa saat pengangkatan, analisa dalam kondisi pelaksanaan (sebelum komposit), dan analisa saat kondisi menerima beban tetap (setelah komposit). Analisa saat pengangkatan dan sebelum komposit dilakukan pada kondisi setebal pelat pracetak saja, sedangkan kondisi setelah komposit dianalisa sebagai struktur komposit karena tambahan overtopping di atasnya. Dalam analisa dan perencanaan elemen half slab ditinjau setiap meter lebar pelat, dengan menganggap elemen pracetak seperti penampang balok yang bertumpu di dua tumpuan. Desain tebal dan jumlah tulangan yang dipakai adalah desain yang mampu menahan kombinasi beban yang bekerja dalam kondisi tersebut atau yang terbesar.

a. Analisa Pelat Pracetak Saat Pengangkatan

Kondisi pertama adalah saat pelat pracetak diangkat oleh crane. Beban yang bekerja pada pelat adalah berat sendiri pelat pracetak. Pengangkatan pelat pracetak menggunakan delapan buah titik angkat. Dalam pemodelannya, titik angkat tersebut dapat dijadikan sebagai tumpuan. Pada kondisi ini, pelat yang diangkat dapat diasumsikan seperti pelat yang menumpu di atas delapan buah tumpuan. Besarnya momen yang terjadi berdasarkan letak titik angkatnya tersebut sudah diesediakan langsung oleh PCI pada Gambar 3.1 dan dihitung sebagai penulangan angkat pelat.

Pada saat pengangkatan, dilakukan juga kontrol terhadap retak beton pelat. Kontrol retak ini mengasumsikan bahwa pelat diangkat setelah beton berumur 3 hari. Kekuatan pengangkuran yang digunakan dalam tahap ini juga perlu dianalisa. Analisa kekuatan angkur meliputi analisa kekuatan angkur baja tarik dan kekuatan pecah beton dari angkur angkat terhadap gaya tarik. Analisa ini mengacu pada ACI 318-05 Appendix D. Chapter 5.2. Angkur yang direncanakan dalam elemen pracetak ini adalah menggunakan tulangan polos yang dibengkokkan pada ujungnya. Selain itu, tegangan yang terjadi akibat pengangkatan juga perlu dikontrol. Dan lendutan yang terjadi juga harus lebih kecil dari lendutan ijin.

Gambar 4.3 Momen Akibat Pengangkatan Pelat

b. Analisa Pelat Pracetak Sebelum Komposit

Pelat pracetak sebelum komposit diletakkan pada ujung-ujung balok sebagai tumpuan, beban yang bekerja pada pelat pracetak adalah berat sendiri elemen pracetak, berat overtopping yang dihitung 1,5 kali tebal overtopping terkait tumpukan mortar saat pelaksanaan pengecoran overtopping, dan beban pekerja. Dalam tahap ini juga dipasang tulangan pada bagian overtopping. Sehingga perlu dilakukan kontrol apakah dibutuhkan shear connector atau tidak. Saat pelat dipasang pada tumpuan, beban yang bekerja pada pelat pracetak adalah berat sendiri elemen pracetak dan beban beton yang dituang. Dalam tahap ini, perlu dilakukan kontrol terhadap tegangan yang tejadi agar beton tidak retak dan kontrol terhadap lendutan yang terjadi agar lebih kecil dari lendutan ijin.

c. Analisa Pelat Pracetak Saat Komposit

Setelah pelat pracetak yang dipasang pada tumpuan sudah komposit dengan overtopping, beban yang bekerja pada pelat pracetak adalah berat sendiri elemen pracetak, beban mati tambahan, dan beban hidup yang akan dikenakan faktor beban. Dalam tahap ini, perlu dilakukan kontrol terhadap tegangan yang tejadi agar beton tidak retak dan kontrol terhadap lendutan yang terjadi agar lebih kecil dari lendutan ijin.

4.6.2 Metode Konstruksi Balok Pracetak

Jenis balok pracetak yang digunakan adalah half beam. Half beam merupakan balok pracetak yang dicor kurang lebih separuh dari tebal balok sebenarnya. Setelah balok berada pada posisinya, berikutnya dicor kembali hingga mencapai ketebalan rencana atau disebut overtopping. Pengecoran ini dilakukan bersamaan dengan pengecoran overtopping pelat lantai. Sama seperti pelat, balok pracetak juga akan dianalisa dalam kondisi pengangkatan dan kondisi beban layan (sebelum dan sesudah komposit).

a. Analisa Balok Pracetak Saat Pengangkatan

Elemen balok harus dirancang untuk menghindari kerusakan pada waktu proses pengangkatan. Titik pengangkatan dan kekuatan tulangan angkat harus menjamin keamanan elemen balok tersebut dari kerusakan. Pada bagian ini, digunakan titik angkat sebanyak 2 buah.

Gambar 4.5 Momen Akibat Pengangkatan Balok

Beban yang bekerja adalah berat sendiri balok pracetak. Pada saat pengangkatan, perlu dilakukan kontrol terhadap retak beton balok. Kontrol retak ini mengasumsikan bahwa balok diangkat setelah beton berumur 14 hari. Selain itu, kontrol terhadap kekuatan pengangkuran, tegangan yang terjadi, dan lendutan juga perlu diperhatikan.

Gambar 4.6 Pengangkuran Untuk Pengangkatan Balok

b. Analisa Balok Pracetak Sebelum Komposit

Pada tahap ini, balok pracetak akan diletakkan pada konsol kolom sebagai tumpuan. Beban yang bekerja pada balok pracetak adalah berat sendiri elemen pracetak, beton overtopping, dan beban pekerja. Dalam tahap ini, perlu dilakukan kontrol terhadap tegangan yang tejadi agar beton tidak retak dan kontrol terhadap lendutan yang terjadi agar lebih kecil dari lendutan ijin.

c. Analisa Pelat Pracetak Saat Komposit

Setelah balok pracetak yang dipasang pada tumpuan sudah komposit dengan overtopping, beban yang bekerja adalah berat sendiri elemen pracetak, beban mati tambahan, dan beban hidup yang akan dikenakan faktor beban. Dalam tahap ini, perlu dilakukan kontrol terhadap tegangan yang tejadi agar beton tidak retak dan kontrol terhadap lendutan yang terjadi agar lebih kecil dari lendutan ijin.

Dokumen terkait