• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perencanaan Jumlah Kebutuhan SLTA Berdasarkan Proyeksi Penduduk

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2. Perencanaan Lokasi SLTA Masa Depan di Kota Tanjungbalai

4.2.1. Perencanaan Jumlah Kebutuhan SLTA Berdasarkan Proyeksi Penduduk

Perencanaan penentuan lokasi SLTA dalam penelitian ini adalah lokasi SLTA Negeri dan Swasta. Hal ini digabungkan karena dianggap fungsi dari SLTA Negeri dan Swasta adalah sama yaitu dalam rangka mencerdaskan anak bangsa. Perencanaan lokasi ini juga dianggap sangat penting hal ini berkaitan dengan jarak antarsekolah dan permukiman penduduk yang tentunya berhubungan dengan masalah aksesibilitas atau hubungan lokasi sekolah dengan masyarakat yang akan memanfaatkannya. Perencanaan lokasi SLTA dalam penelitian ini akan mengacu pada Standar Perencanaan Kebutuhan Fasilitas Pendidikan Cipta Karya Departemen PU untuk perumahan sederhana dan Permen Diknas No. 24 Tahun 2007. Menurut kedua standar ini setiap 6000 jiwa penduduk memerlukan minimal 1 buah fasilitas pendidikan SLTA.

Dalam penentuan lokasi unit SLTA yang baru pemerintah telah menetapkan aturan dan pedoman yang dapat dijadikan acuan seperti tersebut di atas. Namun seringkali aturan tersebut diabaikan karena alasan dana yang sebagian besar dialokasikan untuk fisik bangunan dan meubiler saja, sedangkan untuk lahan selama anggaran dananya sangat terbatas. Hal inilah yang paling berpengaruh sekali terhadap pembangunan sekolah baru. Ketersediaan lahan untuk sekolah baru diharapkan

partisipasi masyarakat berupa sumbangan dari masyarakat, sehingga letak dan posisi sekolah baru ini mengabaikan jangkauan pelayanan yang seyogyanya menjadi prioritas utama. Terlebih bila penentuan lokasi sekolah sudah merupakan suatu paket dari pusat dan pembiayaan sudah tersedia dan harus segera dilaksanakan maka penentuan lokasi lahan seringkali tidak melalui tahap-tahap seperti yang diatur dalam pedoman yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat. Hendaknya dalam menentukan lokasi sekolah yang dibutuhkan memerlukan tahap penilaian yang cepat, data dan informasi yang benar serta menggunakan Aplikasi SIG dalam rangka membantu pemerintah dalam mengambil suatu keputusan yang efektif dan efisien serta dalam rangka pemanfaatan perkembangan ilmu dan teknologi yang berkembang saat ini.

Dalam rangka pemanfaatan teknologi saat ini, alangkah baiknya Aplikasi SIG ini dimanfaatkan oleh pemerintah daerah khususnya Kota Tanjungbalai dalam membantu Pemerintah Kota dalam pengambilan keputusan untuk keperluan perencanaan. Beberapa faktor lain yang menghambat pemakaian dan pengembangan SIG adalah kurangnya sumber dana, kurangnya pendidikan pada bidang ini, kurangnya komunikasi antara Birokrat dan Teknokrat, rendahnya alur informasi serta faktor politis yang dapat berubah dengan cepat.

Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut, pelatihan merupakan langkah penting dalam rangka mengembangkan kapasitas sumber daya manusia. Selain itu komitmen dari lembaga pemerintah untuk pemakaian SIG, terutama dalam hal perencanaan tentunya akan sangat berguna.

Kebutuhan SLTA di masa depan berdasarkan jumlah penduduk di Kota Tanjungbalai setelah dianalisa dapat dilihat pada Tabel 4.15.

Tabel 4.15. Proyeksi Kebutuhan Jumlah SLTA Tahun 2030 Berdasarkan Standar Perencanaan Kebutuhan Sarana Pendidikan Cipta Karya Departemen PU Jumlah Penduduk (Jiwa) Jumlah Kebutuhan Sekolah (Unit) Selisih Kebutuhan (Unit) No Kecamatan Existing 2008 Proyeksi 2030 Existing 2008 Proyeksi 2030 2008 2030 1 Datuk Bandar 33,125 48,707 5 8 0 -3 2 Datuk Bandar Timur 28,524 41,909 2 7 -3 -5 3 Tanjungbalai Selatan 22,696 27,512 9 5 5 +4 4 Tanjungbalai Utara 17,641 20,278 1 3 -2 -2 5 Sei Tualang Raso 23,855 40,487 5 7 1 -2 6 Teluk Nibung 37,838 56,806 3 9 -3 -6

Total 163.679 235.699 25 39 -2 -14

Sumber: Hasil Perhitungan.

Sesuai dengan Tabel 4.15 di atas di mana hasil proyeksi penduduk sampai dengan tahun 2030 sebanyak 235.699 jiwa, maka proyeksi SLTA pada tahun 2030 dibutuhkan sebanyak 39 unit di mana kondisi existing SLTA tahun 2008 sebanyak 25 unit, maka sampai dengan tahun 2030 perlu penambahan SLTA baru sebanyak 14 unit lagi. Hai ini didapat dengan cara jumlah penduduk dibagi dengan 6000 didapatlah hasil kebutuhan SLTA minimum, di mana tanda “-“ merupakan daerah

yang kekurangan SLTA dan tanda “+” merupakan daerah yang telah lebih dari

standar SLTA yang ada

Selanjutnya akan dibahas kebutuhan SLTA untuk masing-masing kecamatan di Kota Tanjungbalai, yaitu:

1. Kecamatan Tanjungbalai Selatan.

Kondisi existing pada kecamatan ini sudah melebihi dari standar yang ada, hal ini disebabkan Kecamatan Tanjungbalai Selatan merupakan Pusat Kota. Mengelompoknya sekolah di pusat kota merupakan efek dari fungsi kota sebagai pusat pelayanan. Banyaknya fasilitas pendidikan menjadi salah satu daya tarik sebuah kota. Apabila dilihat dari tabel di atas Kecamatan Tanjungbalai Selatan sampai dengan tahun 2030 juga telah melebihi standar yang artinya di kecamatan ini tidak memerlukan SLTA baru lagi.

2. Kecamatan Datuk Bandar.

Kondisi existing memiliki lima SLTA. Apabila merujuk pada standar yang dipakai maka 5 unit SLTA sudah memenuhi standar yang ada, sedangkan sampai dengan tahun 2030 membutuhkan 3 unit SLTA lagi. Hal ini bisa dipenuhi karena kecamatan ini memiliki luas lahan non fisik yang luas. Secara detail pada tahun 2015 harus dibangun 1 unit SLTA baru, pada tahun 2025 satu unit dan pada tahun 2030 harus dibangun satu unit lagi. Untuk perencanaan lokasi SLTA baru di kecamatan ini dapat dilihat pada analisa perencanaan lokasi posisi SLTA baru pada sub bab selanjutnya.

3. Kecamatan Datuk Bandar Timur.

Hanya memiliki 2 SLTA saat ini dan kebutuhan sampai dengan tahun 2030 sebanyak 5 SLTA baru. Karena Kecamatan Tanjungbalai Selatan telah lebih dari 4 SLTA dan berbatasan langsung dengan kecamatan ini maka peneliti berasumsi 3 unit SLTA masih dalam jangkauan pelayanan dan tidak perlu

dibangun lagi. Untuk 2 unit SLTA baru dapat dibangun pada kecamatan ini yaitu pada tahun 2020 dan pada tahun 2030. lebih lengkapnya untuk melihat posisi SLTA baru dapat dilihat pada sub bab selanjutnya.

4. Kecamatan Tanjungbalai Utara.

Kondisi existing hanya memiliki 1 unit SLTA, sedangkan kebutuhan sesuai standar sampai tahun perencanaan memerlukan 2 unit SLTA baru lagi. Pada kecamatan ini tampaknya SLTA baru tidak dapat dibangun lagi, karena lahan kosong, lahan pertanian ataupun lahan lain yang dapat dibangun tidak tersedia. Artinya bahwa lahan yang ada di kecamatan ini sangat padat dengan permukiman dan bangunan lainnya. Untuk kegiatan pembangunan SLTA baru harus dialihkan pada kecamatan yang lain. Kecamatan yang ideal berdasarkan fungsi adalah Kecamatan Sei Tualang Raso.

5. Kecamatan Sei Tualang Raso.

Kecamatan ini memiliki 5 unit SLTA sedangkan kebutuhan sampai dengan tahun 2030 memerlukan tambahan 2 SLTA baru lagi. Sesuai dengan draft RTRW Kota Tanjungbalai tahun 2010-2030, Kecamatan Sei Tualang Raso merupakan Sub Pusat Pelayanan Kota 3 yang berfungsi sebagai pengembangan permukiman, perkantoran, kawasan Industri terpadu, pengembangan kawasan pendidikan dan rumah susun sewa (rusunawa). Apabila ditambahkan dengan kebutuhan 1 unit SLTA baru dari Kecamatan Tanjungbalai Utara dan 3 unit dari Kecamatan Teluk Nibung maka jumlah SLTA baru yang akan dibangun menjadi 6 unit. Kecamatan ini dapat menampung kebutuhan akan SLTA baru

tersebut, selain memiliki lahan luas yang dapat dibangun juga sangat tepat dengan fungsi dari kecamatan ini sebagai kawasan pendidikan. Pembangunan ini dapat dilaksanakan secara bertahap sampai dengan tahun perencanaan. 6. Kecamatan Teluk Nibung.

Kecamatan ini hanya memiliki 3 unit SLTA, pada kondisi existing kekurangan 3 unit SLTA baru dan sampai dengan tahun 2030 membutuhkan 3 unit SLTA baru total kekurangannya adalah 6 unit SLTA baru apabila disesuaikan dengan proyeksi penduduk. Pada kecamatan ini peneliti berasumsi bahwa kecamatan ini akan dibangun 3 unit SLTA yang harus dibangun secara bertahap mulai pada tahun 2011, 2012 dan 2013, karena SLTA yang kurang adalah pada kondisi

existing. dan sisanya 3 Unit SLTA akan dibangun pada Kecamatan Sei Tualang

Raso, mengingat 2 kecamatan ini posisinya bersebelahan dan dalam mendukung Kecamatan Sei Tualang Raso yang fungsinya salah satu adalah kawasan pendidikan.

Untuk penambahan SLTA baru berarti membutuhkan lahan yang dapat dibangun. Adapun kondisi lahan non terbangun existing Kota Tanjungbalai dapat dilihat pada Gambar IV.7.

Gambar IV.7 adalah lahan yang dapat dibangun untuk fasilitas pendidikan SLTA. Lahan pertanian/kebun campuran adalah gabungan dari semua fungsi lahan yang dapat dibangun yaitu: Semak belukar, kebun sawit, kebun campuran, kebun karet, kebun kelapa, lahan kosong dan tegalan. Lahan tersebut di atas adalah lahan yang layak dan dapat dibangun, hanya saja dengan aplikasi SIG akan ditentukan di mana lahan yang lebih baik agar jangkauan pelayanan masing-masing sekolah bisa optimal.

Dokumen terkait