N o Kabupaten/Kota
A. Pelayanan Urusan Wajib
6. Perencanaan Pembangunan
Bidang perencanaan pembangunan merupakan pelayanan urusan wajib yang sebagian urusannya dilakukan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
(Bappeda) sesuai Perda Provinsi Bali Nomor: 4 Tahun 2011 mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan di bidang perencanaan pembangunan daerah.
Capaian kinerja yang telah dihasilkan periode tahun 20082013 adalah:
a. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Tahun 20052025 berupa Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 6 Tahun 2009
b. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah RPJMD Tahun 20082013 berupa Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 9 Tahun 2009 c. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahunan d. Kebijakan Umum Anggaran (KUA) e. Prioritas Plafon Anggaran Sementara (PPAS) Provinsi Bali f. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Bali berupa Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 16 Tahun 2009 g. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah ( LAKIP) Provinsi Bali h. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Gubernur Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.66 RPJPD, RPJMD, RKPD Provinsi dan Kabupaten/Kota seBali No Kabupaten/KotaProvinsi/ Jenis Dokumen RPJPD RPJMD RKPD Thn 2014 Perda No/Tgl/Thn Perda No/Tgl/Thn Pergub/Perbup/Perwali No/Tgl/Thn
1 Provinsi Bali No. 6 Thn 2009 No. 9 Thn 2009 No. 18 Thn 2013 Tgl. 25-02-2009 Tgl. 28-04-2009 Tgl. 28-05-2013 2 Kab. Buleleng No. 3 Thn 2013 No. 4 Thn 2013 No. 23 Thn 2013
Tgl. 15-02-2013 Tgl. 1- - 2013 Tgl. 31-05-2013 3 Kab. Karangasem No. 7 Thn 2006
Tgl. 18-08-2006
No. 9 Thn 2011 Tgl. 30-05-2011
No. 12 Thn. 2013 Tgl. 22-05-2013 4 Kab. Klungkung No. 6 Thn 2010 No. 7 Thn 2010 No 17 Thn. 2013
Tgl. 30-09-2010 Tgl. 30-09-2010 Tgl. 3-05-2013 5 Kab. Bangli No. 8 Thn 2011 No. 9 Thn 2011 No. 15 Thn. 2013
Tgl. 1-12-2011 Tgl. 1-12-2011 Tgl. 31-05-2013 6 Kab. Gianyar No. 12 Thn 2008 No. 13 Thn 2008 No. 20 Thn 2013
Tgl. 28-10-2008 Tgl. 28-10-2008 Tgl. 6-05-2013 7 Kab. Jembrana No. 14 Thn 2012 No. 11 Thn 2011 No.18 Thn 2013
Tgl. 7-12-2012 Tgl. 21-9-2011 Tgl. 6-5-2013 8 Kab. Tabanan No. 14 Thn 2011 No. 15 Thn 2011 No. 45 Thn. 2013
9 Kab. Badung No. 2 Thn 2009 No. 13 Thn 2011 No. 31 Thn 2014 Tgl. 2-8-2009 Tgl. 1-12-2011 Tgl 18-04-2013 10 Kota Denpasar No. 1 Thn 2009 No. 6 Thn 2012 No. 17 Thn 2013
Tgl. 20-2-2009 Tgl. 14-08-2012 Tgl. 18-06-2013
Sumber: Bappeda Prov. Bali
7. Perhubungan
Pelayanan urusan wajib di bidang perhubungan sebagian besar merupakan pelayanan pembangunan/penyediaan infrastruktur dengan wujud dan aktifitas yang nyata secara fisik antara lain berupa penyediaan infrastruktur sektor transportasi darat, laut dan udara serta sektor informasi dan komunikasi, sehingga sektor transportasi merupakan infrastruktur penting dalam pembangunan Bali secara keseluruhan. Transportasi merupakan ’’urat nadi’’ perekonomian, dan memegang peranan penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Untuk Provinsi Bali khususnya, yang perekonomiannya sangat tergantung dari sektor pariwisata, segenap usaha dan upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Provinsi Bali dalam menyediakan sarana dan prasarana transportasi yang dilaksanakan untuk mendukung pengembangan pariwisata Bali. Perkembangan Kepariwisataan di Bali yang telah berkembang dengan demikian pesat dengan menjadikan Bali sebagai pusat bisnis/perdagangan dan kebudayaan haruslah diimbangi pula dengan penyediaan sarana dan prasarana (infrastruktur) yang layak dan memadai, sehingga selain untuk mendukung pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat, penyediaan infrastruktur juga dilaksanakan dalam rangka mendukung pengembangan pariwisata Bali yang secara langsung telah memberikan dampak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Bali. Hal ini sesuai dengan kebijakan pengembangan koridor ekonomi Bali – Nusa Tenggara sebagai pintu gerbang pariwisata dan pendukung pangan nasional dalam MP3EI, dimana dalam mendukung persepektif nasional, Provinsi Bali merupakan pintu gerbang kegiatan utama pariwisata di Indonesia yang memerlukan adanya pemenuhan kebutuhan infrastruktur dalam rangka peningkatan konektivitas (infrastruktur) untuk mendukung kegiatan pengembangan ekonomi utama pariwisata.
Pembangunan transportasi di Bali juga berperan sebagai urat nadi kehidupan dibidang sosial budaya, politik dan pertahanan keamanan dan diarahkan pada terwujudnya Tatanan Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Bali dalam satu kesatuan Sistem Transportasi Nasional (SISTRANAS) yang andal, berkemampuan tinggi dan diselenggarakan secara terpadu, tertib, aman, lancar, nyaman dan efisien dalam menunjang dan sekaligus menggerakkan dinamika pembangunan, mendukung mobilitas manusia, barang dan jasa, mendukung pola distribusi nasional serta mendukung pengembangan wilayah Bali. Pengembangan wilayah dan pusat perkotaan nasional diserasikan dengan sistem jaringan transportasi, sistem jaringan prasarana dan sarana, dan memperhatikan peruntukan ruang kawasan budidaya di wilayah sekitarnya, baik yang ada sekarang maupun yang direncanakan sehingga pengembangannya dapat
meningkatkan kualitas pemanfaatan ruang yang ada, dimana jaringan prasarana dan sarana dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan menunjang fungsi pusat perkotaan dalam wilayah nasional, sehingga pelayanan prasarana dan sarana dapat menjangkau seluruh masyarakat termasuk di kawasan perdesaan.
Adanya kesenjangan pembangunan Bali Utara dan Bali Selatan menuntut adanya perbedaan orientasi strategi pembangunan transportasi dan komunikasi di kedua wilayah. Kondisi topografi Pulau Bali yang ditengahtengahnya merupakan pegunungan membentang dari ujung Barat sampai ujung Timur dan wilayah Nusa Penida, memberikan hambatan/tantangan yang cukup berat dalam upaya meningkatkan kelancaran distribusi barang dan jasa antar wilayah. Mengingat keterbatasan daya dukung lingkungan, pembangunan transportasi dan komunikasi di wilayah Bali Selatan perlu diarahkan pada strategi penataan dan optimalisasi sarana dan prasarana yang ada dengan konsep aglomerasi. Sementara di wilayah Bali Utara perlu lebih ditekankan kepada pembangunan dan pengembangan infrastruktur untuk mendorong pertumbuhan wilayah tersebut dengan tidak mengabaikan prinsip optimalisasi prasarana dan konsep aglomerasi “One Island Management”.
Terdapat beberapa pelabuhan angkutan laut dan angkutan penyeberangan di Provinsi Bali, diantaranya adalah Pelabuhan Benoa yang merupakan pelabuhan terbuka untuk perdagangan luar negeri dan berfungsi untuk pelayanan penumpang, pariwisata dan perikanan. Pelabuhan Celukan Bawang adalah pelabuhan yang terbuka untuk perdagangan luar negeri dan berfungsi untuk pelayanan barang. Pelabuhan Pengambengan Kabupaten Jembrana adalah pelabuhan khusus perikanan/nelayan, serta penyebrangan Gilimanuk Pelabuhan Manggis Kabupaten Karangasem adalah pelabuhan khusus untuk pelayanan kapal Pertamina. Rencana Pelabuhan kapal pesiar di Tanah Ampo, termasuk rencana pembangunan Pelabuhan Penyeberangan di Amed Kabupaten Karangasem Pelabuhan laut Toya Pakeh dan Buyuk di Pulau Nusa Penida, pelabuhan/dermaga khusus wisata di Nusa Lembongan dan Nusa Ceningan, Pelabuhan Kusamba Kabupaten Klungkung, Pelabuhan SanurKota Denpasar, Pelabuhan Sangsit dan Labuhan Lalang Kabupaten Buleleng adalah pelabuhan yang berfungsi melayani angkutan penumpang dan barang antar wilayah dalam Provinsi. Ditinjau dari perkembangan angkutan laut baik angkutan penumpang maupun barang pada pelabuhan masih belum mampu bersaing dengan moda angkutan lain yakni moda angkutan udara maupun angkutan penyeberangan. Fasilitas Bandara Ngurah Rai antara lain: Landas pacu 45 x 3.000 m dengan parallel taxiway 23 x 3.000 m dan exit taxiway 7 buah untuk kapasitas pergerakan pesawat udara 80.900 kali per tahun. Apron kapasitas 38 unit, terdiri dari jenis pesawat udara B.747 400 (9 unit); A.330 (2 unit); MD11 (2 unit); A320 (25 unit).
Tingginya penggunaan kendaraan pribadi di kawasan perkotaan Bali Selatan, buruknya kondisi sarana dan kinerja operasi angkutan umum, defisiensi sarana dan prasarana angkutan umum mengakibatkan munculnya dampak negatif transportasi bagi aktivitas kepariwisataan. Untuk itu peningkatan pelayanan angkutan umum menjadi begitu penting untuk segera dibenahi,
disamping juga peningkatan sarana prasarana yang telah ada seperti pemeliharaan, peningkatan dan pembangunan jalan dan jembatan disamping pembenahan terhadap penataan simpangan dan manajemen pengaturan lalu lintas sehingga terciptanya keselamatan dan kenyamanan dalam berlalu lintas. Dari beberapa studi yang dilakukan dapat disampaikan bahwa kemacetan di Kota Denpasar dan sekitarnya dipicu oleh banyaknya penggunaan kendaraan pribadi, yang memiliki faktor muat sangat rendah, sehingga penggunaan ruang jalan menjadi tidak efisien disamping pelayanan angkutan umum masih sangat buruk. Walaupun kini sudah dibangun jalan Benoa – Ngurah Rai – Nusa Dua dan underpass Simpang Dewa Ruci sebagai alternatif pemecah permasalahan transportasi kemacetan di wilayah Bali Selatan, tetapi karena pemusatan aktivitas pembangunan di Bali tetap dikembangkan (terpusat) di Wilayah Bali Selatan yaitu: Denpasar, Badung, Gianyar dan Tabanan (Sarbagita), maka permasalahan transportasi (kemacetan) tetap merupakan isu strategis bagi wilayah tersebut. Dari keempat kabupaten/kota yang ada disana, pemusatan aktivitas terbesar terjadi di Kota Denpasar dan Badung Selatan. Hal tersebut telah menyebabkan besarnya produksi dan tarikan perjalanan dari/ke Denpasar dan Badung Selatan, atau ke wilayah sekitarnya seperti Tabanan atau Kabupaten Gianyar.
Di Indonesia, sektor transportasi adalah pengguna terbesar bahan bakar minyak, karena pertumbuhan armada kendaraan dan masih disubsidinya harga produk bahan bakar minyak untuk transportasi. Harga bahan bakar yang masih disubsidi oleh pemerintah akan menghalangi peningkatan efisiensi kendaraan yang dapat terjadi dari waktu ke waktu. Selaih emisi, transportasi darat juga berkaitan dengan kejadian kecelakaan lalulintas, polusi udara, kemacetan lalulintas dan ketergantungan pada minyak bumi. Harus ada tindakan yang signifikan untuk mengurangi intensitas karbon dari sektor transportasi, sehingga emisi GRK yang diperkirakan akan meningkat dua kali lipat dalam waktu kurang dari 10 tahun akan berhasil dikurangi. Dengan meningkatnya perhatian dunia kepada isu perubahan iklim maupun bertambahnya angka urbanisasi dan pertumbuhan pemakaian bahan bakar minyak di Indonesia.
Saat ini, isuisu penyediaan kebutuhan infrastruktur telah menjadi isu prioritas yang harus ditangani dalam setiap rencana kerja yang disusun oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Kebutuhan akan penyediaan infrastruktur belum dapat dipenuhi secara optimal oleh Pemerintah, mengingat adanya keterbatasan pendanaan melalui APBN dan APBD. Diperlukan adanya percepatan transformasi ekonomi agar kesejahteraan bagi seluruh masyarakat dapat diwujudkan lebih dini. Dalam MP3EI, perwujudan tersebut akan diupayakan melalui langkah – langkah percepatan pembangunan infrastruktur melalui perubahan pola pikir (mindset) yang didasari oleh semangat “Not Businees As Asual”. Dengan adanya perubahan pola pikir paling mendasar tersebut, akan dipahami bahwa pembangunan ekonomi melalui penyediaan infrastruktur memerlukan dukungan dan kolaborasi bersama antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, BUMN, BUMD dan swasta dalam semangat Indonesia incorporated. Hal ini memberikan peluang besar bagi swasta untuk berpartisipasi
dalam pembangunan infrastruktur melalui skema kerjasama pemerintah dengan swasta (KPS), baik pembangunan infrastruktur baru maupun pengelolaan infrastruktur yang sudah ada. Dengan adanya KPS, maka pemerintah dapat memfokuskan diri untuk membangun infrastruktur yang tidak bersifat komersial namun sangat diperlukan oleh masyarakat, seperti pembangunan infrastruktur perdesaan, jalan arteri, drainase dan sebagainya.
Provinsi Bali sebagai daerah tujuan wisata dunia harus menata keterpaduan dan keserasian sistem yang ada, menjadi satu kesatuan sistem yang terintegrasi dalam upaya meningkatkan kuantitas dan kualitas jasa pelayanan transportasi, komunikasi dan informasi publik melalui penyiapan segala sarana dan prasarananya yang dibutuhkan.
a. Angkutan Jalan
Transportasi angkutan jalan saat ini masih dihadapkan dengan kondisi rendahnya penggunaan angkutan umum, dimana pangsa pasar angkutan umum masih jauh dibawah persentase ideal sebesar 70% dari total perjalanan. Hal itu terjadi karena selain masih rendahnya kesadaran masyarakat terhadap angkutan umum juga karena kurang tersedianya angkutan umum yang berkualitas. Dari data yang ada diketahui bahwa jumlah ijin trayek yang sudah dikeluarkan di Provinsi Bali dari tahun 20082012 mengalami peningkatan. Pada tahun 2008 sebanyak 14.822 ijin trayek, tahun 2009 sebanyak 15.586, tahun 2010 sebanyak 16.151, tahun 2011 sebanyak 16.920 dan tahun 2012 sebanyak 17.508 ijin trayek. Sedangkan rasio ijin trayek yang terjadi mengalami penurunan dari tahun 20082012 seperti pada Tabel 2.67, yaitu dari 0.0074 di tahun 2008 menjadi 0.0045 pada tahun 2012. Tabel 2.67
Data Angkutan Umum Di Provinsi Bali
NO ANGKUTANJENIS PERUSAHAANJUMLAH JUMLAH IJIN TRAYEK
2008 2009 2010 2011 2012 1 ANGKOT - - - - 2 ANGDES Perorangan ( 709 ) 605 605 605 605 605 3 AKAP 39 567 567 567 567 567 4 AKDP BUS 25 331 331 331 346 356
5 AKDP ISUZU Perorangan( 1556 ) 1.380 1.400 1.425 1.445 1.470
6 TAKSI 6 2.125 2.455 2.550 2.805 2.805 7 PARIWISATA 138 1.155 1.180 1.200 1.227 1.283 8 SEWA 306 8.644 9.033 9.453 9.905 10.39 7 9 AJAP 7 15 15 20 20 25 Jumlah 14.822 15.586 16.151 16.920 17.508
Rasio Ijin Trayek (Jumlah Ijin Trayek/Jumlah Penduduk) 0,0074 0,0060 0,0050 0,004 4 0,004 5
Sumber: Dinas Perhubungan dan Infokom Provinsi Bali
Untuk saat ini Pemerintah Provinsi Bali telah pula mengeluarkan kebijakan strategis berupa pengembangan angkutan umum Trans Sarbagita. Diharapkan melalui penataan angkutan perkotaan ini, minat masyarakat akan semakin tinggi terhadap pemanfaatan angkutan umum, sehingga permasalahan kemacetan sedikit tidaknya akan dapat teratasi.
Sebagai tahap awal, penanganan akan dilaksanakan di kawasan Metro Sarbagita melalui restrukturisasi jaringan trayek di Kota Denpasar dan didukung dengan pengembangan jaringan trayek pada daerah sekitarnya dengan penggunaan armada bus pada trayektrayek utama secara bertahap sesuai skala prioritas serta penggunaan armada angkutan kota pada jaringan trayek cabang dan ranting. Direncanakan terdapat 17 jaringan trayek utama, dimana, 3 trayek berbasis bandara, 3 trayek berbasis wisata dan 11 trayek berbasis komuter yang didukung dengan 17 jaringan trayek cabang pada wilayah Denpasar, Badung, Gianyar dan Tabanan. Agustus 2011 telah dilaksanakan tahap uji coba koridor II (Batu BulanNusa Dua PP) dengan menggunakan 15 buah armada bus bantuan Departemen Perhubungan dan di Tahun 2012, sepuluh 10 unit bus dibantu kembali oleh Dephub sehingga permasalahan kemacetan di wilayah Kota Denpasar akan dapat dikurangi. b. Pelabuhan Angkutan Penyeberangan
Sesuai dengan fungsinya, di Provinsi Bali terdapat 3 (tiga) pelabuhan penyeberangan yaitu pelabuhan penyeberangan GilimanukKetapang yang terletak di ujung Barat Pulau Bali dan Padangbai–Lembar terletak di ujung Timur Pulau Bali, yang merupakan pelabuhan penyeberangan lintas nasional serta pelabuhan penyeberangan Nusa PenidaGunaksa yang berfungsi untuk memperlancar arus lalu lintas dari Bali daratan ke Pulau Nusa Penida. 1. Pelabuhan Penyeberangan Lintas Gilimanuk–Ketapang
Sarana dan prasarana yang tersedia pada pelabuhan penyeberangan lintas GilimanukKetapang sampai dengan tahun 2012 terdiri dari 5 unit dermaga, kapasitas parkir siap muat 145 unit, MB/Ponton 79 unit dan LCM 90 unit, jumlah kapal yang beroperasi 37 unit dengan kapasitas penumpang 25.916.460 orang, kapasitas kendaraan 2.871.920 unit. Produktivitas angkutan pelabuhan penyeberangan lintas GilimanukKetapang berdasarkan perkembangan lalu lintas muatan sampai bulan November 2012 jumlah penumpang 7.671.906 orang, barang mencapai 7.854.281 ton dan 2.738.084 unit kendaraan. Data tahun 2008–2012 untuk penumpang ratarata naik 25%, barang naik 32,18% dan muatan kendaraan naik 47,87%. Pelabuhan Penyeberangan lintas GilimanukKetapang seringkali mengalami stagnasi/antrian kendaraan terutama pada harihari puncak seperti Mudik Lebaran, liburan sekolah, Natal dan Tahun Baru.