• Tidak ada hasil yang ditemukan

VII. KEMISKINAN DAN KAITANNYA DENGAN

7.1.2 Perhitungan Bagi Hasil dan Pendapatan

Perhitungan bagi hasil untuk nelayan jaring Rajungan diperoleh dengan cara menghitung jumlah rata-rata hasil tangkapan yang diperoleh nelayan dikali dengan harga jual Rajungan. Nilai jual yang diperoleh hanya dikurangi dengan biaya ransum. Perahu Rajungan tidak memerlukan posisi khusus sebagai nahkoda sehingga tidak ada bagi hasil untuk nahkoda. Hasil penjualan Rajungan kemudian dibagi rata: Pertama 4 bagian untuk alat tangkap jaring, yaitu 1 bagian untuk

perahu, dan 3 bagian untuk tiga ABK; Kedua alat tangkap bubu di tingkat pengumpul 5 bagian (1 bagian perahu, 1 bagian mesin, 1 bagian jaring, dan 2 bagian ABK) dan di tingkat bakul enam setengah bagian (1 bagian perahu, 0,5 bagian mesin, 1 bagian bubu, dan 4 bagian ABK). Setelah itu, bagi hasil yang didapat dikalikan waktu trip melaut selama 25 hari.

Jumlah tangkapan rata-rata yang diperoleh nelayan jaring sebanyak 8,5 kg Rajungan sedangkan nelayan bubu sebanyak 16,5 kg Rajungan. Harga jual Rajungan pada nelayan pengguna alat tangkap jaring sebesar Rp 15.000,00/kg di tingkat bakul dan Rp 13.000,00/kg di tingkat pengumpul sedangkan pada nelayan pengguna alat tangkap bubu sebesar Rp 15.000,00/kg di tingkat pengumpul dan Rp 18.000,00/kg di tingkat bakul. Hasil analisis bagi hasil nelayan Rajungan menunjukan bahwa nelayan pengguna jaring memperoleh bagi hasil sebesar Rp 1.006.250,00 -Rp 1.031.250,00 per bulan untuk juragan dan Rp 503.125,00 - Rp 515.625,00 per bulan untuk ABK. Nelayan pengguna bubu memperoleh bagi hasil sebesar Rp 2.769.230,00 -Rp 3.000.000,00 per bulan untuk juragan dan Rp 750.000,00 - Rp 923.075,00 per bulan untuk ABK.

Bagi hasil yang diperoleh nelayan bubu lebih besar dari pada nelayan jaring karena harga jual Rajungan dari nelayan bubu dinilai lebih tinggi baik oleh pengumpul dan bakul. Selain itu, jumlah tangkapan rata-rata yang diperoleh nelayan bubu lebih besar dan lebih banyak dari nelayan jaring. Analisis

perhitungan bagi hasil nelayan Rajungan ditampilkan pada Lampiran 1 hal. 108. Musim sedang berlangsung selama 6 bulan, yaitu bulan Maret hingga bulan April, bulan Juni hingga bulan Agustus, dan bulan November. Pendapatan ABK sebesar Rp 350.000,00 - Rp 450.000,00 per bulan baik untuk pengguna jaring maupun pengguna bubu. Akan tetapi, pendapatan juragan berbeda dan cenderung lebih besar pada pengguna bubu. Pendapatan juragan Rp 700.000,00 - Rp 900.000,00 per bulan pada pengguna jaring dan Rp 1.000.000,00 - Rp

1.400.000,00 per bulan pada pengguna bubu. Perhitungan pendapatan ini. Musim panen Rajungan berlansung selama 3 bulan, yaitu bulan Februari dan bulan September hingga bulan Oktober. Ketika musim panen, pendapatan nelayan berkisar antara Rp 1.800.000,00 - Rp 2.000.000,00 untuk juragan perahu jaring dan Rp 2.400.000,00 - Rp 3.500.000,00 untuk juragan perahu bubu.

Pendapatan yang diperoleh ABK sebesar Rp 900.000,00 - Rp 1.000.000,00 untuk perahu jaring dan Rp 600.000,00 - Rp 1.000.000,00 untuk perahu bubu. Akan tetapi, adakalanya pendapatan yang diperoleh melebihi nilai ini.

Musim sepi Rajungan berlansung selama 3 bulan, yaitu bulan Desember hingga bulan Januari dan bulan Mei. Ketika musim sepi, pendapatan nelayan berkisar antara Rp 300.000,00 - Rp 600.000,00 untuk juragan perahu jaring dan Rp 800.000,00 - Rp 875.000,00 untuk juragan perahu bubu. Pendapatan yang diperoleh ABK sebesar Rp 150.000,00 hingga Rp 300.000,00 untuk perahu jaring, dan Rp 200.000,00 - Rp 250.000,00 untuk perahu bubu. Akan tetapi, sering kali pendapatan yang diperoleh jauh lebih rendah dari nilai ini. Bahkan, yang sering terjadi, nelayan tidak memperoleh hasil tangkapan sama sekali sehingga nelayan lebih memilih pulang ke daerah asalnya sampai menunggu kondisi yang lebih baik. Penjelasan ini ditampilkan di Lampiran 1 hal. 110.

7.1.3 Perhitungan Bagi Hasil dan Pendapatan Nelayan Jaring Udang

Perhitungan bagi hasil untuk nelayan jaring Udang diperoleh dengan cara menghitung jumlah rata-rata hasil tangkapan yang diperoleh nelayan dikali

dengan harga jual Udang. Nilai jual yang diperoleh hanya dikurangi dengan biaya ransum. Seperti halnya perahu Rajungan, perahu jaring Udang tidak memerlukan posisi khusus sebagai nahkoda sehingga tidak ada bagi hasil untuk nahkoda. Hasil penjualan Udang kemudian dibagi rata 5 bagian, yaitu 1 bagian perahu, 1 bagian mesin, 1 bagian jaring, dan 2 bagian untuk 2 ABK. Setelah itu, bagi hasil yang didapat dikalikan waktu trip melaut selama 25 hari. Jumlah tangkapan rata-rata yang diperoleh nelayan jaring Udang sebanyak 5 kg Udang size 40. Harga jual Udang size 40 sebesar Rp 45.000,00/kg di tingkat bakul 1 dan Rp 46.000,00/kg di tingkat bakul 2.

Hasil analisis perhitungan bagi hasil menunjukan bahwa juragan memperoleh bagi hasil sebesar Rp 2.600.000,00 - Rp 2.700.000,00 per bulan sedangkan ABK memperoleh bagian sebesar Rp 650.000,00 - Rp 675.000,00 per bulan. Hasil yang sangat berbeda akan didapatkan bila melakukan kroscek kepada nelayan. Menurut nelayan, pendapatan yang mereka peroleh (saat musim sedang) sebesar Rp 1.000.000,00 per bulan untuk juragan dan Rp 250.000,00 per bulan untuk nelayan ABK. Hal ini terjadi karena perhitungan bagi hasil menggunakan

taksiran jumlah tangkapan rata-rata yang yang diperoleh nelayan. Akan tetapi kenyataannya, hasil tangkapan nelayan sangat fluktuatif dan terdiri dari berbagai ukuran dengan tingkatan harga yang berbeda per size-nya. Penjelasan ini

ditampilkan pada Lampiran 1 hal. 110.

Musim sedang berlangsung selama 1 bulan saja, yaitu bulan Juli. Seperti yang telah dijelaskan di atas, saat musim sedang tiba, nelayan akan memperoleh pendapatan sebesar Rp 1.000.000,00 per bulan untuk juragan dan Rp 250.000,00 per bulan untuk nelayan ABK. Musim panen Udang berlangsung selama 2 bulan, yaitu bulan Juni dan bulan September. Pendapatan yang diperoleh nelayan sebesar Rp 3.000.000,00 per bulan untuk juragan dan Rp 750.000,00 per bulan untuk nelayan ABK. Pendapatan ini merupakan pendapatan rata-rata yang diperoleh nelayan saat musim panen Udang tiba tetapi adakalanya pendapatan yang diperoleh melebihi nilai ini.

Musim sepi Udang berlangsung selama 2 bulan, yaitu bulan Agustus dan bulan Oktober. Pendapatan yang diperoleh nelayan sebesar Rp 600.000,00 per bulan untuk juragan dan Rp 150.000,00 per bulan untuk ABK. Pendapatan diperoleh nelayan saat musim sepi Udang sering kali pendapatan yang diperoleh jauh lebih rendah dari nilai ini. Bahkan, seringkali nelayan tidak memperoleh hasil tangkapan sama sekali sehingga nelayan lebih memilih pulang ke daerah asalnya sampai menunggu kondisi yang lebih baik. Penjelasan ini ditampilkan di

Lampiran 1 hal. 110.

Bila bagi hasil dan pendapatan yang diperoleh nelayan diperbandingkan maka diketahui bahwa nelayan jaring Rampus memiliki rata-rata bagi hasil dan pendapatan tertinggi sedangkan nelayan jaring Udang memiliki rata-rata bagi hasil dan pedapatan terendah. Hal ini dipengaruhi oleh jumlah tangkapan rata-rata nelayan jaring Rampus lebih tinggi daripada nelayan Rajungan maupun nelayan jaring Udang. Selain itu, harga jual Ikan Kembung relatif tinggi dibandingkan harga jual Rajungan, yaitu sebesar Rp 11.000,00 hingga Rp 18.000,00 per kg. Walaupun harga jual Udang lebih tinggi dibandingkan kedua komoditi lainnya tapi karena hasil tangkapan yang diperoleh nelayan lebih sedikit maka bagi hasil dan pendapatan yang diperoleh pun rendah.

7.2 Persentase Bagi Hasil Antara Nelayan Pemilik dengan ABK