• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISTIM ANGKUTAN UMUM PERKOTAAN

Dalam dokumen Staff Site Universitas Negeri Yogyakarta (Halaman 38-42)

Pertumbuhan ekonomi dibeberapa wilayah perkotaan di Indonesia bergerak cukup pesat, sementara angkutan umum sebagai pendukung mobilitas yang diharapkan mampu memacu perkembangan ekonomi belum menunjukkan hasil yang menggembirakan. Beberapa masalah yang sering timbul dalam angkutan perkotaan diantaranya adalah :

 Jumlah armada yang tidak optimal sesuai dengan kebutuhan yang

disebabkan oleh perencanaan dan pengaturan rute yang kurang baik

 Ketidak teraturan wilayah operasi sehingga selalu dipersalahkan sebagai

penyebab kemacetan

 Jaringan trayek yang berpola radial, dimana pergerakan kendaraan angkutan

umum menuju arah pusat kota yang juga berpotensi meningkatkan kemacetan

 Lalu lintas yang tercampur antara kendaraan bermotor dan tidak bermotor,

yang juga turut menambah beban kepadatan lalu lintas serta kedisiplinan pengendara angkutan umum

 Penenntuan biaya angkutan yang tidak seuai dengan iklim usaha angkutan

umum

 Tidak adanya jadwal yang tetap

 Pola route yang memaksa terjadinya transfer

 Kelebihan penumpang pada jam sibuk, demikian sebaliknya

 Cara mengemudi yang kurang baik dan membahayakan keselamatan umum

 Kondisi armada yang tidak terawat, sehingga merugikan penumpang dan

mengotori lingkungan

Secara umum dapat digambarkan bahwa sistim angkutan perkotaan pada umumnya belum menunjukkan sistim angkutan yang dapat menyediakan kondisi pelayanan yang memuaskan. Penyelenggaraan angkutan umum masih dianggap merupakan sutu usaha swadaya yang tidak memberikan keuntungan namun cukup memberikan peluang lapangan kerja, dengan gambaran bahwa jenis moda transportasi yang digunakan kebanyakan adalah angkutan kota dengan kendaraan kecil sehingga jumlahnya tidak terkontrol.

Ketidak seimbangan antara pertumbuhan permintaan pelayanan angkutan umum yang cenderung tinggi tidak dapat diimbangi oleh ketersediaan sarana transportasi yang memadai. Tingginya permintaan transportasi perkotaan disebabkan oleh beberapa hal diantaranya pertumbuhan populasi penduduk kota, pemekaran area perkotaan, tingkat ketersediaan transportasi bermotor, pertumbuhan pendapatan penduduk, dan pertumbuhan kegiatan komersial dan industri.

Tingginya permintaan sarana transportasi kota yang tidak diimbangi dengan penyediaan sarana transportasi sangat berpengaruh pada kemacetan lalu lintas yang dapat berakibat lebih jauh pada ketidak efisiensinan biaya transportasi. Disamping itu kemacetan dapat berakhibat pada tingkat keamanan, kenyamanan, keteraturan, serta berpengaruh pada sikap penumpang dalam memilih angkutan 27.1.1.1 Parameter Kinerja Angkutan Umum

Menurut Undang-Undang No. 14 tahun 1992 yang dimaksud dengan angkutan umum adalah angkutan penumpang yang diakukan dengan sistim sewa atau membayar. Untuk mengukur kinerja angkutan umum dalam pelayanannya terhadap masyarakat, terdapat beberapa indikator yang dapat digunakan sebagai acuan dalam mengukur tingkat pelayanan angkutan umum seperti tampak pada tabel berikut ;

Tabel Indikator Kinerja Transportasi

No Aspek Parameter Standard

Jumlah penumpang Jumlah penumpang yang diangkutperbus perhari (orang/bus/hari) 463 – 555

Utilisasi kendaraan Rata-rata jarak perjalanan yangditempuh (km/hari) 230 – 260

Produktivitas pegawai

Jumlah staff administrasi/bus Jumlah pegawai bengkel/bus Jumlah pegawai total/bus

0.3 – 0.4 0.5 – 1.5 3 - 8 Tingkat kecelakaan Jumlah kecelakaan per 100.000 kmperjalanan 1.5 – 3

Tingkat kerusakan Presentase jumlah bus yang dalampemeliharaan terhadap total bus yang dioperasikan

8 – 10

Avaliability Ratio jumlah bus yang dioperasikandengan jumlah bus keseluruhan dalam persen

80 – 90

Konsumsi bahan bakar Volume bahan bakar per bus per 100km perjalanan 15 – 25 Kebutuhan suku cadang

pertahun

Ratio suku cadang dengan iaya operasi kendaraan

7 – 12

Operating ratio Ratio antara pendapatan dengan biayaoperasi 1.05 – 1.08 Sumber : The World Bank, Urban Transpot. 1986

27.1.1.2 Perhitungan biaya operasi

Dalam mengoperasikan kendaraan angkutan umum operator atau pengusaha selalu melakukan perhitungan biaya operasi sebagai suatu ukuran dalam pengoperasian, sehingga terhindar dari kerugian dalam pengoperasian kendaraan. Disamping biaya perencanaan angkutan harus dilakukan sebelum pengusaha atau pemerintah daerah melakukan pembukaan route. Beberapa hal yang perlu diperhitungkan adalah : 28 Headway dan load factor

Perhitungan headway digunakan untuk menghitung bersarnya waktu atau jarak antar satu kendaraan dengan kendaraan lain yang berurutan dibelakangnya pada satu jalur yang sama. Semakin kecil headway menunjukkan frekwensi yang semakin tinggi, sehingga waktu tunggu semakin rendah. Hal ini akan menguntungkan penumpang, sementara akan menyebabkan saling berebutan bagi operator dalam mendapatkan penumpang sehingga tingkat pelanggaran semakin tinggi. Dalam mengurangi tingkat kemacetan dapat dilakukan penetapan headway sebesar 1 (satu0 menit atau dapat dihitung besranya headway dengan persamaan berikut :

60 menit

Headway (menit) = _________

Frekwensi Dimana besarnya

Jumlah penumpang perjam Frekwensi (kendaraan/jam) = _________________________

Load factor x kapasitas

Jumlah rit/hari

Jumlah rit/jam = ______________

Jam operasi

Sementara besarnya load factor adalah jumlah penumpang dibagi dengan kapasitas bus atau sarana transportasi yang tersedia. Disamping itu besarnya tingkat okupansi dapat dihitung berdasrkan rasio jumlah penumpang dengan kapasitas tempat duduk. Sehingga dapat diketahui jika load factor atau nilai okupansi > 1 berarti terjadi kekurangan supply. Load factor biasanya ditentukan besarnya 70%.

29 Biaya Operasi Kendaraan (BOK)

Perhitungan biaya operasi kendaraan terdiri dari biaya langsung dan biaya tidak langsung. Sementara biaya langsung dapat berupa penyusutan, gaji karyawan, bahan bakar, ban, servis dan perawatan, perbaikan besar dan kecil, cuci kendaraan, retribusi terminal, STNK, KIR, accu, Kampas rem dan kopling. Sedangkan komponen biaya tidak langsung berupa ijin trayek dan ijin usaha 30 Tarif

Penentuan besarnya tarif angkutan biasanya ditentukan oleh pemerintah daerah setempat atas [persetujuan asosiasi pengusaha angkutan yang ada. Besarnya tarif angkutan ditentukan dari perkalian antara tarif pokok dan jarak perjalanan rata-rata ditambah 10% keuntungan (SK Dirjen Hubdar No. 274/KH.105/DRDJ-96 tanggal 16 April 19274/KH.105/DRDJ-96. atau dapat ditulis dalam persamaan sebagai berikut :

Tarif = (tarif pokok x jarak rata-rata) + 10%

Total biaya pokok

Tarif pokok =

(faktor pengisian x kapasitas kendaraan)

Seperti telah disampaikan didepan bahwa biaya langsung terdiri dari beberapa komponen demikian juga dengan biaya tak langsung. Diantara beberapa biaya tersebut yang dapat dihitung secara teknis adalah :

Konsumsi bahan bakar

 Angkutan kecil = Y = 0,05693. S2 – 6,42593. S + 269,18576

 Bus kota = Y = 0,21692. S2 – 24,15490. S + 954, 78824

Y = Konsumsi bahan bakar (liter/100 km) S = Variable kecepatan kendaraan (km/jam) Konsumsi oli mesin

 Angkutan kecil = Y = 0,00037. S2 – 0,04070. S + 2,20403

 Bus kota = Y = 0,00209. S2 – 0,24413. S + 13,29445

Y = Konsumsi oli mesin (liter/100 km) S = Variable kecepatan kendaraan (km/jam) Pemakaian ban

 Angkutan kecil = Y = 0,0008848 S – 0,0045333

 Bus kota = Y = 0,0012356.S – 0,00064667

Y = Konsumsi ban (buah/1000 km)

Biaya pemeliharaan

 Angkutan kecil = Y = 0,0000064 S – 0,0005567

 Bus kota = Y = 0,0000332.S – 0,00020891

Y = biaya suku cadang (per 1000 km) S = Variable kecepatan kendaraan (km/jam) Biaya mekanik

 Angkutan kecil = Y = 0,00362 S – 0,36267

 Bus kota = Y = 0,01311.S – 1,97733

Y = jam kerja mekanik (per 1000 km)

Dalam dokumen Staff Site Universitas Negeri Yogyakarta (Halaman 38-42)

Dokumen terkait