• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS DATA

4.4 Pengujian Memasak Air

4.4.3 Perhitungan Efisiensi

Efisiensi penggunaan kompor surya dalam memasak air dapat ditentukan dengan membandingkan besarnya energi panas yang dipakai untuk memasak air dengan besarnya energi panas yang dapat digunakan dari kompor surya tersebut. Berikut akan diuraikan nilai efisiensi memasak untuk setiap pengujian.

Pengujian Memasak Tanpa Sekat

Pada perhitungan analisis sebelumnya telah didapat besarnya energi panas yang dapat digunakan kompor surya tanpa sekat untuk memasak. Maka nilai efisiensi memasak air untuk setiap pengujian kompor surya tanpa sekat dapat dituliskan sebagai berikut.

Pengujian pertama

Pengujian pertama memasak air dengan kompor surya tanpa sekat dilakukan pada tanggal 11 juni 2014 dengan volume air 1 liter.

Efisiensi = x 100%

= x 100%

= 8,45 %

Efisiensi memasak air pada pengujian memasak pertama tanpa sekat adalah sebasar 8,45 %

Pengujian kedua

Pengujian kedua memasak air dengan kompor surya tanpa sekat dilakukan pada tanggal 12 juni 2014 dengan volume air 2 liter.

Efisiensi = x 100%

= x 100%

= 6,36 %

Efisiensi memasak air pada pengujian memasak kedua tanpa sekat adalah sebasar 6,36 %

Pengujian ketiga

Pengujian ketiga memasak air dengan kompor surya tanpa sekat dilakukan pada tanggal 13 juni 2014 dengan volume air 3 liter.

Efisiensi = x 100%

= 11,50 %

Efisiensi memasak air pada pengujian memasak ketiga tanpa sekat adalah sebasar 11,50 %

Pengujian Memasak Dengan Sekat

Pada perhitungan analisis sebelumnya telah didapat besarnya energi panas total yang dapat digunakan kompor surya dengan penambahan sekat untuk memasak. Maka nilai efisiensi memasak air untuk setiap pengujian kompor surya tanpa sekat dapat dituliskan sebagai berikut.

Pengujian pertama

Pengujian pertama memasak air dengan kompor surya dengan penambahan sekat dilakukan pada tanggal 7 juni 2014 dengan volume air 1 liter.

Efisiensi = x 100%

= x 100%

= 7,13 %

Efisiensi memasak air pada pengujian memasak pertama dengan sekat adalah sebasar 7,13 %

Pengujian kedua

Pengujian kedua memasak air dengan kompor surya dengan penambahan sekat dilakukan pada tanggal 8 juni 2014 dengan volume air 3 liter.

Efisiensi = x 100%

= x 100%

= 11,85 %

Efisiensi memasak air pada pengujian memasak kedua dengan sekat adalah sebasar 11,85 %

Pengujian ketiga memasak air dengan kompor surya tanpa sekat dilakukan pada tanggal 14 juni 2014 dengan volume air 2 liter.

Efisiensi = x 100%

= x 100%

= 14,07 %

Efisiensi memasak air pada pengujian memasak ketiga dengan sekat adalah sebasar 14,07 %

Tabel Perbandingan Efisiensi

Setelah dihitung nilai efisiensi pemakaian kompor surya tanpa sekat dan dengan sekat, maka dapat dituliskan dalam sebuah tabel perbandingan sebagai berikut : Tabel 4.28 Perbandingan efisiensi memasak air menggunakan kompor surya tanpa sekat dan kompor surya dengan sekat.

No Faktor Pembanding Efisiensi (%) 1. Kompor surya tanpa sekat

Pengujian pertama Pengujian kedua Pengujian ketiga 8,45 6,36 11,50 2. Kompor surya dengan sekat

Pengujian pertama Pengujian kedua Pengujian ketiga 7,13 11,85 14,07

Dari hasil perbaningan efisiensi pada tabel di atas, terlihat bahwa secara umum penggunaan kompor surya dengan penambahan sekat lebih efisien dalam dalam memanfaatkan energi panas untuk memasak air.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dihasilkan dari penelitian ini adalah :

Temperatur maksimum yang dapat dicapai kompor surya tanpa sekat dalam pengujian memasak air adalah 88,75 °C, Sedangkan temperatur maksimum yang dapat dicapai kompor surya dengan penambahan sekat adalah 88,90 °C.

Total energi panas maksimum yang dapat diserap oleh kompor surya tanpa sekat adalah 9,437 MJ/ hari, dan yang dapat digunakan adalah sebesar 7,338 MJ/ hari, Sedangkan energi panas maksimum yang dapat diserap oleh kompor surya dengan penambahan sekat adalah 9,489 MJ/ hari, dan yang dapat digunakan adalah sebesar 7,238 MJ/ hari.

Nilai efisiensi tertinggi dalam pengujian memasak air menggunakan kompor surya tanpa sekat adalah 11,50 %, Sedangkan nilai efisiensi teritinggi dalam pengujian memasak air menggunakan kompor surya dengan penambahan sekat adalah 14,07 %.

Saran

Adapun saran yang diberikan adalah sebagai berikut :

Untuk penelitian selanjutnya, kedalaman ruang masak harus dikurangi dan disesuaikan dengan target kapasitas memasak yang diinginkan, karena akan mempengaruhi banyaknya energi panas yang lepas melalui dinding kompor surya. Untuk menaikkan nilai efisiensi memasak, sebaiknya dilakukan isolasi dengan lebih baik lagi dengan memperhatikan nilai konduktivitas termal bahan isolasi dan ketebalan isolasinya. Semakin kecil nilai konduktivitas termal bahan dan semakin tebal isolasinya maka kehilangan panas pada kompor surya akan semakin kecil. Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya dapat dilakukan pengujian dengan memasak nasi atau makanan yang lainnya.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Perpindahan Panas 2.1.1 Perpindahan Panas Konduksi

Konduksi adalah transfer energi dari partikel yang memiliki energi lebih besar ke substansi dengan energi yang lebih rendah dan sebagai hasilnya terjadi interaksi antara partikel.[11]

Rumus Umum :

q

= -k

. A . ... (2.1)

Dimana :

q = Laju perpindahan panas (W)

A = Luas penampang dimana panas mengalir (m2

dT/dx = Gradien suhu pada penampang, atau laju perubahan suhu T )

terhadap jarak dalam arah aliran panas x (K) k = Konduktivitas termal bahan (W/m.K)

2.1.2 Perpindahan Panas Konveksi

Konveksi adalah bentuk dari transfer energi diantara permukaan padat dan fluida yang bergerak serta terkandung efek kombinasi konduksi dan fluida bergerak.[11]

Rumus Umum :

q = h.A. ... (2.2) Dimana :

q = Laju perpindahan panas konveksi (W)

h = Koefisien perpindahan panas konveksi (W/m2 A = Luas penampang (m

K)

2

∆T = Perubahan atau perbedaan suhu ( K) )

Nilai koefisien konveksi dapat dihitung berdasarkan persamaan berikut ini [10]. ...(2.3) Dimana: h = koefisien konveksi ( W / m2 N . K ) u k = konduktivitas termal (W/m.K) = Bilangan Nusselt L = panjang plat (m)

Bilangan Nusselt untuk aliran konveksi sebuah plat dapat ditentukan dengan melihat sesuai dengan keadaan kasusnya. Misalnya sebuah plat datar yang ditiup angin dengan kecepatan U dan temperatur T . Dengan temperatur plat adalah konstan sebesar Ts. Jika temperatur plat lebih tinggi dari temperatur udara,

maka panas akan mengalir dari plat datar ke fluida. Bilangan Nusselt (Nu) dapat dihitung berdasarkan kasus ini adalah. [2]

untuk Re < 5x105...(2.4) untuk 5x105 107 Dimana : ...(2.5) Nux Re

= Bilangan Nusselt sepanjang x

x

Pr = Bilangan Prandlt

= Bilangan Reynolds sepanjang x

Secara umum, pola aliran fluida untuk konveksi panas terbagi menjadi tiga jenis, yaitu aliran laminar, transisi, dan turbulen . Aliran laminar adalah aliran yang molekul-molekul fluidanya masih tersusun rapi atau tidak acak, sedangkan aliran turbulen adalah aliran yang molekul-molekul fluidanya acak atau radial. Aliran transisi merupakan pola aliran yang berada diantara aliran laminar dan turbulen. Persamaan yang digunakan untuk menghitung bilangan Reynold adalah sebagai berikut[2].

Dimana: Re

ρ = massa jenis fluida (kg/m = bilangan Reynold

3

U = kecepatan aliran fluida (m/s) ) L = Panjang pipa (m)

μ = viskositas (Ns/m2 2.1.3 Perpindahan Panas Radiasi

)

Perpindahan panas radiasi adalah perpindahan panas yang terjadi tanpa melalui media perantara (padat dan fluida).

Persamaan untuk mencari perpindahan panas radiasi adalah sebagai berikut [11]: qrad = ε A σ ( Ts4-Tsur4 Dimana : ) ... (2.7) qrad ε = emisivitas bahan

= laju perpindahan panas radiasi (W) A = luas permukaan (m2

σ = kontanta Stefan – Boltzmann (5,67 x 10 ) -8 W/m2 K4 T ) s T = suhu permukaan (K)

sur = suhu lingkungan (K)

2.2 Radiasi Surya

2.2.1 Teori Dasar Radiasi Surya

Radiasi adalah proses perpindahan panas tampa melalui media. Bila energi radiasi menimpa permukaan suatu bahan, maka sebagian akan dipantulkan (refleksi) , sebagian lagi akan diserap (absorbsi) dan sebagian lagi akan diteruskan (transmisi). Kebanyakan benda padat tidak bisa mentransmisikan radiasi thermal sehingga penerapan transmisivitas dianggap nol(Saharjo, 1997).

Terdapat dua jenis pantulan radiasi yaitu spekular dan diffuse. Jika sudut pantulan radiasi sama, maka pantulannya disebut spektular. Jika sudut pantulannya beragam ke semua arah maka pantulannya adalah diffuse (Saharjo, 1997).

Atmosfer bumi terdiri atas empat lapisan dari yang terdekat dari permukaan bumi yaitu troposfer (0-10 km), stratosfer (10-30 km), mesosfer (30-50 km), dan thermosfer (50-400 km) (Saharjo, 1997).

Radiasi yang sampai di lapisan thermosfer dilambangkan (Gon). Radiasi

yang diteruskan ke permukaan bumi dilambangkan (Gbeam). Radiasi akibat

pemantulan dan pembiasan dilambangkan (Gdiffuse).

Gambar 2.1 Radiasi surya (kamusmeteorology.blogspot.com) 2.2.2 Rumusan Radiasi Surya

Matahari mempunyai diameter 1,39×109 m. Bumi mengelilingi matahari dengan lintasan berbentuk ellipse dan matahari berada pada salah satu pusatnya. Jarak rata-rata matahari dari permukaan bumi adalah 1,49×1011 m.[3]

Lintasan bumi terhadap matahari berbentuk ellipse, maka jarak antara bumi dan matahari adalah tidak konstan. Jarak terdekat adalah 1,47x1011 m yang terjadi pada tanggal 3 Januari 2011,dan jarak terjauh pada tanggal 3 juli dengan jarak

1,52x1011 m. Karena adanya perbedaan jarak ini, menyebabkan radiasi yang diterima atmosfer bumi juga akan berbeda.[3]

Gambar 2.2 Pergerakan bumi terhadap matahari

2.2.3 Menentukan Besarnya Radiasi Surya

Radiasi beam adalah radiasi yang langsung di transmisikan dari atmosphere ke permukaan bumi. Adapun persamaan yang digunakan untuk mencari radiasi beam [3]:

Gbeam = Gon τbcos θz ...

Dimana :

(2.8) Gon = radiasi yang diterima atmosphere (W/m2

τ

)

b

cos θ

= faksi radiasi yang diteruskan ke bumi

z

G

= cosinus sudut zenith

beam = radiasi yang ditransmisikan dari atmosphere ke permukaan bumi

(W/m2)

Radiasi diffuse adalah radiasi yang di pantulkan ke segala arah, dan kemudian dimanfaatan. Adapun persamaan yang digunakan untuk mencari radiasi diffuse [3] adalah :

Dimana :

Gon = radiasi yang diterima atmosphere (W/m2

τ

)

b

cos θ

= faksi radiasi yang diteruskan ke bumi

z

G

= cosinus sudut zenith

difuse = Radiasi yang dipantulkan ke segala arah dan kemudian dapat

dimanfaatkan.

Radiasi total adalah jumlah dari radiasi beam dan radiasi diffuse seperti pada persamaan berikut [3] :

Gtotal = Gbeam + Gdifuse ... (2.10)

Radiasi yang dapat ditangkap oleh luasan kolektor, intensitas radiasi diperoleh dari alat ukur, dan dihitung permenit, sehingga energi radiasi dapat di hitung mengunakan rumus [3] :

Q = I A Δt ... (2.11) Dimana:

Q = Energi Radiasi (J) I = Intensitas radiasi (W/m2 A = Luas penampang kolektor(m

)

2

Δt = Selang waktu perhitungan (s) ) = Emisivitas kaca (%)

2.3 Konveksi Alamiah

Jika aliran fluida terjadi secara alami sebagai akibat dari adanya perpindahan panas yang terjadi secara konveksi, maka ini disebut konveksi natural atau kadang disebut konveksi bebas atau konveksi alamiah dalam bahasa Inggris disebut natural convection atau free convection.

2.3.1 Konveksi Alamiah Pada Permukaan Luar

Kasus ini biasanya terjadi pada permukaan kaca yang terpapar oleh sinar matahari, maka panas dari kaca ini akan hilang ke udara lingkungan. Untuk memunculkan efek dari perbedaan kerapatan sebagai gaya pendorong aliran fluida, maka pada persamaan momentum arah vertikal, gaya gravitasi harus

diperhitungkan. Bilangan-bilangan tanpa dimensi yang sering digunakan untuk menghitung konveksi alamiah adalah [2] :

RaL = ... (2.12) Dimana : RaL g = gravitasi bumi (m/s = Rayleigh Number 2 ) = 1/ T Ts = suhu permukaan ( r o Tr = suhu ruangan ( C) o L = panjang (m) C) v = viskositas kinematik ( μ/ρ ) α = diffusitas termal ( k/ρ.cp)

Persamaan mencari bilangan Nusselt untuk konveksi alamiah pada plat luar telah diturunkan secara analitik, dengan asumsi bahwa aliran adalah laminar. Namun faktanya, aliran tidak selalu laminar melainkan turbulent. Oleh karena itu, untuk menentukan bilangan Nusselt dapat disesuaikan dengan bilangan Rayleigh dengan persamaan sebagai berikut. [2]

untuk 104 < RaL <107...(2.13) untuk 107 < RaL <109 Dimana: ...(2.14) NuL Ra = Bilangan Nusselt L = Bilangan Rayleigh

2.3.2 Konveksi Alamiah Pada Ruang Tertutup

Misalkan fluida terdapat di suatu ruangan tertutup, katakanlah sebuah kamar. Fluida tersebut tidak akan bergerak jika semua permukaan mempunyai suhu yang seragam atau tidak sumber panas. Tetapi kasusnya akan berbeda jika terdapat sumber panas atau misalnya salah satu dindingnya lebih panas dari dinding yang lain.

H g Tc TH fluida Pa n a s D in g in H g Tc TH fluida Pa n a s D in g in

Gambar 2.3 Ruang tertutup yang tinggi dan rendah

Untuk ruang tertutup seperti pada gambar 2.3 dengan aspek rasio L/H > 1, rekomendasi Berkovsky dan Polekov (1997) dapat digunakan. Ruang dengan ketinggian 1 < L/H < 2, dan syarat tambahan RaH Pr/0,2 + Pr>103

berlaku [2] : ... (2.15) Untuk ruang yang lebih tinggi lagi 2 L/H 10, Pr 105, dan 103 1010

berlaku [1]:

... (2.16) McGregor dan Emery (1969) merekomendasikan dua persamaan berikut untuk ruang tertutup dengan rasio ketinggian yang lebih besar lagi. [2]

... (2.17)

Syarat untuk persamaan ini adalah : dan

kemudian untuk rasio yang lebih tinggi lagi,

... (2.18)

Syarat untuk persamaan ini adalah : dan

Disini perlu diperhatikan bahwa bilangan Nu dan Ra semua dinyatakan dengan lebar ruang, yaitu H dan tinggi L.

Untuk ruang tertutup dengan rasio ketinggian kurang dari 1, atau ruang pendek seperti yang ditampilkan pada gambar 2.5, rekomendasi yang diajukan oleh Bejan dan Tien (1978) dapat digunakan [2]:

... (2.19) Pada Gambar 2.4 dibawah ini, ditampilkan ruang tertutup dengan posisi dinding panas di bawah. Jika kasusnya seperti ini, pola aliran yang terjadi di dalam ruang akan sangat bervariasi dan sangat tergantung pada bilangan Rayleigh nya. Pola aliran yang terjadi tetap memutar, tetapi ada kemungkinan sumbu putaran lebih dari satu. Fenomena putaran di ruang tertutup yang lebih dari satu ini biasanya dikenal dengan istilah ruang Benard atau Benard cell. Nama ini disesuaikan dengan nama orang pertama yang mengamati dan melaporkannya tahun 1900. [2]

Gambar 2.4 Ruang tertutup

Jika fluida yang ada di ruangan tertutup ini adalah udara, maka persamaan yang diajukan oleh Jakob (1949) dapat digunakan [2]:

Rumus umum :

untuk ...(2.20) untuk ... (2.21) Dimana :

Nu = Bilangan Nusselt Ra = Bilangan Rayleigh

Meskipun persamaan ini dikhususkan untuk udara tetapi masih dapat digunakan untuk gas yang lain selama bilangan Prandtl memenuhi 0,5<Pr<2. Sementara untuk jangkauan fluida selain gas Globe dan Dropkin (1959) mengajukan persamaan berikut [2]:

Rumus umum : Nu=0,069Ra1L3Pr0,074 ... (2.22) Dimana : Nu = Bilangan Nusselt Ra = Bilangan Rayleigh Pr = Bilangan Prandlt

Syarat bilangan Rayleigh agar persamaan ini berlaku adalah 9

5

10 7 10

3× <RaL < × . Dan yang terbaru Holland dkk. (1976) mengajukan persamaan berikut untuk digunakan pada kasus ini [2]:

Rumus Umum : + +       − +       − + = 1 18 1708 1 44 , 1 1 Nu 3 1 L L Ra Ra ... (2.23) Syarat penggunaan persamaan ini adalah 5

10

<

L

Ra . Arti dari operator

+

]

[ adalah yang diambil hanya nilai positif. Jika nilai yang didalam kurung negative maka hasilnya sama dengan nol. Perhatikan operasi berikut [2]+ =2 tetapi [−2]+ =0

Pada umumnya, solar kolektor plat datar mempunyai penutup kaca yang fungsinya meneruskan sinar matahari tetapi mengurangi panas terbuang ke lingkungan. Kemudian, solar kolektor dimiringkan untuk menangkap lebih banyak sinar matahari. Susunan absorber dengan penutup kaca akan membentuk ruang tertutup persegi yang miring dan didalamnya terjadi konveksi natural seperti pada gambar 2.5 berikut. [2]

L H g Tc fluida Kaca (ding in) Abso rber (Pana s) TH θ

Gambar 2.5 konveksi natural pada ruang tertutup yang miring

Pada gambar 2.5 ditampilkan sebuah solar kolektor plat datar yang dapat dimodelkan sebagai ruang tertutup persegi yang miring. Sebenarnya pada kolektor ini terdapat dua buah kaca, tetapi pada model ini hanya ditampilkan satu lapis. Asumsi dilakukan disini adalah perpindahan panas yang terjadi adalah dua dimensi dan dinding samping dari kolektor diisolasi dengan baik.

Pada kasus ini tidak banyak penelitian yang telah dilakukan. Tetapi rekomendasi yang diajukan oleh Holland, dkk (1976) dapat digunakan. [2]

... (2.24) Syarat persamaan ini adalah rasio lebar tehadap ketinggian cukup besar H/L 12, , dan sudut kemiringan kurang dari 70o, ( 0< θ < 70o)

Sementara untuk ruang persegi yang miring dengan rasio lebar terhadap ketinggian H/L < 12, Catton (1978) mengusulkan menggunakan persamaan berikut :

... (2.25) Syarat menggunakan persamaan ini adalah sudut kemiringan harus lebih kecil dari sudut kritis 0 < < . Nu untuk sudut 0o dapat digunakan persamaan yang diajukan Holland,dkk(1976) diatas dan untuk 90o , persamaan (82) atau (83) dapat digunakan. Tetapi disini perlu kehati-hatian menggunakan parameter L dan H, jangan sampai tertukar. Sudut kemiringan kritis berbeda untuk masing-masing rasio untuk beberapa rasio ditampilkan pada tabel 2.1. [2]

Tabel 2.1. Sudut kritis ruang tertutup miring.

Rasio H/L Sudut Kritis,

1 25o

3 53o

6 60o

12 67o

>12 70o

Jika Sudut kemiringan melebihi sudut kritis, maka rekomendasi oleh Ayyaswamy dan Catton (1973) dapat digunakan. [2]

... (2.26) Persamaan ini berlaku untuk dan semua H/L. Sementara jika kemiringannya melebihi dari , Arnold, dkk(1974) dapat digunakan. [2]

... (2.27) Berlaku untuk sudut 90o< θ < 180o dan semua H/L.[2]

2.4 Kompor surya

2.4.1 Sejarah Kompor Surya

Saat ini, masih ada manusia yang belum mengetahui cara memasak makanan. Sebagian orang makan makanan dalam kondisi mentah. Kemudian manusia menemukan bahwa api bisa dikendalikan dan digunakan untuk memasak makanan. Api pada dasarnya adalah tenaga surya yang disimpan dalam kayu. Melihat cara ini, cara memasak dengan kayu adalah metode pertama memasak dengan energi surya di bumi ini.

Awal memasak dengan energi surya dapat ditemukan dari beberapa cerita terisolasi di masa lalu. Kaum Esseni, suatu sekte awal Yahudi, membuat wafer lembut dengan memanaskan wafer pada tanah yang tumbuh biji-bijian pada bebatuan diatasnya kemudian biji-bijian tersebut dipanaskan oleh matahari padang pasir. Tujuannya adalah agar wafer tidak terlalu panas.

Orang yang pertama mengetahui Kompor surya adalah Horase de Saussure, seorang naturalis Swiss. Dia memasak buah-buahan dalam Kompor surya tipe kotak yang dapat mencapai suhu 190° F. Kemudian orang menganggapnya sebagai kakek dari Kompor surya.

Selama waktu ini, sudah banyak orang yang mulai menggunakan Kompor surya. Di India, seorang tentara Inggris mempatenkan Kompor surya yang cukup canggih dan dikenal dengan nama solar chef. Pada tahun 1894, ada sebuah restoran di Cina yang melayani makanan yang dimasak dengan energi surya. Ada juga cerita tentang seorang kapten laut yang menciptakan Kompor surya yang bisa digunakan pada perjalanan panjang.[12]

Kompor surya yang pertama kali diakui adalah milik seorang berkebangsaan Amerika yang bernama Barbara Kerr dari Arizona. Prinsip kerja Kompor surya -nya adalah menyerap energi solar dan mengkonversinya menjadi panas serta memerangkapnya dalam ruang tertutup (Abhishek Saxenaa : 2011-2).

Pada tahun 1950-an PBB dan badan-badan pendanaan memulai penelitian untuk merancang Kompor surya yang dapat mengurangi ketergantungan pada

bahan bakar. Sejumlah insinyur disewa untuk mempelajari aspek yang berbeda dari desain Kompor surya . Studi ini menyimpulkan bahwa Kompor surya yang dibangun tidak hanya dapat memasak makanan secara menyeluruh dan bergizi, tetapi cukup mudah untuk membuat dan digunakan.

PBB kemudian mensponsori studi dan program untuk memperkenalkan Kompor surya ke budaya kaum primitif. Upaya ini terbukti tidak berhasil. Dalam suatu studi, Sebanyak 500 Kompor surya diberikan ke sebuah kampung pengungsi. Tiga bulan kemudian mereka kembali menggunakan kayu bakar. Para ilmuwan sosial menyimpulkan bahwa metode memasak dengan Kompor surya tidak terlalu menarik perhatian dan kaum primitif tidak mau beradaptasi dengan metode memasak ini.

Sehingga PBB,menyimpulkan bahwa Kompor surya bukan pilihan yang layak dan semua dana untuk Kompor surya dihentikan.Karena mereka merasa desain yang dipromosikan terlalu rumit. Juga, kompor terlalu mahal bagi pengguna yang dituju sehingga mereka merasa bahwa banyak pekerjaan yang dibutuhkan untuk mendesain Kompor surya.

Baru pada tahun 1987, sebuah demonstrasi besar–besaran mendukung agar Kompor surya digunakan di dataran tinggi Bolivia, suatu daerah di mana kayu sudah langka. Dua organisasi, Pillsbury Corporation dan sebuah organisasi non- pemerintah yang disebut Meals for Millions,, bersama-sama mensponsori demonstrasi memasak dan kemudian mengajarkan orang desa bagaimana membangun Kompor surya dengan bahan lokal. Pada tahun 1988, Pillsbury, bekerjasama dengan Foster Parents (sekarang Save the Children) mensponsori sebuah proyek serupa di Guatemala. Proyek ini merupakan proyek awal PBB dan kemudian dimulailah aliran proyek-proyek tersebut di seluruh dunia yang terus mengalir hingga saat ini.[12]

2.4.2 Tipe-Tipe Kompor surya

Ada beberapa tipe-tipe Kompor surya yaitu sebagai berikut : 1) Kompor surya tipe box

Sebuah Solar box cooker biasanya memiliki kaca transparan atau plastik, dan mungkin memiliki reflektor tambahan untuk mengkonsentrasi sinar matahari ke dalam kotak. Bagian atas biasanya dapat dibuka untuk memungkinkan pot berisi makanan untuk ditempatkan di dalam. Satu atau lebih reflektor logam mengkilap atau bahan berlapis alumunium foil dapat diposisikan untuk menambah cahaya tambahan ke bagian dalam ruang oven. Wadah untuk memasak dan bagian bawah dalam box harus berwarna gelap atau hitam. Di dalam dinding harus reflektif untuk mengurangi kehilangan panas radiasi dan memantul cahaya menuju bagian bawah pot. Kotak itu harus memiliki sisi terisolasi. Isolasi termal untuk Solar box cooker harus mampu menahan suhu sampai 150 ° C (300 ° F) tanpa meleleh atau bereaksi dengan panas yang dapat menimbulkan gas beracun. Gumpalan koran, wol, kain, rumput kering, lembar kardus, dll dapat digunakan untuk mengisolasi dinding kompor. Solar box cooker biasanya mencapai suhu 150 ° C (300 ° F). Waktu terbaik memasak adalah sebelum tengah hari, meskipun terkadang tergantung pada garis lintang dan cuaca. Kompor surya dapat digunakan untuk menghangatkan makanan dan minuman .

Gambar 2.6 Kompor surya tipe box Keterangan Gambar 2.6 :

1.Boosted Mirror, fungsinya merefleksikan cahaya ke absorber.

2) Kompor surya tipe panel

Kompor surya tipe panel menggunakan panel reflektif untuk mengarahkan sinar matahari untuk memasak panci yang tertutup dalam kantong plastik bening. Sebuah model umum adalah CooKit . Dikembangkan pada tahun 1994 oleh International Kompor surya , seringkali diproduksi dengan menyisipkan bahan reflektif, seperti aluminium foil, lalu dipotong dan dilipat karena biasanya karton berbentuk gelombang. Hal ini agar mempermudah penyimpanan.

Hotpot adalah sebuah bentuk Kompor surya canggih yang mencakup mangkuk kaca. Panel dipoles kilat pada bagian aluminium.Hotpot memiliki keuntungan termal yang tinggi karena memanfaatkan efek rumah kaca pada bagian mangkuk kacanya. Hotpot ini sering digunakan dalam proyek-proyek di seluruh dunia.

Gambar 2.7 Kompor surya tipe panel

Keterangan Gambar 2.7 :

1. Boosted Mirror, fungsinya merefleksikan cahaya ke absorber. 2. Reflektor, fungsinya untuk merefleksikan cahaya matahari ke pot.

3) Kompor surya tipe ketel

Kompor surya tipe ketel adalah perangkat panas matahari yang dapat memanaskan air ke titik didih dengan mengandalkan reflektor dan energi matahari. Berteknologi rendah yang digunakan untuk menghasilkan minuman

panas, dan untuk mensterilkan air. Ada juga yang menggunakan teknologi tinggi yaitu dengan menggunakan teknologi tabung vakum.

Gambar 2.8 Kompor surya tipe ketel

Keterangan Gambar 2.8 :

1.Reflektor, fungsinya merefleksikan cahaya ke ketel. 2.Ketel, fungsinya sebagai wadah untuk menampung air .

4) Kompor surya tipe parabola

Dokumen terkait