• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

2. Biaya Modal (COC)

4.2.2 Perhitungan MVA

MVA merupakan suatu pengukur kinerja yang tepat untuk menilai sukses tidaknya perusahaan dalam menciptakan kekayaan bagi pemiliknya. Jadi, kekayaan atau kesejahteraan pemilik perusahaan (pemegang saham) akan bertambah bila MVA bertambah.

Gambar 3. Grafik MVA BRI Tahun 2006-2010

-2.000.000,00 4.000.000,00 6.000.000,00 8.000.000,00 10.000.000,00 12.000.000,00 14.000.000,00 4.689.013,76 6.746.721,73 3.480.108,64 9.220.969,26 11.658.713,66 2006 2007 2008 2009 2010

Economic Value Added

EVA -10.000.000 20.000.000 30.000.000 40.000.000 50.000.000 60.000.000 70.000.000 80.000.000 90.000.000 100.000.000 46.396.263 71.714.089 34.031.548 67.065.991 92.839.991 2006 2007 2008 2009 2010 MVA

Dari Gambar 3. diatas dapat dilihat bahwa nilai MVA BRI rata-rata naik dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 walaupun sempat turun pada tahun 2008 sebesar Rp25.317.826 juta (turun 52,55 persen) dari tahun 2007. Nilai MVA pada tahun 2008 sekaligus menjadi nilai MVA terkecil BRI periode 2006-2010. Nilai MVA BRI terbesar terlihat pada tahun 2010 yaitu sebesar Rp92.839.991 juta (meningkat 38,43 persen dari tahun 2009). Ini merupakan peningkatan yang baik. Terlihat juga dari peningkatan nilai pasar BRI sebesar 37,25 persen dari nilai pasar tahun 2009 yaitu dari Rp7.650 pada tahun 2009 meningkat menjadi Rp10.500 di tahun 2010. Peningkatan harga saham BRI menunjukkan kuatnya permintaan dan penawaran saham BRI. Selain itu, meningkatnya nilai MVA juga disebabkan oleh peningkatan jumlah saham sebesar 4.728.500 lembar saham (0,04 persen) dari tahun sebelumnya.

Nilai MVA pada tahun 2008 mengalami penurunan karena nilai pasar BRI (harga saham) menurun sebesar Rp2.825 (38,18 persen), yaitu turun menjadi Rp.4575 dari harga saham tahun 2007 sebesar Rp.7400 walaupun jumlah saham meningkat pada saat itu sebanyak 2.919.062 lembar saham (15,02%) dari tahun 2007. Meskipun demikian, nilai MVA dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 menunjukkan nilai yang positif. Nilai MVA BRI yang positif tersebut menunjukkan bahwa BRI telah mampu menciptakan nilai tambah ekonomis perusahaan. Perhitungan MVA secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 8. berikut ini.

Tabel 8. Perhitungan MVA

Sumber : Laporan Keuangan BRI (diolah)

4.3 Analisis Pengaruh EVA terhadap MVA

EVA dan MVA merupakan indikator yang mampu menciptakan nilai dari perusahaan. EVA dan MVA membantu manajer fokus atas penghargaan kepada para

Periode Nilai Pasar (a) Jumlah Saham (Lembar) (b) Nilai Buku (Juta Rupiah) (c) MVA (Juta Rupiah) ((axb)-c) 2006 5.150 12.286.421.500 16.878.808 46.396.263 2007 7.400 12.317.800.500 19.437.635 71.714.089 2008 4.575 12.325.299.500 22.356.697 34.031.548 2009 7.650 12.329.852.500 27.257.381 67.065.991 2010 10.500 12.334.581.000 36.673.110 92.839.991

pemegang saham, yaitu mendapatkan pengembalian dari modal yang diinvestasikan. EVA dalam penggunaan sebagai alat pengukuran memiliki fungsi untuk mempertimbangkan kemampuan manajer perusahaan dalam menciptakan nilai tambah bagi pemegang saham, sedangkan MVA merupakan nilai yang akan diterima investor di pasar modal. Besar kecilnya nilai EVA dan MVA yang diciptakan oleh perusahaan berdampak pada respon investor yang tercermin dari naik turunnya harga saham di pasar modal. Sesuai dengan tujuan perusahaan untuk memaksimalisasi nilai, memerlukan alat ukur kinerja yang nantinya akan menarik para investor untuk menanamkan modalnya di perusahaan tersebut yang dilihat dari meningkatnya harga saham perusahaan (adanya permintaan atas saham perusahaan yang meningkat, sedangkan penawarannya terbatas).

Peningkatan MVA dapat dilakukan dengan cara meningkatkan EVA yang merupakan pengukuran internal kinerja operasional tahunan, dengan demikian EVA mempunyai hubungan dengan MVA karena para investor yang ingin menanamkan modalnya di perusahaan tertentu yang go public akan menggunakan kinerja keuangan internal perusahaan sebagai alat untuk menilai keadaan perusahaan tersebut. Kinerja keuangan internal perusahaan yang baik akan cenderung meningkatkan MVA perusahaan itu sendiri.

Penting bagi perusahaan melakukan pengukuran kinerja keuangannya untuk menarik investor. Kinerja keuangan perusahaan yang baik adalah kinerja keuangan yang dapat mempengaruhi nilai market value. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian yang dapat membuktikan penilaian kinerja perusahaan yang dapat mempengaruhi nilai market value.

Sebelum melakukan uji regresi, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data dengan Uji Kolmogorov Smirnov. Hasil pengujian normalitas data dengan menggunakan Uji Kolomogrov Smirnov adalah sebagai berikut :

Tabel 9. Hasil Uji Normalitas Data dengan Uji Kolomogrov Smirnov

EVA MVA

N 5 5

Asymp. Sig. (2-tailed) ,999 ,997

Pada Tabel 7. diatas dapat kita lihat bahwa Asymp.Sig.(2-tailed) untuk EVA adalah ,999 dan MVA ,997 (nilainya di atas 0,05) maka distribusi data dinyatakan memenuhi asumsi normalitas (data normal). Selanjutnya, dilakukan pengujian pengaruh hubungan antara EVA dengan MVA.

Pengujian pengaruh hubungan antara EVA dengan MVA menggunakan program SPSS 11.5. Alat analisis yang digunakan untuk mengetahui pengaruh diantara keduanya adalah regresi linier sederhana, dengan EVA sebagai variabel independen dan MVA sebagai variabel dependen. Hasil dari proses pengolahan data dengan menggunakan SPSS tersebut yang mengukur pengaruh EVA terhadap MVA dapat diringkas dalam Tabel 10. berikut ini :

Tabel 10. Persamaan dan statistik pengaruh EVA terhadap MVA

Persamaan regresi R R Square p-value

MVA = 16.090.534, 752+ 6.470 EVA ,941 0,885 0,017

Dari persamaan regresi (pengaruh) sederhana hubungan antara EVA dan MVA diatas dapat diketahui bahwa EVA memiliki pengaruh yang positif terhadap MVA. Jika variabel EVA tidak ada maka nilai MVA akan sebesar Rp16.090.534,752 juta dan jika variabel EVA mengalami kenaikan satu satuan (dalam jutaan rupiah) maka akan mengakibatkan peningkatan MVA sebesar Rp6,470 juta.

Nilai koefisien determinasi (R Square/R2) dari model persamaan regresi tersebut adalah 0,885 atau 88,5 persen. Artinya bahwa 88,5 persen dari MVA dihasilkan oleh perusahaan dipengaruhi oleh EVA, sedangkan sisanya sebesar 11,5 persen lainnya tidak dapat dijelaskan oleh persamaan regresi tersebut atau dengan kata lain MVA dipengaruhi oleh faktor lain diluar model regresi sederhana tersebut sebanyak 11,5 persen. Faktor-faktor lain yang dimaksudkan disini adalah faktor yang berada di luar kendali manajemen perusahaan yang dapat berupa tindakan investor yang kadang-kadang tidak rasional dalam menilai perusahaan, faktor keamanan, politik, regulasi pemerintah, dll.

Nilai R yang diperoleh adalah 0,941 yang berarti bahwa korelasi (hubungan) antara variabel EVA dengan MVA adalah 0,941 (94,1 persen). Untuk melihat signifikansi persamaan regresi dapat dilihat dari nilai Sig. pada output SPSS tersebut. Dari output SPSS terlihat bahwa tingkat signifikansi yang dihasilkan adalah 0,017 yaitu lebih kecil dari α sebesar 0,05 (p-value < α), artinya model persamaan regresi di atas dapat digunakan untuk menentukan pengaruh EVA terhadap MVA perusahaan.

Penerimaan Hipotesis ditetapkan dari nilai p-value yang dihasilkan SPSS. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa P-value < α, sehingga Ho ditolak dan Ha diterima yaitu bahwa terdapat pengaruh antara variabel independen yakni EVA terhadap variabel dependen yaitu MVA.

4.4 Struktur Modal

Struktur modal optimal sebuah perusahaan adalah kombinasi utang dan ekuitas yang akan memaksimalkan harga saham. Disetiap waktu, manajemen akan memiliki satu struktur modal sasaran yang spesifik dalam pikirannya yang diasumsikan sebagai sasaran yang optimal, meskipun hal ini dapat berubah dari waktu ke waktu. Berikut ini merupakan tabel struktur modal BRI.

Tabel 11. Perhitungan Struktur Modal

Periode Struktur Modal WACC EVA

(Jutaan Rupiah) Saham Utang Jk Panjang

2006 98,02% 1,98% 4,44% 4.689.013,76

2007 98,26% 1,74% 2,29% 6.746.721,73

2008 99,24% 0,76% 4,44% 3.480.108,64

2009 98,57% 1,43% 3,28% 9.220.969,26

2010 99,35% 0,65% 2,87% 11.658.713,66

Dari Tabel 13. di atas dapat dilihat bahwa nilai EVA menunjukkan peningkatan setiap tahunnya, jadi dapat diartikan tingkat kesehatan BRI adalah baik walaupun nilai EVA sempat mengalami penurunan di tahun 2008 namun tetap dalam nilai yang positif, artinya tetap mampu memberi nilai tambah ekonomi bagi pemegang saham. Biaya modal terendah selama periode analisis (2006-2010) terjadi di tahun 2007 yaitu sebesar 2,29 persen dengan komposisi modal yang terdiri dari saham sebesar 98,26 persen dan utang jangka panjang sebesar 1,74.

Seperti yang terlihat pada Tabel 11. tersebut bahwa komposisi nilai modal yang menghasilkan EVA tertinggi adalah pada tahun 2010. Komposisi modal tahun 2010 tersebut terdiri dari 99,35 persen dan 0,65 persen utang jangka panjang dan biaya modal rata-rata tertimbang sebesar 2,87 persen. Namun secara keseluruhan, struktur modal BRI belum optimal. Hal ini terlihat dari naik turunnya nilai WACC yang masih mengalami naik-turun serta proporsi saham dan utang jangka panjang juga masih mengalami naik turun. Artinya manajemen BRI belum melakukan pengendalian dan perencanaan modal yang baik untuk operasionalnya.

Struktur modal merupakan salah satu bentuk keputusan keuangan yang penting, karena keputusan ini dapat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan manajemen keuangan perusahaan. Tujuan pokok manajemen struktur modal adalah menciptakan bauran pendanaan yang dapat meminimumkan biaya modal (cost of capital) dan memaksimumkan nilai perusahaan. Adapun bauran pendanaan yang ideal dan selalu diupayakan yang disebut struktur modal yang optimal.

4.5 Peramalan (Forecasting)

Dalam penelitian ini akan dilakukan peramalan komponen Laba Rugi dan komponen Neraca. Prediksi kompon Neraca dan Laba Rugi dilakukan dengan menggunakan metode Double Exponential Smoothing (Holt).

Dokumen terkait