• Tidak ada hasil yang ditemukan

* Tebu (ton)

... (4)

* Nira Mentah (ton)

... (5)

* Ampas Tebu (ton)

... (6) 100 % x Tebu tebu pol tebu pol = Mentah Nira x Mentah Nira pol Mentah Nira pol 100 % = Tebu Ampas x Tebu Ampas pol Tebu Ampas pol 100 % =

b. Brix * Tebu (ton)

... (7)

* Nira Mentah (ton)

... (8)

* Ampas Tebu (ton)

... (9) c. Serat * Tebu (% ft) ... (10) * Ampas Tebu (% fa) ... (11) d. Kadar Air * Tebu

% ka Tebu = 100 – (% brix Tebu + % Serat Tebu) ………... (12) ………... (13) * Nira Mentah

% ka Nira Mentah = 100 – (% brix Nira Mentah) ..……….. (14) ….………….. (15) * Ampas Tebu

% ka Ampas Tebu = 100– (% brix Ampas Tebu + % Serat Ampas Tebu) … (16) ….………….. (17) e. Rendemen

* Nilai Nira Perahan Pertama (% N NPP)

……… (18) 100 % x Tebu Ft ft = 100 % x Tebu Fa fa = 100 % x Tebu tebu brix tebu brix = Mentah Nira x Mentah Nira brix Mentah Nira brix 100 % = Tebu Ampas x Tebu Ampas brix Tebu Ampas brix 100 % = Tebu x tebu ka Tebu ka 100 % = Mentah Nira x Mentah Nira ka Mentah Nira ka 100 % = Tebu Ampas 100 Tebu Ampas % Tebu Ampas ka x ka =     − − = NPL brix NPP brix NPL brix NM brix NM NPP % % % %

* Faktor Rendemen (% FR)

FR = WR x HPB x PSHK x Nilai nira ……….. (19) * Hasil Bagi Pemerahan Brix (HPB %)

………. (20) * Perbandingan Selaras Hasil Kemurnian (% PSHK)

………. (21) * Winter Rendemen (% WR)

………. (22)

* Hasilbagi Kemurnian Nira Mentah (HKNM)

……… (23) * Hasilbagi Kemurnian Nira Perahan Pertama (HKNPP)

……… (24) * Rendemen (%)

Rendemen = N NPP x FR ..………. (25) dimana :

NPL = nira perahan lanjutan

KD = jumlah kehilangan gula yang sebenarnya terjadi pada blotong, molasse, dan kehilangan tidak tentu

KW = kehilangan gula wajar menurut Winter pada HKNM yang sesungguhnya

3. Energi

Setelah menentukan parameter yang diukur, kemudian dilakukan perhitungan terhadap masukan energi yang digunakan dengan memasukkan variabel-variabel pada persamaan yang telah dikonversikan dalam ton/hari. Persamaan yang digunakan dalam perhitungan ini adalah sebagai berikut:

% 100 x Tebu brix NM brix HPBtot = %) 100 40 4 , 1 ( ) 40 4 , 1 ( x HK x HK x PSHK npp NM − − =             − − − = NM HK KW KD WR 40 4 , 1 100 % % 100 NM pol x NM brix HKNM= % 100 x NPP brix NPP pol HKNPP =

3.1. Energi Bahan Bakar

Jumlah energi yang digunakan untuk kegiatan proses produksi digunakan persamaaan Anwar (1990) dalam Amri (1999) :

... (26) Dimana :

Ebm = Energi Bahan Bakar pada kegiatan proses produksi (MJ/kg)

Ki = Konsumsi Bahan Bakar pada kegiatan proses produksi ke – i (ltr/jam) Neb = Nilai kalor bahan Bakar (KJ/kg)

i = 1,2,3,....

Jg = Jumlah produksi gula (kg) 3.2. Energi Uap pada Ketel Uap

Energi yang diperoleh dari hasil pembakaran bahan bakar ampas tebu diperoleh melalui persamaan Hugot (1986) dalam Indrayana (2001) :

NCV = 4.250 - 4.850w - 1.200s ... (27) Dimana :

w = Kadar Air Ampas Tebu s = kadar sukrosa % Ampas Tebu 4. Tahapan Pemodelan Sistem Dinamik

Tahapan Pemodelan SD dalam penelitian ini mengacu pada model tahapan yang dikembangkan oleh Sterman (2000).

4.1. Pemilihan Tema dan Identifikasi Variabel Kunci

Pemilihan tema dan penentuan variabel kunci merupakan bagian dari perumusan masalah penelitian. Tahap ini merupakan tahapan penting agar permasalahan yang dikaji dan batasan-batasan sistemnya jelas. Tema yang dipilih adalah Penilaian Pengaruh Penambahan Air Imbibisi terhadap Kinerja Mesin Gilingan di PG. Tersana Baru. Tujuan dari penilaian ini adalah untuk menelaah pengaruh penambahan air imbibisi terhadap kadar air ampas tebu yang dihasilkan sehingga mempengaruhi kualitas ampas tebu untuk proses pembakaran. Selanjutnya menentukan variabel kunci sebagai parameter utama ukuran proses produksi gula optimum di PG. Tersana Baru.

= Jg i Neb x Ki Ebm ( )

4.2. Formulasi Model Simulasi

Tahap formulasi model simulasi menggunakan alat bantu program komputer Stella. Model simulasi harus lengkap dengan persamaan matematis yang benar, parameter dan penentuan kondisi nilai awal sehingga mudah untuk dijalankan. Hipotesis dinamis adalah suatu pernyataan mengenai struktur balik yang dianggap memiliki kemampuan untuk mempengaruhi perilaku masalah. Penentuan variabel atau parameter yang akan dijadikan stock (akumulasi) dan

flow (aliran yang dapat mengubah nilai stock). 4.3. Verifikasi dan Validasi Model

Verifikasi model adalah sebuah proses untuk meyakinkan bahwa program komputer yang dibuat beserta penerapannya adalah benar. Cara yang dilakukan adalah menguji sejauh mana program komputer yang dibuat telah menunjukkan perilaku dan respon yang sesuai dengan tujuan dari model (Schlesinger, et al. 1979 dalam Sargent, 1998).

Validasi adalah usaha penyimpulan apakah model sistem tersebut merupakan perwakilan yang sah dari realitas yang dikaji, sehingga dapat menghasilkan kesimpulan yang meyakinkan (Eriyatno, 1998). Dalam proses pemodelan validasi dan verifikasi dilakukan untuk setiap tahap pemodelan, yaitu validasi terhadap model konseptual, verifikasi terhadap model komputer dan validasi operasional serta validitas data.

Uji validitas teoretis artinya bahwa model yang dibangun valid karena didukung oleh teori yang diadopsi. Uji kondisi ekstrim, yaitu pengujian terhadap salah satu variabel yang dirubah nilainya secara ekstrim. Pemeriksaan konsistensi unit analisis keseluruhan interaksi dari unsur-unsur yang menyusun sistem dengan memeriksa persamaan Stella. Pemeriksaan konsistensi keluaran model untuk mengetahui sejauhmana kinerja model sesuai dengan kinerja sistem aslinya. Prosedurnya dengan mengeluarkan nilai hasil simulasi variabel utama dan membandingkan dengan pola perilaku data aktual. Uji statistik dilakukan setelah secara visual meyakinkan dengan mengecek nilai error antara data simulasi dan data aktual dalam batas penyimpangan yang diperkenankan antara 5-10%. Ukuran relatif untuk menentukan nilai mean error dari nilai absolute percentage error

(APE) yang didefinisikan dengan persamaan sebagai berikut (Markidakis, et al. 1992) : % 100 x X F X n 1 MAPE n 1 t t t t

= − = ... (27)

di mana Xt = nilai aktual dan Ft = nilai simulasi atau peramalan.

4.4. Sensitivitas

Sensitivitas berarti respon model terhadap stimulus yang ditujukan dengan perubahan atau kinerja model. Tujuan utama analisis ini adalah untuk mengetahui variabel keputusan yang cukup penting (leverage point)untuk ditelaah lebih lanjut pada aplikasi model. Metode umum yang digunakan adalah skenario terbaik- terburuk (Sterman, 2000). Jenis uji sensitivitas yang dilakukan pada penelitian ini berupa intervensi fungsional. Intervensi fungsional, yaitu intervensi terhadap parameter tertentu atau kombinasinya. Intervensi ini setiap perubahan nilai parameter atau variabel (dinaikkan atau dikurangkan 10%) akan memperlihatkan kinerja model yang berbeda terhadap nilai parameter utama.

C. Pengolahan Data

Analisis perhitungan menggunakan Microsoft Office Excel 2003 dan model dinamik menggunakan analisis simulasi Sistem Dinamik yang diolah menggunakan software Stella versi 8.0.

D. Tempat dan Waktu Penelitian

Kegiatan pengumpulan data di lapangan dilaksanakan pada bulan November 2007 di PG. Tersana Baru, kemudian dilanjutkan dengan analisis data primer dan sekunder hingga penyusunan tesis pada bulan Desember 2007 sampai dengan Maret 2008.

E. PG. Jatitujuh, Majalengka, Jawa Barat

PG. Jatitujuh merupakan unit produksi PT. PG. Rajawali II yang berlokasi di Desa Sumber Kulon, Kecamatan Jatitujuh, Kabupaten Majalengka, Propinsi Jawa Barat dengan luas areal pabrik sebesar 28 hektar. PG. Jatitujuh merupakan pabrik gula yang memproduksi gula SHS I. Areal pabrik tersebut terbagi atas

areal perkantoran, bangunan pabrik, gudang, bangunan mekanisasi dan bengkel, timbangan tebu, cane yard, dan bangunan fasilitas penunjang.

PG. Jatitujuh memiliki beberapa stasiun proses produksi, diantaranya : stasiun pendahuluan (emplasement), stasiun gilingan, stasiun pemurnian (sulfitasi I), stasiun penguapan, stasiun pemurnian (sulfitasi II), stasiun masakan, stasiun putaran, stasiun penyelesaian dan pengemasan. Pada stasiun gilingan, PG. Jatitujuh memiliki satu mesin gilingan yang berkapasitas tebu tergiling sebanyak ± 5.000 ton tebu per hari. Pada musim giling tahun 2006, PG. Jatitujuh selama sepuluh periode telah menggiling tebu sebanyak 522.386,30 ton tebu dan menghasilkan gula SHS I sebanyak 37.775,90 ton gula. Periode ke-VI ( tanggal 16 – 31 Juli 2006) merupakan periode terbanyak menggiling tebu yaitu sebesar 64.460 ton tebu dan menghasilkan gula SHS I sebanyak 4.378,20 ton gula serta menghasilkan nilai rendemen gula tertinggi yaitu sebesar 7,3 %.

Gambar 8. Diagram Alir Tahapan Penelitian

Pustaka yang

relevan Mulai

Persiapan

Pengumpulan data di lapangan

Data/informasi dengan

Metode Quick Scan pada

proses produksi gula Pendugaan awal Neraca Massa Analisis

Analisis proses penggilingan tebu dan energi

Identifikasi proses penggilingan dan energi yang dapat diefisienkan

Penyusunan alternatif Pendekatan Produksi Bersih

Analisis alternatif terpilih

Layak ? Selesai Ya Tidak Rekomendasi Analisis Empiris Simulasi

IV. DESKRIPSI PG. TERSANA BARU

A. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan

Pabrik gula Tersana Baru didirikan pada tahun 1937 (zaman penjajahan Belanda) oleh NV. Nederland Handles Maatscappij di Rotterdam. PG Tersana Baru semula bernama Suiker Onderneming Neuw Tersana. PG Tersana Baru ini berdiri sejak tahun 1901, namun tahun yang menjadi patokan pendirian pabrik gula ini adalah tahun 1937, karena pada tahun tersebut PG Tersana Baru mengadakan renovasi peningkatan kapasitas pabrik dan menjadi penggabungan dari pabrik gula lain seperti Leuwing gajah dan pabrik gula yang sudah tidak beroperasi lagi, seperti Suiker Onderneming Ketanggungan West yang berdiri sejak 1911 yang rusak akibat peperangan.

Dalam perkembangannya, pabrik milik Belanda ini tidak terlepas dari masalah-masalah politik, khususnya hubungan antara RI dengan Belanda yang saat itu sedang mempersengketakan Irian Barat. Pemerintah RI memutuskan hubungan diplomatis dalam segala hal (hubungan dagang dan politik) dengan kerajaan Belanda. Memburuknya hubungan yang diikuti dengan peningkatan konfrontasi antara pemerintah RI dengan kerajaan Belanda yang ada di Indonesia dimana perusahaan tesebut mengalami nasionalisasi termasuk PG. Tersana Baru, kemudian diambil oleh pemerintah RI berdasarkan UU Nasionalisasi perusahaan milik Belanda No. 86 pada tanggal 31 Desember 1958. Penguasaan pabrik gula telah diserahkan oleh NV. Nederland Handels Maatschappij kepada pusat perkebunan Negara Jawa Barat pada tanggal 31 Januari 1960.

Menurut catatan timbang terima, penyerahan pabrik gula tersebut didasarkan atas surat-surat keputusan, sebagai berikut :

1. Surat keputusan Menteri Pertanian RI No. 372/MP/1959 dan instruksi penguasa perang pusat No. Inst/perpu/0101/1959 tertanggal 22 Oktober 1959. 2. Naskah timbang terima antar Badan Urusan Dagang Pusat dan PPN Pusat

No. 2047/Dir/BUD/59 tanggal 8 Desember 1959.

Setelah diambil alih pemerintah RI, kemudian PG Tersana Baru menjadi salah satu pabrik gula yang tergabung dalam Perusahaan Perkebunan Negara (PPN) kesatuan Jawa Barat VI yang didirikan pada tanggal 1 Januari 1961 sesuai

dengan ketetapan peraturan pemerintah No. 159 tahun 1961. Dengan demikian, maka mulai waktu itu segala hak dan kewajiban kekayaan dan perlengkapan termasuk para karyawan dan pimpinan pabriknya beralih kepada perusahaan perkebunan negara kesatuan Jawa Barat VI. Selain itu pabrik gula Tersana Baru adalah anggota persatuan pengusaha pabrik gula Indonesia (PPGI) yang dahulu bernama Algement Syndicat Van Suikerfabrikaten in Indonesia (ASSI).

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.1 tahun 1963 tentang pendirian perusahaan-perusahaan perkebunan negara dalam pertimbangannya, mengatakan, bahwa untuk menambah daya guna dan daya hasil perusahaan-perusahaan negara sebagaimana dimaksud pasal 3 ayat 1 UU No.19 perpu tahun 1961 dengan nama “Perusahaan Perkebunan Negara Tersana Baru” yang merupakan badan hukum yang berlokasi di Babakan, kabupaten Cirebon. Dengan demikian, maka mulai waktu itu segala hak dan kewajiban kekayaan dan perlengkapan termasuk para karyawan dan pimpinan pabriknya beralih kepada perusahaan perkebunan gula negara Tersana Baru.

Meskipun pabrik tersebut memiliki tugas dan tanggung jawab atas kehidupan sendiri, akan tetapi, demi kesatuan tindakan pengurusan diantara perusahaan perkebunan gula negara, maka dibentuk “Badan Pimpinan Umum Perusahaan Perkebunan Gula Negara (BPU-PPN Gula)” yang didirikan dengan peraturan pemeritah NP. 2 tahun 1963 tentang Pendirian Badan Pimpinan Umum Perusahaan Perkebunan Gula Negara, dan Perusahaan Negara Karung Goni di serahi tugas untuk melaksanakaanya. Disamping tugas itu, BPU-PPN gula juga melakukan pengawasan pekerjaan, menguasai dan mengurus perusahaan- perusahaan tersebut. Tetapi oleh karena dirasa tidak mungkin mengurus 54 pabrik pada saat itu, maka dibentuklah inspeksi-inspeksi yang mempunyai daerah wilayah tertentu. Kepada inspeksi-inspeksi tersebut diberi wewenang untuk bertindak atas nama BPU-PPN GULA, kecuali dalam hal-hal tersebut yang sifatnya nasional dan strategis, misalnya:

1) Financiering yang dapat mempengaruhi keadaan moneter. 2) Pemasaran yang bersifat nasional.

3) Import dan eksport.

PPN Gula Tersana Baru dalam hal ini ada dibawah BPU-PPN GULA inspeksi wilayah III Cirebon. Perkembangan terakhir terutama dalam bidang ekonomi, maka pemerintah memandang perlu untuk mengadakan pembubaran BPU termasuk juga didalamnya BPU PPH GULA / KARUNG GONI dan didirikanlah PPN PNP yang diberi kekuasaan dan wilayah tertenu yang dipimpin oleh seorang direktur utama, sesuai peraturan pemerintah No.14 tahun 1968 dan untuk PG. Tersana Baru termasuk dalam kekuasaan serta wilayah dan tanggung jawab PPN XIV yang berkedudukan di Cirebon yang dipimpin oleh seorang direktur utama, dengan demikian pabrik gula Tersana Baru bukan merupakan badan hukum tersendiri.

Berdasarkan peraturan pemerintah RI No.10 tahun 1981 tentang penyertaan Modal Negara RI untuk pendirian perusahaan perseroaan (Persero) dibidang produksi gula yang didirikan dengan PP No.14 / 1968 dinyatakan bubar pada saat pendirian persero. Kemudian setelah akte pendiri yang dibuat dihadapan notaris pada tanggal 1 Mei 1981, maka PNP XIV diubah namanya menjadi PT. Perkebunan XIV (persero) yang dipimpin oleh seorang direktur utama. Pada bulan Februari tahun 1989 diadakan perubahan manajemen dengan bentuk tetap PT. Perkebunan XIV (persero) dibawah pengelolaan PT. Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) di Jakarta.

Berdasarkan surat PT. RNI Jakarta NO. FY /96 / 372 tanggal 11 september 1996 dengan akte Notaris No. 94 tanggal 28 Agustus 1996 nama dan logo PT. Perkebunan XIV berubah menjadi PT. PG Rajawali II yang berkedudukan di Cirebon, sedangkan untuk PG. Tersana Baru terjadi perubahan nama dari PT. Perkebunan XIV (persero) PG. Tersana Baru menjadi PT. PG Rajawali II Unit PG.Tersana Baru.

B. Lokasi dan Tata Letak Perusahaan

PT. PG Rajawali II Unit PG. Tersana Baru berada di Kabupaten Cirebon, Propinsi Jawa Barat di Desa Babakan Kecamatan Babakan. Jarak dari pusat Kota Cirebon sekitar 30 Km ke arah timur. Secara geografis PT. PG Rajawali II Unit PG. Tersana Baru terletak pada 60 LS dan 1080 BT, di sebelah utara dibatasi oleh

dibatasi Kecamatan Waled dan sebelah barat dibatasi oleh PG. Sindang Laut dan PG. Karang Suweng. Keadaan iklim di sekitar PT. PG Rajawali II Unit PG. Tersana Baru menurut Schmidt dan Fergusson digolongkan ke dalam tipe C yang menurut ciri alam, sebagai berikut:

1. Curah hujan 1.545,8 mm/thn

2. Kecepatan angin antara kurang dari 10 km/jam 3. Suhu udara rata-rata 21 0C sampai 31 0C

4. Kelembaban relative 78%

Tanaman tebu termasuk golongan tanaman yang tumbuh pada curah hujan rata-rata 1.500 mm/thn - 2.000 mm/thn. Bulan kemarau terjadi 4 sampai 5 bulan yaitu antara Mei sampai Oktober. Pada peralihan musim kemarau bertiup angin pusat tenggara. (biasa disebut angin kumbang) yang bersifat kering. Suhu tahunan tidak terlalu berbeda yaitu berkisar antara 28 oC pada bulan Juli dan 30,7 oC pada

bulan Oktober. Kelembaban udara relative (RH) rata-rata tahunan berkisar antara 89% pada bulan oktober dan 93% pada bulan Januari. Lahan perkebunan tebu terbentuk datar dibagian utara dengan kemiringan 3% sedangkan di bagian selatan berombak agak datar dengan kemiringan 3-5%.

C. Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Perusahaan

PT PG Rajawali II unit PG Tersana Baru dipimpin oleh seorang General Manager yang bertugas melaksanakan manajemen keseluruhan kegiatan termasuk keputusan kebijakan yang telah ditetapkan oleh RNI pusat, General Manager mempertanggungjwabkan segala kegiatan yang terjadi di PG Tersana Baru kepada direksi PT PG Rajawali II.

Dalam melaksanakan tugasnya seorang General Manager dibantu oleh : - Kepala Bagian Tanaman (Plantation Manager) bertanggung jawab kepada

General Manager di bidang tanaman. Tugas-tugasnya adalah mengkoordinasikan penyusunan areal tanaman untuk tahun yang akan datang, mengadakan pengawasan, dan evaluasi pembiayaan pada bidang tanaman, termasuk tebang-angkut, serta merencanakan kebun-kebun percobaan dan penelitian.

- Kepala Bagian Instalasi (Engineering Manager) bertanggung jawab dalam pengoperasian alat-alat dan mesin yang digunakan dalam proses produksi. - Kepala Bagian Pabrikasi (Processing Manager) yang bertanggung jawab

kepada General Manager dalam bidang pabrikasi, mengkoordinasikan kegiatan di bidang pabrikasi, peningkatan efisiensi proses, serta menjaga kelangsungan proses produksi.

- Kepala Bagian Tata Usaha dan Keuangan / TUK (Finance and Administration Manager) yang bertugas mengkoordinasikan dan memimpin kegiatan pengolahan anggaran dan biaya produksi, kegiatan pembelian dan penjualan, serta mengawasi hasil produksi di gudang gula.

Karyawan di PG. Tersana Baru terdiri dari : 1. Karyawan Pimpinan;

2. Karyawan Pelaksana;

3. Karyawan Kontrak Kerja Waktu Terbatas (KKWT).

Karyawan Kontrak Kerja Waktu Terbatas (KKWT) dapat dibagi menjadi dua, yaitu :

1. Karyawan Kontrak Kerja Waktu Terbatas (KKWT) Klasifikasi; 2. Karyawan Kontrak Kerja Waktu Terbatas (KKWT) Non Klasifikasi; 3. Karyawan Borongan.

Jam kerja yang berlaku di PG. Tersana Baru dibagi menjadi dua, yaitu : a. Luar Masa Giling

1. Senin – Kamis : 06.30-15.00 WIB 2. Istirahat : 11.30-12.30 WIB

3. Jumat 06.30-11.00 WIB

4. Sabtu 06.30-12.00 WIB

5. Minggu : Libur

b. Dalam Masa Giling

Pada masa giling, jadwal kerja karyawan bagian administrasi atau umum sama dengan jadwal kerja luar masa giling, sedangkan jadwal kerja karyawan bagian pabrikasi dan instalasi terbagi menjadi tiga shift, yaitu :

1. Shift I : 06.00-14.00 WIB 2. Shift II: 14.00-22.00 WIB

3. Shift III : 22.00-06.00 WIB

Selama masa giling, karyawan bagian pabrikasi dan instalasi tetap bekerja, meskipun hari minggu maupun hari libur lainnya. Karyawan di PG Tersana Baru juga mendapatkan jaminan sosial berupa fasilitas pelayanan pabrik yang diatur dalam perjanjian kerja dengan perusahaan dan disetujui oleh departemen tenaga kerja daerah Cirebon. Jaminan Sosial yang diberikan oleh pabrik antara lain : Premi, Jaminan Hari Tua, Bantuan Kematian, Perumahan, Uang Pensiun dan Uang Jasa (Pesangon), Kesehatan, Pendidikan, dan Sarana dan Prasarana.

D. Pengelolaan Limbah Perusahaan

Limbah yang dihasilkan PG. Tersana Baru antara lain : limbah cair, limbah padat, dan limbah gas. Ketiga jenis limbah tersebut selalu dilakukan pengawasan dan penanganan agar tidak terjadi pencemaran terhadap lingkungan pabrik dan lingkungan masyarakat sekitar. Penanganan limbah dilakukan dengan mengolah kembali limbah yang masih memiliki nilai ekonomis tinggi menjadi bahan baku untuk industri lain dan limbah yang tidak memiliki nilai ekonomis (seperti zat berbahaya) harus dilakukan pengananan sebelum terbuang di lingkungan.

1. Limbah Cair

Limbah cair yang dihasilkan proses produksi gula terdiri atas : tetes (mollasse), air buangan ketel dan air sisa proses (seperti : air tetes kondensor, air pendingin, dan air pencuci). Tetes merupakan cairan yang dipisahkan dari hasil masakan DI. Tetes dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku ataupun bahan pembantu untuk proses pembuatan alkohol/spirtus, pembuatan MSG, dan untuk pakan ternak. Tetes yang dihasilkan dari setiap proses penggilingan sebesar 4% - 5% dari tebu tergiling. Tetes yang dihasilkan ditampung dan dijual le PG. Palimahan untuk memproduksi alkohol.

Air tetesan kondensor berasal dari uap yang terkondensasi menjadi cairan. Air tetesan kondensor dapat terkontaminasi oleh senyawa-senyawa organik yang bersal dari nira tebu yang ikut terbawa pada saatproses di stasiun penguapan dan stasiun masakan. Penanganannya dilakukan dengan cara mengalirkan air tetesan kondensor ke spray pond setelah dicampur dengan air permukaan, sehingga temperatur air menjadi menurun sehingga dapat dimanfaatkan kembali ke proses

produksi. Sedangkan penanganan untuk menaikkan pH dilakukan dengan cara menambahkan air kapur pada saluran masuk dan saluran keluar spray pond. Air pendingin yang dihasilkan PG. Tersana Baru digunakan untuk mendinginkan mesin-mesin agar tidak terjadi akumulasi panas pada proses maupun alat. Air pendingin mengandung kontaminan berupa minyak atau oli, sehingga dalam saluran pembuangannya dibuat bak-bak penampungan minyak atau oli. Air pencuci digunakan untuk mencuci evaporator. Air pencuci mengandung kontaminan seperti nira, soda, dan bahan-bahan kimia untuk mencuci. Air pencuci kemudian dialirkan ke bagian Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).

Limbah cair oli bekas dan aki bekas oleh PG. Tersana Baru dikategorikan sebagai Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Aki bekas berasal dari alat transportasi seperti kendaraan bermotor, mesin diesel, dan traktor, sedangkan oli bekas dihasilkan dari kendaraan bermotor, traktor, dan lokomotif. Limbah cair ini ditampung ke dalam drum (isi 220 liter), kemudian dikirim ke gudang penyimpanan limbah B3 untuk disimpan sementara. Oli bekas yang dihasilkan mesin-mesin penggerak produksi seperti mesin uap, pompa uap, dan mesin-mesin penggerak lainnya, akan dipergunakan kembali untuk pelumas rantai-rantai dan gigi transmisi. Oli yang tercecer dalam air pembuangan dialirkan menuju ke bak penyaringan oli bekas, sehingga oli dan air dapat dipisahkan. Setiap satu jam sekali oli bekas hasil penyaringan diambil dalam ember kemudian disimpan dalam drum kemudian dimasukkan ke dalam gudang limbah B3. Sedangkan air hasil penyaringan dialirkan ke dalam Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).

Air yang masuk ke unit pengolahan IPAL PG. Tersana Baru ini adalah air yang akan dibuang ke aliran sungai dikarenakan mengandung bahan-bahan yang harus dihilangkan sebelum dibuang. Unit IPAL ini baru berjalan pada tahun 2006 dan pelaksanaannya masih dalam tahap penyempurnaan. Sistem pengolahan IPAL ini mengalir secara overflow dan pengolahannya dilakukan secara bakteriologi (aerob).

Cara pengoperasian pengolahan IPAL PG. Tersana Baru adalah air limbah yang masuk ke dalam kolam diukur debitnya, kemudian ditambahkan dengan bahan koagulasi yang dosisnya disesuaikan dengan debit air limbah, lalu dimixing dengan putaran 100 rpm. Setelah air limbah mengalami proses koagulasi dan

flokulasi dan diendapkan pada unit bak pengendap, kemudian air limbah diendapkan secara optimal dengan proses biologi (lumpur aktif). Pengendapan proses biologi harus memperhatikan kontrol pH dan nutrein, pH netral 6-8. Parameter yang harus dianalisis dalam pemantauan kualitas limbah cair industri gula menurut SK Gubernur Jawa Barat No. 6 tahun 1999 adalah BOD5, COD, TSS, pH, total Nitrogen, Minyak dan Lemak, dan Sulfida (sebagai S). Gambar skema Intalasi Pengolahan Air Limbah PG. Tersana Baru dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Skema Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) PG. Tersana Baru Keterangan Gambar :

1. Unit Koagulasi 5. Unit Stabilisasi 9. Unit Pengering lumpur

Dokumen terkait