• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

A. Agunan

3. Perhitungan Penilaian Barang Agunan

Agunan merupakan salah satu unsur dalam menganalisa pembiayaan. Oleh karena itu, barang-barang yang diserahkan anggotaharus dinilai pada saat dilaksanakan analisis pembiayaan dan harusberhati-hati dalam menilai barangbarang tersebut karena harga yangdicantumkan oleh anggota tidak selalu menunjukan hargasesungguhnya (harga pasar saat itu). Dengan demikian semua jenisagunan wajib ditaksasi/dinilai kembali, minimum satu kali dalamenambulan atau setiap tahun. Setiap perubahan data agunan, termasuk perubahan karena taksasi agunan harus disimpan ke dalam arsip komputer data agunan yang terbaru.51

Menurut Hasibuan jaminan yang diberikan merupakan tolak ukur bagi pihak manajemen dalam memutuskan untuk memberikan kredit. Hal ini dikarenakan character dan capacity seseorang dapat berupah kapan saja tergantung situasi yang dialami nasabah tersebut, sehingga dalam

50

Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999), h. 103.

51

H. Ve ithza l Rivai dan Andria Permata Veitzal, Islamic Financial Management,

meminimalisir resiko suatu agunan dapat dijadikan syarat sekunder yang mampu membackup resiko-resiko yang mungkin terjadi dikemudian hari.52

Pembiayaan adalah penanaman dana bank syariah baik dalam rupiah atau valuta asing dalam bentuk pembiayaan, piutang, qardh, surat berharga syariah, penempatan, penyertaan modal, penyertaan modal sementara, komitmen dan kontinjensi pada rekening administratif serta sertifikat wadiah pada bank indonesia.

Pembiayaan merupakan sumber pendapatan bagi bank syariah, tujuan pembiayaan dilaksanakan perbankan syariah terkait dengan stake holder yakni pemilik, pegawai, masyarakat, pemerintah, dan bank.53

Berdasarkan penilaian agunan mempengaruhi dalam menentukan porsi pembiayaan yang diajukan oleh seorang anggota. Porsi pembiayaan tidak bisa melebihi nilai taksasi agunan yang diberikan anggota untuk menjadi persyaratan pembiayaan. Dalam metaksasi agunan harus memperhatikan risiko-risiko yang akan terjadi pada pembiayaan, apabila suatu saat pembiayaan akan macet. Oleh sebab itu agunan harus bisa mancakup pembiayaan yang diajukan oleh anggota untuk jangka waktu

52

Fridayana Yudiaatmaja, “Pengaruh Penilaian Kredit Terhadap Keputusan Pemberian Kredit pada BPR”, E-Juournal Bisma Universitas PendidikanGanesha, (Kediri: Jurusan Manajemen, 2014), h. 4.

pembiayaan yang telah diajukan dan agunan juga harus di updet berdasarkan harga pasar.

Setiap bank atau lembaga keuangan lainnya mensyaratkan agar agunan di serahkan mempunyai nilai ekonomis yang tinggi dan memenuhi aspek yuridis, sehingga dikemudian hari terjadi masalah pihak bank tidak dalam posisi yang lemah.54

Maka dari itu semua agunan yang diterima harus sesuai dengan syarat-syarat ekonomis yang ada sesuai penilaian dari masing-masing lembaga yang bersangkutan. Dengan demikian maka fungsi agunan bisa dikatakan sesuai, karena untuk pencegahan kerugian dengan meminimalisir resiko dan sebagai pengcover ketika terjadi pembiayaan bermasalah.

Syarat ekonomis yang harus dipenuhi dari agunan pembiayaan secara umum:

a. Mempunyai nilai ekonomis (dapat diperjual-belikan)

b. Nilai tersebut harus lebih besar dari jumlah pembiayaan yang diberikan c. Barang agunan tersebut mudah dipasarkan (dijual kembali)

d. Nilai barang harus konstan dan akan lebih baik jika nilainya mengalami pertambahan dikemudian hari

54

e. Kondisi dan lokasi agunan cukup strategis (dekat dengan pasar/konsumen)

f. Secara fisik tidak cepat lusuh, rusak dan lain-lain yang menimbulkan mengurangi nilai ekonomis

g. Barang agunanmempunyai manfaat ekonomi dalam jangka waktu relatif lebih lama dari jangka waktu pembiayaan.55

Apabila ditelaah lebih lanjut pada dasar teoritisnya, perikatan perjanjian kredit didasari pada perjanjian pinjam meminjam, sebagaimana pernyataan Subekti yang menyebutkan bahwa segala macam pemberian kredit itu pada hakikatnya merupakan suatu perjanjian pinjam peminjam sebagaiman diatur dalam Pasal 1754 s/d Pasal 1769 KUHPer.56

Sedangkan pendapat lain sebagaimana dikemukan oleh Mariam Darus Badrulzaman dan Djuhaendah Hasan, bahwa pada dasarnya perjanjian kredit memilik identitas yang berbeda dengan perjanjian pinjam meminjam atau perjanjian pinjam uang. Salah satu identitasnya yang berkaitan dengan adanya jaminan, yakni pemaknaan perjanjian kredit bank harus mempunyai keyakinan atas kemampuan debitur dalam pengembalian

55

Teguh Pudjo Muljono, Manajemen Perkreditan Bagi Bank Komersil, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1999), h. 295.

56

Subketi dalam Indah Antari Murti, “Perjanjian Kredit dengan Jaminan Fidusia Atas Kendaraan Bermotor Yang Dijual Pada Pihak Ketiga Pada PT. Bank Danamon (Persero) Tbk Unit DSP Pracimantoro Wonogiri”, Tesis, Program Studi Magister Kenotariatan, (Semarang: Universitas Diponogoro, 2010), h. 46.

kredit, di mana hal ini diformulasikan dalam bentuk jaminan baik berupa materiil maupun immateril.57

Pada praktiknya, bank harus melakukan analisis pemberian kredit agar terhindar dari potensi menjadi kredit macet. Kredit bank mengandung resiko, sehingga dalam pelaksanaanya bank harus memperhatikan asas-asasperkreditan yang sehat. Asas-asas perkreditan yang sehat ini di antaranya:58

a. Bank tidak dapat diperkenankan untuk memberikan kredit tanpa adanya suatu perjanjian tertulis.

b. Bank tidak dapat diperkenankan untuk memberikan kredit pada usaha yang sejak semula telah diperhitungkan kurang sehat dan akan membawa kerugian.

c. Bank tidak dapat diperkenankan untuk memberikan kredit untuk pembelian saham dan modal kerja dalam rangka kegiatan jual beli saham.

d. Bank tidak dapat diperkenankan untuk memberikan kredit melampaui batas maksimum pemberian kredit (legal lending limit).

Dengan pemaknaan demikian pula, dapat dipahami bahwa Agunan (jaminan kredit) ini merupakan jenis perjanjian accesoir yang mengikuti perjanjian pokok,dimana hal ini merupakan bagian dari realisasi prinsip

57Ibid., h. 46-47.

58

kredit melalui Collateral, serta berimplikasi pada status krediturnya sebagai kreditur sparatis yakni kreditur pemegang jaminan kebendaan.59

Fungsi jaminan pembiayaan berupa watak, kemampuan dan prospek usaha yang dimiliki oleh debitur merupakan jaminan immateril berfungsi sebagai first way out, diharapkan pengelola dapat memperoleh pendapatan guna memenuhi pembiayaannya. Sedangkan fungsi jaminan pembiayaan berupa agunan bersifat materil sebagai second way out ketika debitur gagal (wanprestasi) atau macet dalam pelunasannya.

Ditambah lagi bank syariah sebagai lembaga intermediasi melihat meski kedudukan nasabah dan bank pada dasarnya merupakan hubungan kemitraan, dana yang digunakan oleh bank merupakan dana dari masyarakat (pihak ketiga/orang yang menabung), sehingga bank memiliki tanggung jawab kepada pihak ketiga untuk menjamin keamanan atas simpanan tersebut di bank syariah. Terlebih lagi,jika melihat track record keberadan bank syariah yang masih dianggap baru di dunia perbankan selalu memilik resiko, maka bank diharuskan meminimalisir kemunculan resiko tersebut.60

Dengan demikian, pembebanan agunan dalam pembiayaan syariah ini pada dasarnya merupakan realiasasi dari prinsip-prinsip pengelolaan bank Syariah

59

Munir Fuadi, Hukum Jaminan Hutang, (Jakarta: Erlangga, 2013), h. 95

60

Abdul Ghafur Anshori, Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2010), h. 21.

berupa prinsip kehati-hatian, di samping prinsip lain yang diakui seperti prinsip kepercayaan, prinsip mengenal nasabah, dan prinsip kerahasiaan.

Nilai agunan yang dapat diperhitungkan sebagai pengurangan pada pembentuk Penyisihan Penghapusan Aktifa Produktif terdiri dari:

a. Giro atau tabungan wadiah, tabungan dan atau deposito

Mudharabahsetoran jaminan dalam mata uang rupiah dan valuta asing yang diblokir yang disertai dengan surat kuasa pencairan.

b. Sertifikat Wadiah BankIndonesia dan atau Surat Utang Pemerintah. c. Surat Berharga Syariah yang berkualitas tinggi dan mudah dicairkan

dan aktif diperdagangkan dipasar modal.

d. Tanah, gedung, rumah tinggal, pesawat udara dan kapal laut dengan ukuran diatas 20(dua puluh) meter kubik.

Nilai agunan yang dapat diperhitungkan sebagai pengurangan pada pembentuk Penyisihan Penghapusan Aktifa Produktif sebagaimana maksud pada pasal 2 dan pasal 3 diterapkan :

a. Untuk agunan tunai berupa giro dan tabungan wadiah, tabungan dan atau deposito murabahah, dan atau setoran jaminan dalam mata uang rupiah dan valuta asing yang diblokir disertai dengan surat kuasa pencairan sitinggi-tingginya sebesar 100% (seratus perseratus)

b. Untuk agunan berupa sertifikat Bank Indonesia atau Surat Utang Pemerintahsetinggi-tingginya sebesar 100% (seratus perseratus)

c. Untuk agunan berupa Surat Berharga Syariah setinggi-tingginya sebesar 50% (lima puluh perseratus)

d. Untuk agunan berupa tanah, gedung, rumah tinggal, pesawat udara dan kapal laut setinggi-tingginya sebesar : 1) 70% (tujuh puluh perseratus) dari nilai taksiran untuk penilai yang dilakukan sebelum melampaui 6(enam) bulan.

Untuk agunansurat berharga syariah setinggi-tingginya sebesar 50% (lima puluh perseratus) dari nilai taksiran, penilaian dilakukan setelah 6 (enam) bulan; sedangkan untuk untuk agunan berupa Surat Berharga Syariah sebesar 30% (tiga puluh perseratus) dari nilai taksiran untuk penilaian yang dilakukan setelah melampaui 18 (delapan belas) tetapi belum melampaui 30 (tiga puluh) bulan; dan untuk agunan Surat Berharga Syariah 0% (nol perseratus) untuk penilaian yang dilakukan setelah melampaui 30 bulan.

Penilaian agunan wajib dilakukan oleh penilai Independen bagi pembiayaan, piutang dan atau Qardh yang diberikan kepada nasabah atau group nasabah lebih dari Rp. 1.500.000.000.00 (satu milyar lima ratus rupiah). Penilaian agunan dapat dilakukan oleh penilai intern Bank Syariah, bagi pembiayaan, piutang dan atau Qardh dengan jumlah lebih kecil dengan jumalah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dalam hal penilaian agunan tidak dilakukan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

maka hasil penilaian agunan tidak diperhitungkan sebagai faktor pengurang Penyisihan Penghapusan Aktifa Produktif.

Bank Indonesia dapat melakukan penghitungan kembali atas nilai agunan yang telah dilakukan dalam penyisihan Penghapusan Aktifa Produktif apabila:

a. Agunan tidak dilengkapi dengan dokumen hukum yang sah dan atau pengikatan agunan belum sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku

b. Penilaian tidak dilakukan sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 4, Pasal 5, dan Pasal 6, atau

c. Agunan tidak dilindungi asuransi dengan bunker‟sclauseyaitu klausul yang memberikan hak kepada Bank Syariah untuk menerima untuk pertanggungan dalam hal terjadi pembiayaan klaim.61

Dokumen terkait