• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERHITUNGAN PREDIKSI EROSI

Dalam dokumen Pemetaan Tingkat Bahaya Erosi di DAS Ular (Halaman 38-48)

HASIL DAN PEMBAHASAN

PERHITUNGAN PREDIKSI EROSI

Berdasarkan persamaan USLE (Universal Soil Loss Equation), faktor-faktor erosi yang akan dihitung meliputi faktor-faktor erosivitas hujan (R), faktor-faktor erodibilitas (K), faktor panjang dan kemiringan lereng (LS), dan faktor vegetasi penutupan lahan dan tindakan khusus konservasi tanah (CP).

1. Faktor erosivitas hujan

Tabel 6. Nilai erosivitas di berbagai stasiun pengukuran CH

Nama Stasiun Pengukuran CH Erosivitas (R) (mm/thn) Luas Ha % Stasiun Jaharum 416,747 6.446,5 5,01 Tanjung Gorbus 1.102,716 9.646,4 7,50 Tiga Runggu 86,38 53.254,1 41,41 Pagar Merbau 61,469 11.444,8 8,90 Bangun Purba 90,85 47.825,6 37,18 Total 12.8617,6 100

Gambar 3 . Peta Erosivitas Hujan (R)

Curah hujan mempunyai peranan yang cukup tinggi terhadap erosi, besarnya curah hujan yang terjadi menentukan besarnya erosi yang terjadi di suatu daerah. Untuk mengetahui laju erosi yang terjadi di DAS ular ini langkah pertama yang dilakukan ialah mengumpulkan data curah hujan. Adapun data curah hujan yang digunakan yaitu data curah hujan yang berasal dari stasiun jaharum, stasiun tanjung gorbus, stasiun tiga runggu , stasiun pagar merbau, dan stasiun bangun purba.

Nilai erosivitas total (R) merupakan hasil dari penjumlahan erosivitas setiap bulannya. Hasil penjumlahan dari erosivitas setiap bulannya kemudian dipetakan. Pembuatan peta dengan memanfaatkan extension polygon thiessen versi 2.6 pada perangkat Sistem Informasi Geografis (SIG) ArcView 3.3. Peta yang terbentuk akan membagi wilayah DAS Ular menjadi 5 bagian sesuai dengan banyaknya stasiun penakar hujan yang dipakai yang masing-masing bagiannya

mempunyai nilai erosivitas tersendiri. Peta inilah yang kemudian dikatakan peta erosivitas hujan (R). Hasil dari pemetaan dapat dilihat pada gambar 2.

Pada tabel 6 dapat dilihat bahwa nilai erosivitas tertinggi terdapat pada stasiun tanjung gorbus yaitu 1.102,716 mm/thn , sedangkan nilai erosivitas terendah terdapat pada stasiun pagar merbau yaitu 61,469 mm/thn. Tinggi rendah nya nilai erosivitas pada suatu tempat disebabkan oleh intensitas hujan. Semakin tinggi intensitas hujan maka akan semakin banyak proses pelepasan butiran tanah dari agregatnya melalui erosi percikan (Splash Erosion). Dengan intensitas hujan yang tinggi maka limpasan permukaan akan tinggi pula. Oleh karena itu, kombinasi antara percikan air hujan dan laju limpasan permukaan merupakan dua kekuatan yang saling mempengaruhi untuk menyebabkan terjadinya erosi tanah.

Sesuai yang diungkapkan Suripin (2001) , erosi merupakan suatu proses alamiah yang tidak bisa atau sulit dihilangkan sama sekali. Oleh karena itu tindakan yang dapat dilakukan adalah mengusahakan supaya erosi yang terjadi masih dibawah ambang batas yang maksimum (soil loss tolerance), yaitu besarnya erosi tidak melebihi laju pembentukan tanah.

2. Faktor Erodibilitas Tanah

Erodibilitas tanah atau kepekaan tanah terhadap erosi (nilai K) merupakan salah satu faktor yang menentukan besarnya erosi yang terjadi pada suatu lahan di samping faktor-faktor lainnya. Menurut Hardjowigeno (1995), sifat-sifat tanah yang berpengaruh terhadap erosi adalah tekstur tanah, bentuk dan kemantapan struktur tanah, daya infiltrasi atau permeabilitas tanah, dan kandungan bahan organik.

Tabel 7 . Nilai faktor erodibilitas di DAS ular Nilai K Luas Ha % 0,039 3.701,37 2,88 0,07 9.248,25 7,19 0,073 22.547,94 17,53 0,079 882,29 0,69 0,08 2.891,13 2,25 0,106 102,43 0,08 0,108 8.263,77 6,43 0,113 14.856,25 11,56 0,144 1.818,61 1,41 0,168 2.281,32 1,77 0,214 803,53 0,62 0.215 3.370,88 2,62 0,241 1.023,71 0,80 0,25 4.845,16 3,77 0,251 1.977,18 1,54 0,26 4.553,86 3,54 0,265 5.248,52 4,08 0,32 39.831,55 30,97 0,323 369,85 0,29 Total 128.617,6 100

Dari tabel 7 dapat dilihat bahwa nilai erodibilitas yang didapat bervariasi. Tanah yang erodibilitasnya tinggi akan rentan terkena erosi dibandingkan dengan tanah yang erodibilitasnya rendah. Nilai erobilitas tertinggi 0,323 dengan luas 369,85 ha atau 0,29 % dan terendah 0,039 dengan luas 3701,37 ha atau 2,88 %.

Tekstur tanah merupakan perbandingan relatif dari partikel tanah, seperti pasir, debu dan lempung dalam suatu massa tanah. Dalam Harjadi dan Agtriariny (1997) mengatakan bahwa tekstur berpengaruh pada erodibilitas tanah yaitu dengan semakin kasarnya tekstur tanah, maka nilai K akan cenderung semakin besar yang berarti bahwa semakin tinggi nilai K maka tanah tersebut akan semakin peka atau mudah tererosi. Sebaliknya semakin halus tekstur suatu

tanah, nilai K akan semakin rendah yang berarti tanah tersebut resisten terhadap erosi.

Struktur tanah merupakan penyusunan zarah-zarah tanah individual satu terhadap yang lain menjadi suatu pola atau dengan kata lain susunan pori-pori tanah kecil, sedang dan besar dalam suatu pola. Tanah bertekstur kasar membentuk struktur yang ringan, sebaliknya tanah yang tersusun dari tekstur halus memyebabkan terbentuknya struktur berat. Tanah-tanah dengan struktur yang berat mempunyai pori halus yang banyak, dan miskin akan pori-pori besar, mempunyai kapasitas infiltrasi kecil. Sebaliknya tanah-tanah yang berstruktur ringan mengandung banyak pori besar dan sedikit pori halus, kapasitas infiltrasinya lebih besar dibandingkan dengan tanah yang berstruktur berat.

Permeabilitas adalah kemampuan tanah untuk dilewati lengas tanah. Permeabilitas sangat tergantung pada ukuran butir tanah (tekstur); bentuk dan

diameter pori-pori tanah; dan tebal selaput lengas/hidratasi zarah. Semakin halus tekstur tanah maka permeabilitasnya akan semakin lambat. Namun apabila semakin kasar maka permeabilitasnya semakin cepat.

Menurut Winarso (2005), bahan organik tanah didefinisikan sebagai sisa-sisa tanaman dan hewan di dalam tanah pada berbagai pelapukan dan terdiri dari baik masih hidup maupun mati. Banyaknya bahan organik yang terdapat di dalam tanah akan menentukan tingkat kesuburan serta kondisi fisik maupun kimiawi tanah. Bahan organik tanah itu sendiri dapat mempengaruhi nilai K karena terkait dengan fungsi bahan organik sebagai bahan perekat tanah dalam pembentukan agregat tanah.

3. Faktor Kemiringan dan Panjang Lereng (LS)

Dari beberapa faktor yang mempengaruhi erosi, kelerengan merupakan salah satu faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi erosi. Kelerengan dalam hal ini terdiri dari panjang lereng dan kemiringan lereng. Untuk faktor kemiringan dan panjang lereng (LS) ditentukan dengan mengunakan peta kelerengan DAS Ular kemudian diolah dengan ArcView GIS 3.3.

Tabel 8 . Nilai faktor LS di wilayah DAS ular

Kelas Kemiringan (%) Nilai LS Luas Ha % 1 0-8 0,4 48.739,71 38 2 8-15 1,4 24.603,75 19,15 3 15-25 3,1 25.551,17 19,89 4 25-40 6,8 15.096,15 11,67 5 >40 9,5 14.626,82 11,38 Total 128.617,60 100

Gambar 5. Peta kelerengan DAS ular

Dari tabel 8 dapat dilihat bahwa nilai LS tertinggi yaitu 9,5 dengan luas 14.626,82 ha atau 11,38 % dari luas yang ada dan nilai LS terendah yaitu 0,4 dengan jumlah luas yang terbesar yaitu 48.739,71 ha atau 38 % . Dalam Arsyad (2000) dan Hardjowigeno (1995) mengemukakan erosi akan meningkat apabila lereng semakin curam atau semakin panjang. Apabila lereng semakin curam maka kecepatan aliran permukaan meningkat sehingga kekuatan mengangkut semakin meningkat pula. Lereng yang semakin panjang menyebabkan volume air yang mengalir menjadi semakin besar. Kelas lereng yang berbeda akan menyebabkan tingkat erodibilitasnya juga berbeda.

4. Vegetasi Penutupan Lahan (C) dan Tindakan Khusus Konservasi Tanah (P)

Tabel 9. Nilai faktor CP di DAS ular

Penggunaan lahan Nilai Faktor CP Luas

Ha %

Badan Air 0,00 417,73 0,26 Bandara / Pelabuhan 0,01 423,43 0,27 Belukar 0,30 10.119,9 6,38 Hutan Lahan Kering Primer 0,01 7.403,44 4,67 Hutan Lahan Kering Sekunder 0,01 16.027,31 10,11

Hutan Rawa Sekunder 0,01 136,95 0,09 Hutan Tanaman 0,05 458,7 0,29 Pemukiman 0,95 793,07 0,50 Perkebunan 0,50 12.130,53 9,43 Pertanian Lahan Kering 0,28 71.050,8 44,82

Sawah 0,01 8.254,57 5,21 Tanah Terbuka 0,85 728,5 0,46

Tambak 0,01 672,7 0,42

Total 128.617,63 100

Faktor vegetasi penutupan lahan dan tindakan khusus konservasi merupakan salah satu faktor erosi tanah yang paling mungkin untuk dikelola dalam memperkecil laju erosi pada suatu lahan. Kedua faktor ini merupakan hal yang mudah untuk dirubah terutama dalam menyesuaikan dengan kemampuan suatu lahan dalam pengelolaanya.

Pada DAS ular penggunaan lahan terluas yaitu pertanian lahan kering seluas 71.050,8 ha atau 44,82% dari seluruh luas yang ada dan lahan terkecil yaitu badan air sebesar 417,73 ha atau 0,26%.

Prediksi Erosi (A) Berdasarkan Rumus USLE

Setelah dilakukan perhitungan erosi yang mencakup erosivitas hujan (R), erodibilitas tanah (K), kemiringan dan panjang lereng (LS) , vegetasi dan tindakan konservasi (CP) maka dapat ditentukan besarnya erosi yang terjadi di DAS Ular. Data prediksi erosi (A) dapat dilihat pada tabel 10 berikut :

Tabel 10. Laju erosi di wilayah DAS ular

Kelas Ton/ha/thn Luas

Ha % I <15 108.357,2 82,6 II 15-60 18.657,2 14,22 III 60-180 4.161,9 3,17 IV 180-480 - V >480 - Total 131.176,3 100.00

Pada DAS Ular kelas erosi yang terjadi yaitu kelas I (sangat rendah) ,II (rendah) , dan III (sedang). Kelas erosi I merupakan kelas yang mencakup kawasan terluas yaitu sebesar 108.357,2 ha atau 82,6 % dari keseluruhan luas yang ada, sedangkan kelas erosi III mencakup kawasan terkecil yaitu sebsar 4.161,9 atau 3,17 ha dari keseluruhan luas yang ada.

Gambar 7. Peta prediksi erosi di DAS ular

Tingkat Bahaya Erosi (TBE)

Setelah mengetahui perkiraan erosi berdasarkan persamaan USLE maka dapat diketahui besarnya tingkat bahaya erosi. Dalam pembuatan peta tingkat bahaya erosi digunakan dengan bantuan extention geoprocessing pada perangkat ArcView GIS 3.3. Peta erosivitas (R), erodibilitas (K), kelerengan dan panjang lereng (LS) dan vegetasi dan konservasi tanaman (CP) kemudian di overlay kan dengan menggunakan union tools. Data tabular tingkat bahaya erosi dapat dilihat pada tabel 11 berikut.

Tabel 11. Nilai tingkat bahaya erosi di DAS ular

Kriteria Luas Ha % Sangat ringan 12.924,8 9.85 Ringan 97.765,2 74,54 Sedang 16.886,8 12,88 Tinggi 3.581,5 2,73 Sangat tinggi - -

Pada tabel 11 dapat dilihat bahwa di DAS ular kriteria tingkat bahaya erosi terbagi menjadi sangat ringan, ringan, sedang, dan tinggi. Dimana kawasan terluas yaitu kriteria ringan dengan luas 97.765,2 ha atau 74,54 % dari luas yang ada dan kawasan terkecil yaitu kriteria tinggi dengan luas 3.581,5 ha atau 2,73 %. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa kawasan DAS ular dominan memiliki tingkat bahaya erosi yang rendah dan masih berada dalam kondisi relatif aman terhadap bahaya erosi.

Gambar 8. Peta tingkat bahaya erosi di DAS ular

Dalam dokumen Pemetaan Tingkat Bahaya Erosi di DAS Ular (Halaman 38-48)

Dokumen terkait