IV. ANALISIS KINERJA JARINGAN MAN dengan TEKNOLOGI
4.4 Perhitungan Throughput
Perhitungan throughput hanya menghasilkan data-data mengenai jumlah MAC frame yang datang pada workstation 2 LAN 2, panjang MAC frame, dan total waktu penerimaan seluruh MAC frame tersebut. Hasil pengukuran ini tidak secara langsung menunjukkan besarnya throughput dari jaringan Metro Ethernet. Untuk itu perlu dicari suatu metode perhitungan throughput jaringan Metro
Ethernet yang memanfaatkan lebih lanjut data-data di atas.
Jika panjang tiap MAC frame yang datang di worksation 2 pada LAN 2 adalah s byte maka payload dari MAC frame tersebut adalah s-18 byte.
Misalkan, jumlah MAC frame yang datang ke workstation 2 pada LAN 2 adalah Np dan waktu penerimaan seluruh MAC frame tersebut adalah t, maka
throughput jaringan Metro Ethernet (T) dapat diperoleh dari persamaan (3.5):
T = bps
t xNp px8
Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.
dimana: t = delay total(s)
Adapun data hasil pengukuran rata-rata jumlah frame yang dikirim melalui jaringan Metro Ethernet disajikan pada Tabel 4.10.
Tabel 4.10 Rata-rata jumlah frame yang datang dan waktu penerimaan seluruh frame
Panjang frame yang datang (byte)
Rata-rata jumlah frame yang datang
Waktu penerimaan seluruh frame (s) 64 14 0,0101 200 16 0,0078 400 15 0,0074 600 15 0,0094 800 14 0,0118 1000 19 0,0096 1200 20 0,0093 1400 30 0,0106
Dari data di atas dilakukan perhitungan:
T64byte = t xNp px8 = 0101 , 0 14 8 ) 18 64 ( − x x = 510099,0099 bps = 0,51 Mbps T200byte = t xNp px8 = 0078 , 0 16 8 ) 18 200 ( − x x = 2986666,667 bps = 2,98 Mbps T400byte = t xNp px8
Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.
= 0074 , 0 15 8 ) 18 400 ( − x x = 3386378,78 bps = 3,386 Mbps T600byte = t xNp px8 = 0094 , 0 15 8 ) 18 600 ( − x x = 7429787,234 bps = 7,43 Mbps T800byte = t xNp px8 = 0118 , 0 14 8 ) 18 800 ( − x x = 7422372,881 bps = 7,42 Mbps T1000byte= t xNp px8 = 0096 , 0 19 8 ) 18 1000 ( − x x = 15548333,33 bps = 15,55 Mbps T1200byte= t xNp px8 = 0093 , 0 20 8 ) 18 1200 ( − x x = 20335483,87 bps
Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.
= 20,33 Mbps T1400byte= t xNp px8 = 0106 , 0 30 8 ) 18 1400 ( − x x = 31290566,04 bps = 31,29 Mbps
Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.
Adapun delay total dan jumlah throughput melalui jaringan Metro
Ethernet dapat dilihat pada Tabel 4.11.
Tabel 4.11 Delay total dan Jumlah Throughput melalui Jaringan Metro Ethernet
Panjang frame yang
datang (byte) Delay total (s)
Jumlah Throughput (Mbps) 64 0,0101 0,51 200 0,0078 0,98 400 0,0074 3,86 600 0,0094 7,43 800 0,0118 7,42 1000 0,0096 15,55 1200 0,0093 20,33 1400 0,0106 31,29
Delay total rata-rata
0 0.002 0.004 0.006 0.008 0.01 0.012 0.014 0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600
Panjang paket yang dikirim (byte)
D el ay t o tal r at a-rat a ( s) Series1
Grafik 4.9 Delay Total Masing-Masing Paket yang Dikirim Melalui Metro
Ethernet
Throughput melalui jaringan Metro Ethernet
0 5 10 15 20 25 30 35 0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600
Panjang frame yang dikirim (byte)
J u m la h t h ro u g h p u t ( M b p s ) Series1
Grafik 4.10 Througphut Masing-Masing Paket yang Dikirim Melalui Metro
Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.
4.5 Analisis Kinerja Jaringan Metro Ethernet
Analisis dilakukan dengan menganalisis kinerja jaringan dari data-data yang sudah didapatkan sebelumnya.
4.5.1 Analisis Pengaruh Kenaikan Panjang Paket terhadap Perubahan
Delay dan Throughput
Berdasarkan hasil pengukuran di atas dapat dilakukan analisis sebagai berikut:
Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa delay rata-rata terkecil terjadi pada pengiriman paket 400 byte yakni sebesar 0,0023 s sedangkan delay rata-rata terbesar terjadi pada pengiriman paket 64 byte yakni sebesar 0,0066 s. Hal ini disebabkan karena:
a. Ethernet menggunakan metode kontrol akses media Carrier Sense
Multiple Access with Collision Detection (CSMA/CD), dimana jika
jaringan kosong, maka komputer yang ingin mengirimkan data akan mengambil alih jaringan, sedangkan jika jaringan terpakai maka komputer tersebut akan menunggu samapai jaringan kosong. Sehingga waktu yang diperlukan untuk mengirimkan paket menjadi lebih lama.
b. Keakuratan perangkat yang dipakai tidak lagi 100%. c. Kondisi trafik yang tidak stabil pada saat pengukuran.
Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa delay rata-rata terkecil terjadi pada pengiriman paket 64 byte yakni sebesar 0,0015 s, sedangkan delay rata-rata terbesar terjadi pada pengiriman paket 1400 byte yakni sebesar 0,0039 s. Hal ini disebabkan karena seiring dengan bertambahnya panjang paket, maka delay paket akan semakin tinggi. Hal ini terjadi karena waktu pelayanan server akan semakin
Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.
lama, maka delay paket akan semakin bertambah. Kenaikan panjang paket juga akan meningkatkan waktu transmisi, karena delay transmisi bergantung kepada panjang paket.
Dari tabel 4.3 dapat dilihat bahwa delay rata-rata terkecil terjadi pada pengiriman paket 64 byte yakni sebesar 0,0023 s, sedangkan delay rata-rata terbesar terjadi pada pengiriman paket 1400 byte yakni sebesar 0,0053 s. Hal ini disebabkan karena seiring dengan bertambahnya panjang paket, maka delay paket akan semakin tinggi. Hal ini terjadi karena waktu pelayanan server akan semakin lama, maka delay paket akan semakin bertambah. Kenaikan panjang paket juga akan meningkatkan waktu transmisi, karena delay transmisi bergantung kepada panjang paket.
Dari tabel 4.4 dapat dilihat bahwa delay rata-rata terkecil terjadi pada pengiriman paket 200 byte yakni sebesar 0,0004 s karena pada waktu akan mengirimkan paket 200 byte, komputer mendeteksi bahwa jaringan dalam keadaan kosong sehingga komputer dapat langsung melakukan pengiriman. Sedangkan delay rata-rata terbesar terjadi pada pengiriman paket 600 byte yakni sebesar 0,0034 s. Hal ini disebabkan pada saat akan mengirim, komputer mendeteksi jaringan dalam keadaan sibuk sehingga komputer akan menunggu sampai jaringan benar-benar kosong.
Dari tabel 4.5 dapat dilihat bahwa delay rata-rata terkecil terjadi pada pengiriman paket 64 byte yakni sebesar 0,0032 s, sedangkan delay rata-rata terbesar terjadi pada pengiriman paket 1400 byte yakni sebesar 0,0061 s. Hal ini disebabkan karena seiring dengan bertambahnya panjang paket, maka delay paket akan semakin tinggi. Hal ini terjadi karena waktu pelayanan server akan semakin
Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.
lama, maka delay paket akan semakin bertambah. Kenaikan panjang paket juga akan meningkatkan waktu transmisi, karena delay transmisi bergantung kepada panjang paket.
Dari tabel 4.6 dapat dilihat bahwa delay rata-rata dari pengiriman paket 64
byte dibandingkan pengiriman paket 200 byte terdapat kenaikan yang signifikan
yakni sebesar 0,0009 s, dan terjadi penurunan yang signifikan sebanyak 0,0005 s dari pengiriman paket 1200 byte bila dibandingkan dengan pengiriman paket 1400 byte karena pada waktu akan mengirimkan paket 64 byte dan 1400 byte, komputer mendeteksi bahwa jaringan dalam keadaan kosong sehingga komputer dapat langsung melakukan pengiriman. Sedangkan pada pengiriman 200 byte dan 1200 byte, saat akan mengirim, komputer mendeteksi jaringan dalam keadaan sibuk sehingga komputer akan menunggu sampai jaringan benar-benar kosong.
Dari tabel 4.7 dapat dilihat bahwa delay rata-rata terkecil terjadi pada pengiriman paket 64 byte yakni sebesar 0,0035 s, sedangkan delay rata-rata terbesar terjadi pada pengiriman paket 1400 byte yakni sebesar 0,0065 s. Hal ini disebabkan karena seiring dengan bertambahnya panjang paket, maka delay paket akan semakin tinggi. Hal ini terjadi karena waktu pelayanan server akan semakin lama, maka delay paket akan semakin bertambah. Kenaikan panjang paket juga akan meningkatkan waktu transmisi, karena delay transmisi bergantung kepada panjang paket.
Dari tabel 4.8 dapat dilihat bahwa delay rata-rata terkecil terjadi pada pengiriman paket 400 byte yakni sebesar 0,0001 s karena pada waktu akan mengirimkan paket 400 byte, komputer mendeteksi bahwa jaringan dalam keadaan kosong sehingga komputer dapat langsung melakukan pengiriman.
Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.
Sedangkan delay rata-rata terbesar terjadi pada pengiriman paket 1200 byte yakni sebesar 0,0004 s. Hal ini disebabkan pada saat akan mengirim, komputer mendeteksi jaringan dalam keadaan sibuk sehingga komputer akan menunggu sampai jaringan benar-benar kosong.
Dari tabel 4.9 dapat dilihat bahwa delay total rata-rata dari pengiriman paket 64 byte dibandingkan pengiriman paket 200 byte terdapat penurunan yang signifikan yakni sebesar 0,0023 s, dan terjadi kenaikan yang signifikan sebanyak 0,0013 s dari pengiriman paket 1200 byte bila dibandingkan dengan pengiriman paket 1400 byte karena pada waktu akan mengirimkan paket 200 byte dan 1200
byte, komputer mendeteksi bahwa jaringan dalam keadaan kosong sehingga
komputer dapat langsung melakukan pengiriman. Sedangkan pada pengiriman 64
byte dan 1400 byte, saat akan mengirim, komputer mendeteksi jaringan dalam
keadaan sibuk sehingga komputer akan menunggu sampai jaringan benar-benar kosong.
Dari tabel 4.11 dapat dilihat bahwa panjang paket yang bertambah akan mengakibatkan banyaknya data yang masuk ke dalam sistem akan semakin banyak, karena terjadi penambahan byte pada masing-masing paket. Akibatnya paket yang akan dilayani semakin banyak, oleh karena itu nilai throughput akan semakin besar.
Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari Tugas Akhir ini adalah: 1. Seluruh data yang diperoleh dari pengukuran merupakan hasil perekaman
yang dilakukan oleh protocol analyzer. Namun demikian, data hasil perekaman tersebut tidak langsung menunjukkan kinerja Jaringan Metro
Ethernet yang dimaksud. Untuk mengetahui kinerja delay dan throughput
suatu Jaringan Metro Ethernet maka digunakan metode perhitungan dengan memanfaatkan data-data hasil pengukuran
2. Delay total (end to end delay) rata-rata yang didapat dari pengiriman
paket 64 byte dibandingkan pengiriman paket 200 byte terdapat penurunan yang signifikan yakni sebesar 0,0023 s, dan terjadi kenaikan yang signifikan sebanyak 0,0013 s dari pengiriman paket 1200 byte bila dibandingkan dengan pengiriman paket 1400 byte karena pada waktu akan mengirimkan paket 200 byte dan 1200 byte, komput er mendeteksi bahwa jaringan dalam keadaan kosong sehingga komputer dapat langsung melakukan pengiriman. Sedangkan pada pengiriman 64 byte dan 1400
byte, saat akan mengirim, komputer mendeteksi jaringan dalam keadaan
sibuk sehingga komputer akan menunggu sampai jaringan benar-benar kosong.
3. Panjang paket yang bertambah akan mengakibatkan banyaknya data yang masuk ke dalam sistem akan semakin banyak, karena terjadi penambahan
Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.
byte pada masing-masing paket. Akibatnya paket yang akan dilayani semakin banyak, oleh karena itu nilai throughput akan semakin besar.
Saran
Adapun saran yang dapat diberikan oleh penulis dari Tugas Akhir ini adalah:
1. Untuk pengembangan yang lebih lengkap, masih dapat dibahas dengan menggunakan spesifikasi devais interkoneksi yang mempengaruhi kenerja jaringan.
Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.
DAFTAR PUSTAKA
1. Syakur D. Desember 2001. “Internetworking/Wide Area Network
(WAN)”,http://energy.tf.itb.ac.id/ftp/EBook/Networking/modul1internetw
orking.doc. (diakses tanggal 1 Juni 2009)
2 Amikom, “Bridge” (diakses tanggal 25 Mei 2009)
3. Hari. Desember 2001. “Simulasi Manajemen Bandwidth dengan
Menggunakan HTB”,
125.163.205.230/utama/modul/pro_tkj_3/download.php?file=bab_IV.doc 4. Romi Yuhefizar.Februari 2004. “ Jaringan”,
http://adab.uin-suka.ac.id/file_kuliah/jaringan.pdf
5. Telkom RCD Media. 2009. “Overview Alternatif Teknologi Jaringan
Transport Metro”,
6. Ginting, Desiana dan Indarto Andhy,. Juli 2006. “Implementasi Metro
Ethernet Network”,
7. Kharisma, Agung Chandra. 2009. “Mengenal Jaringan Metropolitan yang
Didasari oleh Teknologi Ethernet”.
8. Telkom RCD Media. Mei 2009. “Teknologi Jaringan Metro:Ethernet
Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.
9. Penulis Wikipedia. 5 Juni 2009. “Ethernet”,
10. Metro Ethernet Forum. 18 Mei 2009. “Metro Ethernet Services”,
11. Hayri. Februari 2007. “Next Generation Network dengan Metro
Ethernet”. Know-How Networking.
12. Santoso, Harry. 2000.” Model Pengukuran dan Penghitungan Kinerja
Layanan SMDS”. TEKNIK ELEKTRO vol. 2 no.1.
13. Halsall, Fred. 1995. “Data Communications, Computer Networks and
Open Systems”, Addison-Wesley Publisher Ltd, USA.
14. Stallings, W.1996. “Data and Computer Communication”s, Prentice Hall International, Inc, New Jersey, USA.
Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.
LAMPIRAN A
Hasil ping dari workstation 1 ke workstation 1 - 64 byte
Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.
Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.
Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.
Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.
Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.
Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.
Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.
Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.
LAMPIRAN B
Hasil ping dari workstation 1 ke router 1 - 64 byte
Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.
Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.
Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.
Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.
Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.
Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.
Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.
Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.
LAMPIRAN C
Hasil ping dari workstation 1 ke router 2 - 64 byte
Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.
Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.
Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.
Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.
Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.
Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.
Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.
Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.
LAMPIRAN D
Hasil ping dari workstation 1 ke router 3 - 64 byte
Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.
Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.
Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.
Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.
Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.
Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.
Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.
Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.
LAMPIRAN E
Hasil dari ping dari workstation 1 ke workstation 2 - 64 byte
Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.
Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.
Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.
Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.
Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.
Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.
Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.