• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Konsep Caring

2.2.6 Perilaku caring perawat menurut Watson

Perilaku caring dirumuskan oleh Watson (1979) ke dalam sepuluh faktor karatif yang disampaikan kembali menjadi clinical caritas processes yang memberikan arahan bagi perawat dalam menerapka perilaku caring (Watson, 2005). Perilaku caring perawat yang tercantum dalam sepuluh faktor karatif Watson yaitu :

1. Membentuk sistem nilai humanistic dan altruistic

Perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan hendaknya menanamkan nilai-nilai humanistic dan altruistic. Perilaku ini tercermin dari

sikap perawat dalam menghormati dan menghargai pasien dengan menerapkan nilai kebaikan, empati, cinta terhadap diri dan orang lain yang merupakan nilai-nilai yang mendasari perilaku caring. Perawat menerapkan nilai-nilai cinta dan kebaikan serta ketenangan hati sesuai dengan harapan caring (Watson, 2005). Alligood (2010) menyebutkan bahwa seorang perawat berusaha untuk mengenal siapa kliennya, memberikan perhatian terhadap pasien, dan bagaimana seorang perawat berperilaku sesuai dengan keadaannya.

Bentuk nyata perilaku perawat dalam membentuk sistem nilai humanistic dan altruistic adalah (1) mengenali nama pasien, (2) mengenali kelebihan dan karakteristik pasien, (3) memanggil pasien dengan panggilan yang disenangi oleh pasien, (4) selalu mendahulukan kepentingan pasien daripada kepentingan priadi, (5) menyediakan waktu bagi pasien walau sedang sibuk, (6) mendengarkan apapun yang menjadi keluhan dan kebutuhan pasien, (7) menghargai dan menghormati pendapat dan keputusan pasien terkait dengan perawatannya, dan (8) memberikan dukungan sosial untuk memenuhi kebutuhan serta meningkatkan status kesehatan pasien (Nurrachmah, 2006). 2. Menanamkan kepercayaan dan harapan (Instilling faith and hope)

Perawat dalam melakukan asuhan keperawatan harus mampu membangkitkan kepercayaan serta optimisme pada klien sehingga mampu menyesuaikan diri dan optimis dengan keadaanya. Kepercayaan dan harapan pasien dibutuhkan pasien untuk terjadinya perubahan perilaku kearah peningkatkan kesehatan pasien. Kehadiran perawat yang memungkinkan dan

mendukung sistem kepercayaan, kesadaran diri dan harapan seorang pasien (Watson, 2005).

Bentuk nyata perilaku caring perawat dalam menanamkan kepercayaan dan harapan yaitu (1) selalu memberi harapan yang realistis terhadap kondisi kesehatan pasien, (2) memotivasi pasien untuk menghadapi penyakitnya walaupun penyakit terminal, (3) mendorong pasien untuk menerima tindakan pengobatan dan perawatan yang akan dilakukan kepada pasien, (4) memotivasi dan mendorong pasien dalam mencari alternatif terapi secara rasional, (5) memberikan penjelasan bahwa takdir berbeda pada setiap pasien, dan (6) memberikan keyakinan bahwa kehidupan dan kematian sudah ditentukan takdir (Nurachmah, 2006).

3. Menumbuhkan kepekaan terhadap diri dan orang lain (Cultivating sensitivity to one’s self)

Perawat harus mampu merasakan dan memahami segala perubahan yang terjadi pada dirinya dan orang lain. Perawat yang terbiasa peka terhadap perasaan dan kebutuhan diri sendiri akan lebih mudah merasakan kebutuhan dan perasaan orang lain. Menumbuhkan praktik spiritual, hubungan transpersonal, bekerja di luar ego, dan menjadi sensitif terhadap diri sendiri.

Bentuk nyata perilaku caring perawat dalam menumbuhkan kepekaan diri sendiri dan orang lain diantaranya, (1) perawat bersikap empati dan mampu menempatkan diri pada posisi pasien, (2) ikut merasakan prihatin atas ungkapan penderitaan yang diungkapkan oleh pasien serta bersiap untuk membantunya setiap saat, (3) dapat mengendalikan perasaan ketika pasien

bersikap kasar terhadap perawat, dan (4) mampu memenuhi keinginan pasien terhadap sesuatu yang logis (Nurrachmah, 2006).

4. Mengembangkan hubungan saling percaya dan membantu (Developing helping and trust relation)

Membina hubungan saling percaya, jujur, dan empati dalam menjalin huungan interpersonal yang terapeutik dengan tujuan untuk menolong orang lain merupakan perilaku yang harus diterapkan seorang perawat. Hubungan interpersonal antara pasien dan perawat merupakan aktualisasi dari hubungan manusia dalam proses caring (Watson, 2007). Hubungan interpersonal tersebut diperlihatkan melalui hubungan saling percaya dan membantu. Hubungan ini diawali dengan adanya hubungan yang baik antar perawat dan pasien. Penggunaan komunikasi yang efektif, keterbukaan, jujur, tidak menghakimi dan empati merupakan salah satu cara yang dapat digunakan dalam membangun sebuah hubungan saling percaya dan saling membantu (Suryani, 2010).

Bentuk nyata dari perilaku caring perawat dalam membina hubungan saling percaya yaitu, (1) memperkenalkan diri kepada pasien saat awal pertemuan, (2) membuat kontrak dengan pasien saat akan berkomunikasi, (3) meyakinkan pasien bahwa perawat akan hadir untuk menolong dan memberikan bantuan saat pasien membutuhkanna, (4) berusaha mengenali keluarga pasien dan hal-hal yang disukai oleh pasien, (5) bersikap hangat, bersahabat, (6) menyediakan waktu bagi pasien untuk mengekspresikan perasaan dan pengalaman melalui komuniasi yang efektif, dan (7) selalu menjelaskan setiap tindakan yang akan dilakukan (Nurrochmah, 2006).

5. Meningkatkan penerimaan terhadap ekspresi perasaannya.

Perawat dapat membantu pasien untuk bersikap realistis terhadap pikiran dan perasaan sesuai dengan kondisi yang dialaminya (Watson dalam Carson, 2006). Seseorang perawat mampu mengekspesikan perasaannya dan merasakan perasaan orang lain serta mendorong orang lain untuk mengekspresikan perasaan positif dan negatif.

Perilaku caring perawat yang dapat diperlihatkan diantaranya, (1) perawat mampu menjadi pendengar yang aktif dengan cara mendengar keluhan pasien dengan sabar, (2) mendengarkan ekspresi perasaan pasien tentang keinginan untuk sembuh dan upaya yang akan dilakukan jika sembuh, (3) memotivasi pasien untuk mengungkapkan perasaannya baik positif maupun negative serta menerima aspek positif dan negatif sebagai kekuatan pasien (Nurrochmah, 2006).

6. Menggunakan proses pemecahan masalah yang sistematis (Using creative problem-solving caring process)

Perawat harus mampu mengambil keputusan secara kreatif dengan menggunakan metode pemecahan masalah yang ilmiah dan sistematik dalam menyelesaikan masalah klien. Perawat mampu menggunakan diri dan pengetahuannya secara kreatif sebagai bagian dari proses caring dan penyembuhan pasien (Watson, 2005).

Bentuk nyata perilaku caring perawat dalam menggunakan metode pemecahan masalah yaitu perawat menggunakan proses asuhan keperawatan yang sistematis dan dalam mengatasi masalah pasien yang meliputi proses

pengkajian, menegakkan diagnosis, perencanaan, implementasi dan proses evaluasi yang dilakukan secara sistematis (Nurrochmah, 2006).

7. Meningkatkan proses pembelajaran (Promoting interpersonal teaching- learning)

Perawat dalam memerikan asuhan keperawatan harus memberikan pengajaran dan pendidikan kesehatan kepada klien dalam upaya promosi kesehatan. Salah satu peran perawat adalah sebagai educator atau pendidik. Peran ini merupakan peran perawat dalam meningkatan pengetahuan pasien dan keluarga agar dapat meningkatkan kesehatannya (Watson, 2005).

Bentuk nyata perilaku caring perawat yang dapat dilihat dari perilaku seseorang perawat seperti, (1) menjelaskan setiap keluhan pasien secara rasional dan ilmiah, (2) selalu menjelaskan setiap tindakan yang akan dilakukakn, (3) menunjukkan situasi yang bermanfaat bagi pasien dalam memahami proses penyakit, (4) mengajarkan cara memenuhi kebutuhan sesuai masalah yang dihadapi pasien, (5) menanyakan kepada pasien tentang kebutuhan pengetahuan yang ingin diketahui terkait dengan penyakitnya, (6) meyakinkan pasien bahwa perawat siap untuk menjelaskan yang ingin pasien ketahui tentang kondisinya (Nurrochmah, 2006).

8. Menyediakan lingkungan fisik, mental, sosial, dan spiritual yang suportif, protektif dan korektif (Providing a supportive, protective, or corrective mental-phisical sociocultural & spiritual environtment)

Perawat menciptakan lingkungan yang dapat mendukung peningkatan kesehatan dan kesejahteraan klien. Hal ini merupakan salah satu langkah dalam memberikan pelayanan yang berkualitas dan komprehensif.

Lingkungan yang mendukung proses penyembuhan dapat mengakibatkan terciptanya kecantikan, kenyamanan, peningkatan martabat dan perdamaian. Perilaku yang dapat ditunjukkan oleh seorang perawat dengan memberikan privasi, keamanan, kebersihan dan memberikan lingkungan yang nyaman bagi pasien (Watson,2005).

Perilaku yang dapat diperlihatkan oleh seorang perawat adalah dengan mendukung aktivitas spiritual pasien, seperti menyetujui keinginan pasien untuk bertemu dengan pemuka agama, memfasilitasi dan menyediakan keperluan pasien ketika pasien akan beribadah, bersedia menghubungi keluarga atau teman yang sangat diharapkan pasien untuk mengunjunginya (Nurrachmah, 2006).

9. Membantu kebutuhan dasar manusia (assisting with the gratification of human needs)

Membantu dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia melalui berbagai bentuk intervensi yang dilakukan dengan penuh keikhlasan, belas kasih, dan kemurahan/kebaikan hati. Perawat membantu pemenuhan kebutuhan dasar manusia sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan secara fisik dan psikologis, serta timbulnya semangat untuk sembuh (Watson, 2005).

Bentuk nyata perilaku caring perawat diantaranya adalah, selalu bersedia memenuhi kebutuhan dasar pasien dengan ikhlas menyatakan bangga mejadi orang yang bermanfaat bagi pasien, mampu menghargai pasien dan privasi pasien saat memenuhi kebutuhannya dan mampu menunjukan bahwa pasien adalah orang yang pantas dihormati dan dihargai (Nurrochmah, 2006).

10. Menghargai kekuatan eksistensial, fenomenologi dan spiritual (allowing for existential-phenomenologic forces)

Perawat meningkatkan dimensi spiritual pasien. Perawat memberi kesempatan dan mendorong klien untuk menunjukkan kemampuan, kekuatan yang dimiliki, membantu pasien dalam menentukan coping yang efektif dalam menghadapi masalahnya, serta menemukan makna dari kehidupannya (Watson, 2005).

Bentuk nyata perilaku caring perawat adalah memberikan kesempatan kepada pasien dan keluaga untuk melakukan hal-hal yang bersifat ritual demi proses penyembuhannya, memotivasi pasien dan keluarganya untuk selalu berserah diri kepada Tuhan YME, dan mampu menyiapkan pasien dan keluarganya ketika menghadapi fase berduka (Nurrochmah, 2006).

Dokumen terkait