• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keputusan aseptor setelah dikonseling adalah mengambil keputusan mau melakukan KB vasektomi. Alasan aseptor melakukan KB vasektomi adalah tidak

ingin anak lagi. Tindakan untuk tidak ingin punya anak lagi yang dilakukan aseptor berdasarkan keputusan sendiri dan persetujuan istri. Keputusan untuk melakukan KB vasektomi tidak ada paksaan atau tekanan dari siapapun. Keputusan diambil karena aseptor sudah mengetahui informasi tentang KB vasektomi secara menyeluruh. Setelah dikonseling calon aseptor mengambil keputusan melakukan tindakan operasi vasektomi. Sebelum dilakukan tindakan operasi calon aseptor diberikan konseling yang kedua oleh dokter yang akan melakukan tindakan operasi. Dokter menanyakan kembali kemantapan keputusan calon aseptor untuk melakukan tindakan operasi. Dan dokter menjelaskan kembali bahwa tindakan operasi yang diplih calon aseptor adalah operasi yang tidak memakai pisau. Dokter juga menjelaskan proses vasektomi, manfaat, resiko yang mungkin dialami dan perawatan pasca operasi. Dalam konseling ini Calon aseptor disarankan untuk lebih tenang pada saat operasi. Sebelum dikonseling aseptor belum memutuskan untuk melakukan KB vasektomi. AKSES LAYANAN SETELAH TINDAKAN OPERASI

Setelah melakukan tindakan operasi seluruh aseptor mengaku mendapatkan pelayanan pemeriksaan. Jenis pelayanan yang diperoleh aseptor adalah mendapatkan pelayanan berupa kesehatan, pemeriksaan bekal luka, control bekas operasi dan pemeriksaan tekanan darah. Disamping itu aseptor mengaku mendapatkan pelayanan kesehatan berupa kunjungan rumah apabila aseptor merasa sakit setelah operasi dan mendapatkan pemeriksaan dan obat.

Aseptor mengaku pada saat melakukan tindakan operasi didampingi oleh petugas PLKB, dokter dan bidan, istri, anak, teman,dan ada aseptor yang tidak ada yang mendampingi pada saat operasi, namun hal itu tidak mengurungkan niat calon aseptor untuk melakukan tindakan operasi.

Setelah dioperasi aseptor diberikan konseling yang ketiga yaitu konseling pascaoperasi. Tujuan koseling ini dilakukan adalah untuk melihat kondisi kesehatan aseptor. Dokter juga menanyakan bagaimana perasaan aseptor setelah dilakukan operasi. Menurut aseptor setelah dilakukan operasi aseptor mendapatkan pelayanan kesehatan berupa konseling, pemeriksaan jahitan, kontrol, perawatan bekas luka, pemeriksaan tekanan darah. Selain itu aseptor mengaku juga mendapatkan pelayanan yang lain berupa obat-obatan dan kondom. Petugas juga melakukan kunjungan kerumah-rumah aseptor yang baru selesai dioperasi. Tujuannya untuk memantau kesehatan bekas luka aseptor.

BAB V PEMBAHASAN 1.1. Pengetahuan Aseptor Terhadap KB Vasektomi

Rogers dalam bukunya yang berjudul “Diffusion of Innovations” menyebutkan bahwa perilaku penerimaan seseorang terhadap suatu inovasi didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap positif maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng. Setelah itu Rogers dan Shoemaker membagi proses pembuatan keputusan tentang adopsi inovasi menjadi empat tahap yaitu pengetahuan, persuasi, keputusan dan penguatan. Menurut Rahmasari dalam penelitiannya yang berjudul “Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan Keikutsertaan Vasektomi Di Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang Tahun 2004” menyebutkan bahwa faktor pengetahuan pria tentang vasektomi berpengaruh secara signifikan.

Pengetahuan calon aseptor setelah diberi konseling meningkat. Calon aseptor lebih memahami tujuan, manfaat dan proses dari melakukan KB vasektomi. Calon aseptor setelah dberi konseling mengambil keputusan dengan melakukan KB vasektomi. Adapun alasan memilih KB vasektomi atas kesadaran untuk tidak ingin punya anak lagi dan secara ekonomi, berbagi peran dengan istri, praktis dan aman dari kebobolan.

Penelitian Rogers (1974) dalam Notoatmodjo (2007) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses Awareness (kesadaran), yaitu orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu. Dalam hal ini calon aseptor telah mempunyai kesadaran untuk berbagi peran dalam keluarga, tidak ingin punya anak lagi. Interest, yakni orang mulai tertarik, tidak kepada stimulus. Calon aseptor sudah mulai tertarik dengan metode vasektomi karena dirasa lebih aman dan praktis.

Aman yang dimaksud adalah tidak dapat menimbulkan kehamilan pada istri, atau terhindar dari kebobolan seperti memakai KB IUD. Praktis yang dimaksud tidak menggunakan pil atau suntik. Tahap Evaluation, (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. Sikap calon aseptor yang sudah menjadi aseptor sangat positif atau sangat setuju jika laki-laki ikut mengambil peran dalam mengatasi laju pertumbuhan penduduk. Sikap setuju juga ditunjukkan pada aseptor pada keseteraan gender yaitu laki-laki juga berperan dalam melakukan KB. Pada tahap Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru. Calon aseptor mengambil keputusan untuk melakukan KB vasektomi. Dan pada tahap Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. Calon aseptor yang melakukan KB vasektomi dilandasi dengan pengetahuan, kesadara dan sikap yang positif terhadap metode MOP.

Apabila penerimaan perilaku atau adopsi perilaku melalui proses seperti didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap positif maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng dan begitu pula sebaliknya. Dalam Sarwono tahun 2007 Rogers dan Shoemaker mengubah teori mereka dengan membagi proses pembuatan keputusan tentang inovasi ini menjadi empat tahapan :

e. Pengetahuan, individu mengetahui tentang adanya inovasi dan mendapat beberapa pengetahuan tentang inovasi tersebut.

f. Persuasi, individu akan membentuk persepsi dan sikap terhadap inovasi kearah penerimaan atau penolakan. Pada tahap ini individu mencari informasi sebanyak-banyaknya mengenai inovasi tersebut. Memutusakan pesan apa yang dia anggap kredible dan memutuskan bagaimana menafsirkan pesan yang diterima individu Pada tahap ini sering kali

muncul berbagi persepsi terhadap suatu inovasi (Rogers, 1983).

g. Keputusan, individu mengenal keputusan sesuai dengan sikap yang telah dibentuk pada persuasi. Keputusan ini bisa menerima atau menolak inovasi setelah melalui proses-proses sebelumnya.

h. Penguatan, pada tahap ini individu akan mencari alasan-alasan penunjang (reinforcement) terhadap keputusan yang telah di ambil. Kalau alasan-alasan tersebut tidak didapatkan maka kemungkinan akan terjadi tindakan yang berlawanan dengan keputusan yang telah diambil. Jadi yang semula mengadopsi bisa saja akhirnya dapat menolak atau sebaliknya.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait