• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.2. Perilaku Merokok

2.2.1. Pengertian Perilaku Merokok

Perilaku merokok adalah aktivitas seseorang yang merupakan respons orang tersebut terhadap rangsangan dari luar yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang untuk merokok dan dapat diamati secara langsung. Sari dkk menyebutkan bahwa perilaku merokok adalah aktivitas menghisap atau menghirup asap rokok dengan menggunakan pipa atau rokok. Dahulu perilaku merokok disebut sebagai suatu kebiasaan, atau ketagihan, tetapi dewasa ini merokok disebut sebagai tobacco depedency sendiri dapat didefenisikan sebagai perilaku penggunaan tembakau yang menetap,biasanya lebih dari setengah bungkus rokok per hari, dengan adanya tambahan distres yang disebabkan oleh kebutuhan akan tembakau secara berulang-ulang.

Perilaku merokok seseorang secara keseluruhan dapat dilihat dari jumlah rokok yang dihisapnya. Seberapa banyak seseorang merokok dapat dilihat dari intensitasnya, dimana menurut intensitas adalah besar atau kekuatan untuk suatu tingkah laku. Perilaku merokok sesorang dapat dikatakan tinggi maupun rendah dapat diketahui dari intensitas merokoknya yaitu banyaknya seseorang dalam merokok.13

Perilaku merokok berdasarkan intensitas merokok dibagi berdasarkan jumlah rokok yang dihisapnya setiap hari, yaitu:

1. Perokok sangat berat adalah perokok yang mengkonsumsi rokok sangat sering yaitu merokok lebih 31 batang setiap harinya dengan selang merokok lima menit setelah bangun tidur di pagi hari.

2. Perokok berat adalah perokok yang mengkonsumsi rokok 21-30 batang rokok setiap hari dengan selang waktu merokok berkisar 6-30 menit setelah bangun tidur di pagi hari.

3. Perokok sedang adalah perokok yang mengkonsumsi rokok cukup 11-21 batang per hari dengan selang waktu 31-60 menit mulai bangun tidur di pagi hari.

13

4. Perokok ringan adalah perokok yang mengkonsumsi rokok jarang yaitu sekitar 10 batang per hari dengan selang waktu 60 menit mulai dari bangun tidur di pagi hari.7

Berdasarkan Management of affect theory ada 4 tipe perilaku merokok, keempat tipe tersebut adalah:

1. Tipe perokok yang dipengaruhi poleh perasaan positif. Dengan merokok seseorang akan merasakan penambahan rasa yang positif. Dalam hal ini dibagi dalam 3 tipe:

a) Pleasure relaxation, perilaku merokok hanya untuk menambah atau meningkatkan kenikmatan yang sudah didapat, misalnya merokok setelah minum kopi atau makan

b) Stimulatiom to pick them up, perilaku merokok hanya dilakukan sekedarnya untuk menyenangkan perasaan.

c) Pleasure of handling the cigarette, kenikmatan yang diperoleh dengan memegang rokok. Sangat spesifik pada perokok pipa. Perokok pipa akan menghabiskan waktu untuk mengisi pipa dengan tembakau sedangkan untuk mrnghisapnya hanya dibutuhkan waktu beberapa menit saja atau perokok lebih senang berlama-lama memainkan rokonya dengan jari-jariny sebelum dia menyalakan api.

2. Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negatif. Banyak orang menggunakan rokok untuk mengurangi perasaan negatif, misalnya bila marah, cemas, ataupun gelisah, rokok dianggap sebagai penyelamat

3. Perilaku merokok yang adiktif (psychological addiction). Bagi yang sudah adiksi, akan menambah dosis rokok yang digunakan setiap saat setelah efek dari rokok yang dihisapnya berkurang. Mereka umumnya akan pergi keluar rumah membeli rokok, walaupun tengah malam sekalipun.

4. Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan. Mereka menggunakan rokok sama sekali bukan karena untuk mengendalikan perasan mereka, tetapi karena benar-benar sudah kebiasaan rutin. Pada tipe orang seperti ini merokok merupakan suatu perilaku yang bersifat otomatis.14

2.2.2. Tahap-Tahap Perilaku Merokok

Laventhal dan Clearly cit Pitaloka mengungkapkan empat tahap dalam perilaku merokok, yaitu:

1. Tahap prepatory

Seorang mendapatkan gambaran yang menyenangkan mengenai merokok dengan cara mendengar, melihat, atau dari hasil bacaan, sehingga menimbulkan niat untuk merokok

2. Tahap Initation

Tahap perintisan merokok, yaitu tahap apakah seseorang akan meneruskan atau tidak terhadap perilaku merokok

3. Tahap Becoming a Smoker

Apabila seseorang telah mengkonsumsi rokok sebanyak empat batang per hari maka mempunyai kecenderungan menjadi perokok.

4. Tahap Maintaining Of Smoking

Pada tahap ini merokok sudah menjadi salah satu bagian dari cara pengaturan diri (self regulating). Merokok dilakukan untuk memperoleh efek yang menyenangkan.15

2.2.3. Kandungan Berbahaya dalam Rokok Kandungan yang terdapat pada rokok yaitu: 1. Tar

Tar adalah senyawa polinuklir hidrokarbon aromatika yang bersifat karsinogenik. Tar terbentuk selama pemanasan tembakau dan kadar tar yang terdapat pada asap rokok inilah yang menyebabkan adanya resiko kanker.

15

2. Nikotin

Nikotin adalah zat atau bahan senyawa pirolidin yang terdapat dalam Nikotiana Tobacum, Nicotiana Rustica, dan spesies lainnya atau sintesisnya yang bersifat adiktif dapat mengakibatkan ketergantungan. nikotin merupakan obat perangsang yang memiliki efek berlawanan yaitu memberikan rangsangan sekaligus menenangkan. Nikotin menyebabkan ketagihan karena dapat memicu dopamine yaitu unsur kimia di dalam otak yang berhubungan dengan perasaan senang. 3. Karbon Monoksida

Merupakan gas beracun yang tidak berwarna dan terdapat pada rokok dengan kandungan 2%-6%. Karbon Monoksida pada paru-paru mempunyai daya pengikat (afinitas) dengan hemoglobin (Hb) sekitar 200 kali lebih kuat dibandingkan dengan daya ikat oksigen (O2) dengan Hb.16

2.2.4. Perilaku Ketergantungan Merokok

Merokok adalah suatu “kebiasaan” atau “ketagihan”. Dewasa ini merokok disebut sebagai Tobacco Depedency atau ketergantungan pada tembakau.Saat pertama kali mengkonsumsi rokok, gejala-gejala yang mungkin terjadi adalah batuk-batuk, lidah terasa getir, dan perut mual. Namun demikian, sebagian dari para pemula tersebut mengabaikan perasaan tersebut, biasanya berlanjut menjadi kebiasaan, dan akhirnya menjadi ketergantugan.

Ketergantungan ini dipersepsikan sebagai kenikmatan yang memberikan kepuasan psikologis. Gejala ini dapat dijelaskan dari konsep tobacco depedency(ketergantungan rokok). Artinya, perilaku merokok merupakan perilaku yang menyenangkan dan bergeser menjadi aktivitas yang bersifat obsesif. Hal ini disebabkan sifat nikotin adalah adiktif, jika dihentikan secara tiba-tiba akan menimbulkan cemas.7

Secara biologis, nikotin diterima reseptor asetilkolin-nikotinik yang kemudian membagi jalur imbalan dan jalur adrenergik. Pada jalur imbalan, perokok akan merasakan nikmat, memacu sistem dopaminergik. Hasilnya perokok

akan merasa lebih tenang, daya pikir serasa lebih cemerlang, dan mampu menekan rasa lapar. Di jalur adrenergik pada bagian otak lokus seruleus yang mengeluarkan sorotonin. Meningkatnya sorotonin menimbulkan rangsangan rasa senang sekaligus keinginan mencari rokok lagi. Secara manusiawi, orang cenderung untuk mempertahankan apa yang selama ini dirasakan sebagai kenikmatan sehingga dapat dpahami jika para perokok sulit untuk berhenti merokok.2

2.2.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok

Menurut Komalasari dan Helmi perilaku merokok selain disebabkan dari faktor dalam diri (internal) juga disebabkan faktor dari lingkungan (eksternal).

a) Faktor Diri (internal)

Orang mencoba merokok karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari rasa sakit dan kebosanan. Merokok juga memberi image bahwa merokok dapat menunjukan kejantanan (kebanggaan diri) dan menunjukkan kedewasaan. Individu juga merokok dengan alasan sebagai alat penghilang stres.

b) Faktor Lingkungan (eksternal)

faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku merokok adalah keluarga atau orang tua, saudara kandung, maupun teman sebaya yang merokok dan iklan rokok.7

Laventhal dan Clearly menyatakan motif seseorang merokok dibagi menjadi dua motif:

1. Faktor Psikologis a. Kebiasaan

Perilaku merokok menjadi sebuah perilaku yang harus tetap dilakukan tanpa adanya motif yang bersifat negatif ataupun positif. Seseorang merokok hanya untuk menemukan perilakunya tanpa tujuan tertentu.

17

b. Reaksi emosi yang positif

Merokok digunakan untuk menghasilkan emosi yang positif misalnya rasa senang, relaksasi, dan kenikmatan rasa. Merokok juga dapat menunjukan kejantanan (kebanggaan diri) dan menunjukan kedewasaan.

c. Reaksi untuk penurunan emosi

Merokok ditujukan untuk mengurangi rasa tegang, kecemasan biasa, maupun kecemasan yang timbul karena adanya interaksi dengan orang lain.

d. Alasan sosial

Merokok ditujukan untuk mengikuti kebiasaan kelompok (umumnya pada remaja dan anak-anak), identifikasi dengan perokok lain, dan untuk menentukan image diri seseorang.

e. Kecanduan atau ketagihan

Seseorang merokok karena mengaku telah mengalami kecanduan. Kecanduan terjadi karena adanya nikotin yang terkandung di dalam rokok.

2. Faktor Biologis

Faktor ini menekankan pada kandungan nikotin yang ada di dalam rokok yang dapat mempengaruhi ketergantungan seseorang pada rokok secara biologis.17

2.2.6. Dampak dan Bahaya Merokok

Informasi yang didapat dari Department of Health and Human Service USA mengatakan bahwa pada setiap batang rokok terdapat kurang lebih 4000 unsur kimia diantaranya adalah tar, nikotin, gas, CO2, N2, ammonia, serta unsur karsinogen. Mekanisme secara fisiologis meliputi perubahan pada insulin homeostatis, aktivitas lipoprotein lipase dan profil lipid dalam darah. Agregasi platelet dan fibrinogen meningkat, hal ini akan menyebabkan terjadinya proses trombosit pada pembuluh darah yang menyempit. Merokok berhubungan dengan

pengumpulan lemak di abdomen, disamping itu juga menghambat kontraksi otot lambung sehingga mengurangi nafsu makan.

Nikotin dalam jumlah kecil mempunyai pengaruh menenangkan dan kadang-kadang merangsang. Dalam jumlah yang besar nikotin (20-50mg) dapat menyebabkan terhentinya pernafasan. Nikotin dapat menaikkan tekanan darah dan menyebabkan denyut jantung menjadi cepat hingga jantung menjadi bekerja berat, nikotin juga membuat seseorang ketagihan. Penelitian yang dilakukan oleh Hammond EC dan Horn D yaitu mengikuti perjalanan hidup 187.787 pria berusia 50-59 tahun selama 44 bulan dengan 11.870 kematian. Ditemukan bahwa mortalitas total dan mortalitas sejumlah penyakit, khususnya kaner beberapa organ lain, jauh lebih tinggi pada perokok dibanding bukan perokok.18

2.2.7. GloverNilson Smoking Behavioral Questionnaire (GN-SBQ)

GN-SBQ adalah media kuesioner untuk mengukur perilaku ketergantungan merokok. Kuesioner GN SBQ terdiri dari 11 item pertanyaan tentang nilai-nilai dari kebiasaan merokok dan perilaku merokok.2 item pertanyaan spesifik untuk kebiasaan merokok yaitu tentang pentingnya kebiasaan merokok bagi seseorang dan apakah rokok menjadi suatu ritual atau kegiatan bagi seseorang dengan nilai 0-4. Nilai 0 menyatakan tidak sama sekali, 1 agak, 2 cukup penting, 3 penting, dan 4 sangat penting. dan 9 item pertanyaan tentang perilaku ketergantungan merokok dengan tanggapan mulai 0-4. 0 mewakili tidak pernah atau tidak sama sekali, 1 jarang, 2 kadang-kadang, 3 sering, dan 4 selalu.

Indikator pertanyaan kuesioner GN SBQ yaitu: 1. Kebiasaan merokok sangat penting

2. Saya menangani dan memanipulasi rokok saya sebagai bagian dari kegiatan merokok

3. Meletakkan atau mengunyah sesuatu dimulut anda untuk mengalihkan perhatian dari merokok

4. Merokok setelah menyelesaikan sesuatu atau pekerjaan

19

6. Jika tidak diizinkan merokok di tempat tertentu, kemudian akan memainkan rokok atau bungkus rokok

7. Apa tempat tertentu atau hal tertentu dapat memicu untuk merokok, contohnya tempat duduk, sofa, ruangan, atau meminum alkohol

8. Menyalakan rokok secara rutin (tanpa keinginan)

9. Mendapati diri anda meletakkan sesuatu seperti rokok dan objek lainnya (pena, tusuk gigi, mengunyah permen karet) kedalam mulut dan meghisapnya untuk membantu menghilangkan stress, ketegangan, kecemasan, dsb

10. Bagian yang paling anda nikmati saat merokok, apakah saat menyalakannya

11. Ketika sendiri di restoran, terminal bus, pesta, dsb apakah akan meras nyaman atau percaya diri jika memegang rokok .

Skor tertinggi adalah 44, skor total kuesioner GN-SBQ dihitung dengan menjumlahkan semua pertanyaan dengan skor <12 menunjukkan perilaku ketergantungan ringan, 12-22 ketergantungan sedang, 23-33 tingkat yang berat dan >33 menunjukan tingkat yang sangat berat. Validitasnya diukur dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach. Hasil validitas dari GN-SBQ (α=0,8). Sehingga dapat disimpulkan bahwa mengukur dengan menggunakan GN-SBQ sangat baik.19,20

2.3. Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Perilaku Ketergantungan

Dokumen terkait