• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perilaku Penurunan Kualitas Audit .1 Pengertian Perilaku

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan. Individu dalam hal ini adalah auditor. Auditor adalah seseorang yang bertugas untuk melakukan audit atas laporan keuangan.

Menurut Barney dan Griffin (1992:536) menyatakan :

“Perilaku adalah suatu manifestasi dari motivasi, sementara motivasi muncul ketika individu memiliki keinginan untuk memenuhi kebutuhan. Sehingga perilaku sangat dipengaruhi oleh kebutuhan dan motivasi”. Sehingga dapat disimpulkan bahwa:

1. Perilaku adalah akibat

2. Perilaku diarahkan oleh tujuan untuk memenuhi sebuah kebutuhan 3. Perilaku yang bias diamati dapat diukur

4. Perilaku yang tidak dapat secara langsung diamati 5. Perilaku dimotivasi dan didorong

2.1.8.2 Kualitas Audit

Istilah kualitas audit mempunyai arti yang berbeda-beda bagi setiap orang. Para pengguna laporan keuangan berpendapat bahwa kualitas audit yang dimaksud terjadi jika auditor dapat memberikan jaminan bahwa tidak ada salah saji yang material atau kecurangan dalam laporan keuangan audit. Auditor sendiri memandang kualitas audit terjadi apabila mereka bekerja sesuai standar profesional yang ada, dapat menilai risiko bisnis auditee dengan tujuan untuk meminimalisasi risiko litigasi, dapat meminimalisasi ketidakpuasan auditee dan menjaga kerusakan reputasi auditor.

DeAngelo (1981:186) mendefinisikan kualitas audit sebagai berikut:

“Audit quality as the market-assessed joint probability that a given auditor will both detect material misstatements in the client’s financial statements and report the material misstatements”.

Berdasarkan kutipan di atas, kualitas audit didefinisikan sebagai kemungkinan dimana seorang auditor akan menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya.

Kualitas audit dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Wooten (2003), faktor-faktor tersebut antara lain:

1. Audit firm factors

Suatu kantor akuntan publik mampu untuk menyediakan sumber daya untuk mempekerjaan dan melatih orang, serta memberikan suatu pelatihan audit yang baik, akan lebih mudah untuk mendeteksi kesalahan dalam laporan keuangan.

2. Human resources

Terdapat sumber daya manusia yang berkualitas yang selalu meperbarui teknik dan bersikap profesional dalam pelaksanaan audit.

3. Control processes

Suatu kantor akuntan publik harus mempunyai quality control system yang kuat dalam proses audit, sehingga material misstatement yang tidak terdeteksi akan lebih rendah.

4. Partner and manager attention

Adanya perhatian yang tinggi dari partner dan manajer dalam suatu pekerjaan audit merupakan hal yang sangat penting

5. Planning and conduct of the audit work

Harus adanya perencanaan dalam pekerjaan audit dan harus memperoleh keyakinan memadai dalam mendeteksi material misstatement.

6. Professionalism, persistence and skepticism

Staf yang menunjukkan tingkat profesionalisme yang tinggi lebih cenderung untuk melakukan tugas auditnya benar dan tidak menghentikan langkah audit yang belum selesai. Staf yang mempertahankan skeptisme cenderung akan menerima bukti yang cukup.

7. Experience with the client

Staf auditor dapat lebih memahami, mengerti dan mengetahui kelemahan atau kekuatan dari bisnis klien untuk penugasan audit pada tahun berikutnya. Mereka mampu untuk lebih mudah mengidentifikasi daerah-daerah yang paling memiliki risiko dan kesalahan dari tahun sebelumnya.

8. Experience in the industry

Dengan banyaknya pengalaman dalam melakukan audit untuk industri yang sejenis meskipun berbeda klien, auditor dapat lebih yakin dan mudah memahami segala yang berkaitan dengan industri tersebut.

2.1.8.3 Perilaku Penurunan Kualitas Audit

Definisi dari perilaku penurunan kualitas audit (RAQ) menurut Malone dan Roberts (1996) adalah:

“RAQ behaviors are define as actions taken by an auditor during an engagement which reduce evidence gathering effectiveness inappropriately”.

Maksud dari kutipan tersebut menjelaskan bahwa perilaku penurunan kualitas audit merupakan perilaku yang dilakukan auditor dalam penugasan audit dimana mereka mengurangi bukti audit yang dikumpulkan sehingga dapat mengarah kepada penurunan kualitas audit.

Menurut Coram, et al. (2004) ada dua tipe dari perilaku penurunan kualitas audit, yaitu:

1. Accepting doubtful audit evidence, involved accepting the word of an employee and not bothering to seek corroborative evidence.

2. Truncating an audit sample, involved not going to extra trouble to find documentation for the last few transactions when all data examined to date was free of error.

Perilaku dibawah tekanan dapat berpengaruh terhadap kualitas audit. Ada yang langsung berpengaruh pada penurunan kualitas audit dan ada yang tidak langsung berpengaruh pada penurunan kualitas audit. Yang termasuk dalam perilaku yang langsung berpengaruh pada penurunan kualitas audit menurut Kelley dan Margheim (1990) adalah:

1. Prematur signing-off on an audit program step

2. Reducing the amount of weak performed on audit step below what the auditor would consider reasonable

3. Making superficial review of client’s document 4. Accepting weak client’s explanation

Sedangkan perilaku yang tidak berpengaruh langsung terhadap penurunan kualitas audit adalah under-reporting of chargeable time (UCT). Yang dimaksud dengan under-reporting adalah suatu kondisi dimana auditor tidak melaporkan jam sesungguhnya yang digunakan dalam pelaksanaan kerja audit.

Under-reporting terjadi jika seorang auditor telah menggunakan waktu dalam penugasan

auditnya melebihi time budget tetapi auditor tersebut tidak melaporkan kelebihan jam yang dilakukan.

Dari penelitian yang dilakukan oleh Kelley dan Margheim (1990) dan Coram, et al. (2004) diperoleh berbagai macam perilaku yang dapat mengurangi kualitas audit, yang tiga diantaranya adalah:

1) Rejecting awkward items from a sample 2) Accepting doubtful audit evidence

3) Not testing all of the items in a selected sample

Berdasarkan kutipan di atas, terdapat tiga macam perilaku yang dapat mengurangi kualitas audit, yaitu: mengurangi sampel pemeriksaan, menerima bukti audit yang lemah, dan melakukan penyingkatan pemeriksaan. Ketiga perilaku tersebut dapat dijadikan indikator untuk mengukur perilaku penurunan kualitas audit.

Adanya kecenderungan auditor untuk melakukan perilaku yang dapat mengurangi kualitas audit adalah salah satunya disebabkan oleh tingginya tekanan

time budget. Faktor lain yang menyebabkan auditor melakukan perilaku-perilaku

adalah karena kemalasan dalam bekerja (laziness) dan kejenuhan atau kebosanan

(boredom).

Dokumen terkait