• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perilaku Perempuan Pedagang Asongan Dalam Bersosialisasi Di Tempat Kerja

Sumber : Wawancara pada 15 April2008

A. Perilaku Perempuan Pedagang Asongan Dalam Bersosialisasi Di Tempat Kerja

Menurut Soerjono Soekanto sosialisasi adalah suatu proses mendapatkan pembentukan sikap untuk berperilaku yang sesuai dengan kelompoknya. Dalam proses sosialisasi tersebut dibutuhkan adanya komunikasi, sehingga memungkinkan individu untuk saling mengenal dan memahami sikap-sikap dan pola perilaku kelompoknya. Proses sosialisasi juga terjadi pada perempuan pedagang Asongan di Terminal Tirtonadi Surakarta.

Didalam menjalani aktivitas kerjanya, perempuan pedagang Asongan akan selalu berhubungan dengan orang lain, baik sesama pedagang maupun pembeli. Dalam hubungan yang terjadi itulah proses sosialisasi berlangsung, hingga pada akhirnya mencapai suatu situasi dimana mereka mempunyai sikap dalam berperilaku sesuai dengan kelompoknya. Seperti gambar dibawah ini yang menunjukkan bahwa para perempuan pedagang Asongan dalam menjalankan aktivitas kerjanya mereka saling bersosialisasi.

Dalam aktivitas berdagang para perempuan pedagang Asongan biasanya saling berkomunikasi dengan pedagangpedagang lainnya sambil duduk santai menunggu pembeli maupun penjual -Asongan. Mereka saling tukar informasi di kalangan perempuan pedagang -Asongan. Disini menggambarkan adanya keleluasaan dan kebebasan pada mereka bahwasannya mereka bekerja tidak dikejar oleh waktu ataupun setoran. Seperti disini ada penuturan dari salah satu responden yaitu Ibu Ratmi sebagai berikut :

“lekas nyambut damel punika mboten wonten aturanipun, wedalipun sakaripipun piyambak-piyambak. Lan nyambut damelipun inggih santai saged disambi ngobrol-ngobrol kalian tiyang sadean sanesipun. Tiyang ingkang bade tumbas inggih sakarepipun milih ingkang di senengi”.(wawancara 15 April2008)

(Memulai pekerjaan ini tidak aturannya, waktunya bebas sesuai dengan keinginan masing-masing. Dan bekerjanya juga santai bisa sambil berbincang-bincang dengan pedagang lainnya. Orang yang akan membeli juga bebas memilih yang disenangi).

Di jelaskan Ibu Walini yang menggambarkan kebebasan dalam bekerjanya yaitu bisa

dilakukan sambil bersosialisasi dengan pedagang lainnya sebagai berikut :

“Kula saget ngraosaken sekeco nyambut damel teng mriki amargi saget santai lan saget

ngobrol-ngobrol kaliyan rencang-rencang teng mriki tanpo wonten tiyang ingkang saget

nglarang” .(wawancara 15 April2008)

(Saya bisa merasakan nyaman bekerja di sini karena bisa santai dan bisa cerita-cerita

Dari penjelasan tersebut ditarik kesimpulan bahwa setiap perempuan pedagang Asongan

memiliki kebebasan untuk melakukan aktivitas kerja tanpa di bebani dengan aturan tertentu yang

mengikat, membuat perempuan pedagang asongan lebih leluasa dalam melakukan aktivitas

kerjanya. Dalam bekerja mereka bisa sambil bertukar informasi dan bercerita tanpa ada yang

melarangnya. Selain itu pembeli yang akan membeli dagangan diantara para pedagang juga di

berikan kebebasan untuk memilih mana yang mereka senangi tanpa ada rasa iri dan persaingan

antara pedagang satu dengan pedagang lainnya.

Dari pengamatan penulis dapat mengetahui bahwa dalam melakukan aktivitas kerja oleh perempuan pedagang asongan disamping untuk menunggu pembeli yang datang mereka bisa melakukan sosialisasi, dimana mereka dapat bercengkerama satu sama lain dalam kelompok tersebut. Banyak hal yang menjadi bahan pembicaraan mereka, dari masalah keluarga, lingkungan tempat tinggal, harga bahkan sampai masalah politik yang mereka ketahui dapat menjadi pembicaraan yang menarik pada waktu tersebut. Karena daripada melamun sendiri menunggu pembeli datang mereka merasa bosan dan berusaha mencari hiburan atau teman untuk bisa di ajak ngobrol atau berkomunikasi.

a. Kerjasama Antar Perempuan Pedagang Asongan.

Dalam sosialisai antar perempuan pedagang Asongan dapat mewujudkan suatu bentuk kerjasama antar pedagang. Kerjasama yang terjalin antar pedagang terdiri dari dua hal yaitu : Kerjasama dalam hal menjual dagangan.

Kerjasama antar perempuan pedagang Asongan dalam menjual dagangan dapat terjadi dalam aktivitas kerja mereka. Sebagai contoh kerjasama ini terjadi ketika pedagang kesulitan dalam mendapatkan dagangan atau kehabisan dagangan yang menjadi permintaan dari pembeli atau pelanggan. Untuk menghadapi kesulitan tersebut biasanya pedagang berusaha mencarikan tersebut kepada pedagang lain di sekitarnya yang kiranya memiliki dan berusaha menjualkan tersebut.

Dalam hal ini biasanya antar pedagang yang bersangkutan saling menerapkan kode etik dalam menentukan harga yang digunakan sebagai patokan penjualan yang berhubungan dalam menentukan laba agar kedua belah pihak atau antar pedagang saling mendapatkan keuntungan. Adanya kerja sama antar pedagang dalam menjual dagangan untuk saling mendapatkan keuntungan. Ibu Sri, mengatakan kerjasama kerjasamanya dengan pedagang lain dalam menjual dagangan sebagai berikut :

“ Kula kaliyan tiyang sadean sanes wonten mriki inggih sampun akrab, Mas, amargi kula inggih sering nyadeaken gadahaning tiyang sadean sanes ingkang dititipaken teng kula lan kula inggih natih mendeti punika kanggge kula sadeaken” (wawancara 15 April2008)

( Saya dengan pedagang lainnya disini ya sudah akrab, Mas, Karena saya juga sering menjualkan dagangan milik pedagang lain yang dititipan ke saya dan saya juga sering mengambil tersebut untuk saya jualkan).

Diungkapkan oleh Ibu Muji tentang kerja samanya dengan pedagang lain sebagai berikut :

“ Kula kerep, Mas nyadeaken tiyang sadean sanes ingkang sengojo dititipaken dateng kula kanthi perjanjian utawi nerapaken kode etik kangge nentokaken regi ingkang saget nguntungaken kula kaleh pedagang sanes” wawancara 15 April2008)

(Saya sering,Mas, menjualkan milik pedagang lain yang sengaja dititipkan kepada saya dengan perjanjian atau menerapkan kode etik dalam penentuan harga sehingga hal ini bisa saling menguntungkan).

Dari penjelasan-penjelasan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa kerja sama antar perempuan pedagang Asongan sering terjadi. Kerja sama yang terjadi antara perempuan pedagang Asongan salah satunya yaitu dalam hal menjualkan dagangan.

Seperti contoh adanya kebiasaan menjualkan maupun menitipkan oleh salah satu pedagang dengan pedagang lainnya serta juga sering mengambil dagangan milik pedagang lain untuk membantu dalam menjualkannya. Hal ini menunjukkan adanya kerja sama yang baik antara pedagang Asongan dalam menjual dagangannya.

Kerjasama dalam hal memperoleh/membeli dagangan.

Kerjasama antar perempuan pedagang Asongan dalam hal membeli dagangan juga sering terjadi dalam aktivitas kerjanya. Sebagai contoh yaitu adanya penjual dagangan dalam jumlah yang banyak dengan sistem borongan kepada salah seorang pedagang Asongan yang kebetulan hanya memiliki sedikit modal yaitu uang untuk membeli dagangan tersebut. Sehingga mereka berusaha untuk bekerjasama dengan pedagang lainnya untuk membeli dagangan tersebut sekaligus membagi-baginya.

Kerjasama antar pedagang dalam memperoleh atau mendapatkan dagangan. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Minuk sebagai berikut :

“Saya mendapatkan dagangan ini ya dari langganan saya yang biasa nyetori. Kalau dagangan yang disetor berjumlah banyak dan kebetulan saya hanya memiliki uang sedikit biasanya saya mengajak teman kerja sama”.(wawancara 15 April2008)

Disini juga diungkapkan oleh Ibu Rini sebagai penjual dagangan kepada para perempuan pedagang

Asongan sebagai berikut :

“Bakul-bakul biasanipun inggih numbasi dagangan saking kula malah sampun biasa wonten bakul ingkang kerjasama kalian kulo (wawancara 15 April2008)

(Pedagang-pedagang biasanya ya membeli dagangan saking kula malahan sudah biasa ada pedagang yang kerja sama dengan saya

Dari penjelasan tersebut dapat di ketahui pedagang Asongan juga sering mengadakan kerjasama. Salah satu

bentuk kerja samanya adalah dalam upaya mendapatkan dagangan. Dengan cara ini akan terwujud kerjasama antar

pedagang yang saling menguntungkan.

Perilaku tawar menawar sering terjadi dalam aktivitas perempuan pedagang Asongan. Perilaku tersebut

merupakan kebiasaan yang telah dilakukan oleh para perempuan pedagang Asongan dalam upayanya memperjuangkan

keinginannya dalam memperoleh keuntungan yang maksimal. Perilaku tawar menawar itu dapat terjadi melalui dua hal

yaitu :

Perilaku tawar menawar antara pedagang Asongan dengan pembeli

Tawar menawar bisa terjadi antara pedagang Asongan dengan pembeli. Dalam menawarkan dagangan

setiap pedagang memiliki cara tersendiri agar pembeli menawar tersebut dengan harga yang tepat sesuai dengan

keinginan mereka sehingga kedua belah pihak sama-sama merasa puas.

Para perempuan pedagang Asongan biasanya dalam menawarkan harga kepada pembeli biasanya di atas

rata-rata bahkan lebih dari harga jual yang sebenarnya. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Prapti sebagai berikut :

“Regi buah kados mekaten puniko inggih namung mirah, Mas, namung Rp 2500,00. Menawi wonten ingkang badhe tumbas biasane inggih kula tawake Rp 3.000,00 ngantos Rp 3.500,00. Amargi biasane tiyang tumbas puniko inggih ngenyang, Mas, lan kirane menawi kula pun angsal bathi saking nyang-nyangan puniko inggih kula caoske mawon buah puniko, Mas.(wawancara 15 April2008)

(Harga buah seperti ini cuma murah, Mas, hanya Rp 2500,00. Misalnya ada yang mau beli biasanya ya saya tawarkan dengan harga Rp 3000,00 sampai Rp 3500,00. Karena biasanya orang beli itu juga nawar, Mas, dan kiranya kalau saya sudah mendapatkan untung dari penawaran pembeli ya saya kasihkan saja buah tersebut, Mas).

Dari uraian,diatas dapat disimpulkan bahwa setiap perempuan pedagang Asongan memiliki cara tersendiri

dalam menawarkan dagangannya. Cara tersebut sudah biasa dilakukan dan merupakan salah satu usaha yang dilakukan

oleh para pedagang untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal. Seperti dalam menawarkan harga dagangan yang

biasanya ditawarkan dengan harga tinggi bahkan lebih dari harga asli jualnya. Hal ini menunjukkan adanya strategi

dalam

berdagang yang dilakukan oleh para perempuan pedagang Asongan untuk mendapatkan keuntungan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa setiap perempuan pedagang Asongan dalam menjual

dagangannya selalu menawarkan harga yang lebih dari harga jual aslinya, dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan

yang maksimal. Para pembeli biasanya juga berusaha menawar harga serendah-rendahnya. Hal ini menunjukkan adanya

perjuangan dari kedua belah pihak dalam menentukan harga yang sesuai dengan keinginan masing-masing. Oleh karena

itu perilaku tawar menawar antara pedagang dengan pembeli selalu terjadi dalam aktivitas berdagang.

Dari responden dan informan dapat dijelaskan bahwa setiap perempuan pedagang Asongan juga memiliki

strategi dalam usahanya untuk memperoleh dagangan yaitu berusaha mendapatkan dagangan dari penjual dengan harga

Sehingga mereka dapat menjual lagi tersebut dengan keuntungan yang maksimal. Oleh karena itu mereka

berusaha secara pandai-pandai dalam menawar harga dagangan untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal.