• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PERILAKU POLITIK GURU PNS DI DALAM PEMILIHAN

3.2 Perilaku Politik Ermalina Purba sebagai Guru PNS dalam

Pendidikan adalah salah satu kunci keberhasilan didalam kemajuan suatu bangsa dan dalam pembangunan nasional, sebab pendidikan adalah suatu upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia serta dapat menjawab segala tantangan dunia yang semakin modern. Oleh sebab itu yang berkewajiban langsung untuk memajukan pendidikan dan membina anak bangsa menjadi lebih maju adalah guru dan dosen yang mempunyai fungsi, peran dan kedudukan yang sangat strategis dalam pembangunan nasional dalam bidang pendidikan. Kedudukan guru yang sebagaimana diatur di dalam Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005, Bab 1 tentang ketentuan umum, pasal 1 ayat (1) tertulis bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah40 dan di dalam Bab II mengenai kedudukan, fungsi, dan tujuan, pasal 2 ayat (1) dan ayat (2)41

Ermalina Purba adalah merupakan seorang guru PNS yang memulai profesinya sebagai guru pada tahun 1988-2013 melakukan kegiatannya sebagai guru biologi di SMA Swasta St. Petrus Sidikalang sebagai honorer tahun 1988 dan di berbagai SMA Negeri di Kabupaten Dairi yaitu di SMA Negeri Huta Padang Sipirok, SMA Negeri 1 Sidikalang dan SMA Negeri 1 Silalahi.

.

40

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005, 2008, Guru dan Dosen, Indonesia Legal center Publising, hal 2

41

Sebagaimana di dalam Kedudukan guru yang diatur di dalam Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005, Bab 1 tentang ketentuan umum, pasal 1 ayat (1), Ermalina Purba telah melaksanakan tugas, pokok dan fungsinya sebagai guru PNS dengan baik dan menjalankan peraturan sebagai guru PNS dengan peraturan yang telah ditetapkan pada PNS. Seorang PNS ataupun guru PNS memang tidak diijinkan turut terlibat di dalam politik seperti menjadi Tim Sukses dan menjadi anggota partai politik ataupun turut terlibat di dalam kampanye, lain halnya seorang PNS yang mendapat perintah dari atasan yang dimana kepala daerah dan wakil kepala daerah tersebut kembali mencalonkan diri di dalam Pilkada atau yang disebut sebagai pasangan petahana (incumbent) sebagaimana yang terdapat di dalam PP No 6Tahun 2005 Pasal 91 ayat (2).

PNS atau guru PNS juga memiliki hak untuk memberikan suaranya di dalam Pilkada dan turut merayakan pesta demokrasi. Demikian halnya dengan Ermalina Purba yang pada 10 Oktober 2013 dalam Pilkada Dairi turut memberikan suaranya kepada salah satu pasangan calon/kandidat bupati Dairi. Turut memberikan suara dalam Pilkada dan terlibat di dalam pesta demokrasi merupakan suatu sikap yang menunjukkan perilaku politik baik itu dilakukan oleh individu atau kelompok yang berguna untuk memenuhi hak dan kewajiban seorang warga negara sebagai insan politik. Oleh sebab itu Ermalina Purba telah memenuhi kewajibannya sebagai warga negara yang baik dengan turut serta dalam pesta demokrasi dalam masyarakat di Kabupaten Dairi. Menerima keputusan dan melaksanakan keputusan dari pemimpin daerah atau kepala daerah

juga merupakan suatu bentuk perilaku politik seseorang itu. Memberikan keputusan yang dilaksanakan oleh aktor politik yaitu kepada daerah yaitu Bupati Dairi juga disebut sebagai perilaku politik.

Ermalina Purba yang juga menerima dan melaksanakan keputusan mutasi terhadap dirinya yang sebelumnyaberada di tempat tugas yang lama berasal dari SMA Negeri 1 Sidikalang dan kemudian dipindahkan ketempat tugas yang baru yaitu SMA Negeri 1 Silahisabungan yang merupakan daerah perbatasan dari Kabupaten yang jarak tempuhnya begitu jauh. Berikut hasil wawancara kepada Ermalina Purba selaku pejabat fungsional yang kemudian dimutasi pada masa menjelang Pilkada:

“Pemutasian dikalangan PNS pada masa menjelang Pilkada, memang benar adanya. Pemutasian itu tidak hanya terjadi kepada saya saja yang menjadi korban pemtutasian menjelang Pilkada, akan tetapi guru-guru PNS dan pejabat struktural lainnya. Terkait dengan adanya pemberitaan di situs MK adalah benar adanya, yaitu mengenai sengketa Pilkada Dairi diajukan oleh para pemohon yaitu Luhut Matondang dan Maradu Gading Lingga (Pasangan Nomor Urut 4) dan Parlemen Sinaga dan Reinfil Capah (Pasangan Nomor Urut 3) dan posisi saya saat itu adalah sebagai saksi dalam memberikan kesaksian mengenai sidang sengketa Pilkada Dairi. Kesaksian yang saya paparkan di MK tersebut adalah terkait dengan pemutasian saya yang terkesan tidak wajar dan terkesan ada unsur politisasi didalamnya dan dimana suami saya yang merupakan Tim Sukses dari pasangan calon/kandidat Bupati Dairi nomor 4 (empat) yaitu Luhut Matondang dan Maradu Gading Lingga, dan saya diberikan SK mutasi tanpa adanya pemberitahuan apapun dari pemerintah Kabupaten Dairi. Oleh sebab itu, pemutasian saya merupakan suatu bentuk pemutasian yang tidak wajar, terkesan ada unsur politisasi. Sehingga menurut saya hal pemutasian saya ini ada hubungannya dengan suami saya yang menjadi tim sukses nomor 4 (empat) yaitu Luhut Matondang dan Maradu Gading Linggadan dengan adanya pemasangan baliho dari calon/kandidat bupati tersebut di pekarangan rumah saya,sehingga hal tersebut mengandung unsur politisasi dalam pemutasian yang

saya alami dan adanya anggapan dari masyarakat yang menganggap saya turut mendukung calon/kandidat bupati Dairi tersebut. Saya menerima SK mutasi pada bulan Agustus 2013 langsung dari Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Sidikalang, yaitu bapak Alben Sianturi.”

Gambar 3.2

Baliho yang Terpampang di Depan Rumah Ermalina Purba Sebagai Guru PNS

Sumber: Foto diambil oleh peneliti

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ermalina Purba sebagai guru PNS yang dimutasi pada bulan Agustus menjelang Pilkada Dairi pada 10 Oktober 2013, Ermalina Purba sendiri merasa atau terkesan adanya unsur politisasi didalamnya, yang dianggap tidak loyal terhadap pemimpin daerah. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya pemasangan baliho di pekarangan rumah dan dinilai sebagai pendukung yang disertai dengan sering diadakannya pertemuan

dirumahnya dengan para pendukung calon/kandidat bupati nomor urut empat tersebut dan adanya pembagian selebaran ataupun brosur calon/kandidat bupati Dairi nomor urut empat tersebut, serta terkait dengan suaminya yang menjadi Tim Sukses yang terlepas dari ikatan kelegalitasan peraturan pemerintah. Oleh sebab itu, tindakan pemutasian ditimpakan kepada Ermalina Purba selaku PNS yang memiliki ikatan peraturan dengan pemerintah dengan alasan pemutasian sebagai bentuk penyegaran dalam dunia pendidikan. Apabila benar bahwa memang Ermalina Purba dimutasi disebabkan oleh kesalahannya seperti pada penjelasan Ermalina Purba tersebut, maka seharusnya mendapat hukuman setidaknya hukuman dispilin ringan seperti yang tertuang di dalam PP Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin PNS Bab III Hukuman Disiplin Bagian Kedua mengenai Tingkat dan Jenis Hukuman Disiplin Pasal 7 ayat (1) dan (2)42

(1) Tingkat hukuman disiplin terdiri dari:

, yaitu

a. Hukuman displin ringan; b. Hukuman displin sedang; dan c. Hukuman displin berat.

(2) Jenis hukuman displin ringan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri dari:

a. Teguran lisan;

b. Teguran tertulis; dan

c. Pernyataan tidak puas secara tertulis.

42

Lihat PP Nomor 53 Tahun 2010, tentang Disiplin PNS Bab III Hukuman Disiplin Bagian Kedua mengenai Tingkat dan Jenis Hukuman Disiplin Pasal 7

Menerima dan melaksanakan keputusan mutasi tersebut diterima Ermalina Purba pada 14 Agustus 2013, yang dimana penerimaaan mutasi tersebut dua bulan menjelang Pilkada dan bukan hanya Ermalina Purba saja yang dimutasi saat menjelang Pilkada, pejabat struktural juga dimutasi, seperti pada pejabat struktural H. Sirait yang dulunya pejabat struktural di dinas pendidikan diturunkan menjadi pejabat fungsional yaitu menjadi guru SMP Negeri 1 Silalahi. Hal ini jelas melanggar aturan, sebab di dalam aturan Surat Edaran tentang Pelaksanaan Mutasi Pejabat Struktural Menjelang Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah bertanggal 27 Desember 2012. Hal ini ditegaskan oleh Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Gamawan Fauzi menegaskan para kepala daerah tidak boleh melakukan mutasi kepada jabatan struktural menjelang 6 (enam) bulan sebelum pelaksanaan pilkada. Sebab mutasi yang dilakukan menjelang 6 (enam) bulan berakhirnya masa jabatan, terutama bagi yang akan maju ke Pilkada sangat rentan akan kepentingan43

Akan tetapi dalam pelaksanaannya banyak pejabat struktural yang dimutasi menjadi pejabat fungsional menjelang Pilkada Dairi. Demikian halnya kepada pejabat fungsional yaitu Ermalina Purba, yang dimutasi pada masa menjelang Pilkada. Pemutasian terhadap pejabat fungsional lebih banyak dilakukan, hal ini mungkin diasumsikan karena dalam aturan Mendagri tersebut tidak menyertakan pejabat fungsional dan hanya menyertakan pejabat struktural saja. Oleh sebab itu, pemutasian lebih terkesan kepada pejabat fungsional karena tidak dilindungi oleh

.

peraturan seperti Peraturan Mendagri tersebut, sehingga pemutasian lebih terkesan atau cenderung menyerang guru sebagai pejabat fungsional yang lemah akan aturan yang melindunginya. Tidak ada tindakan tegas mengenai pemutasian ini dan kasus seperti ini jarang dibawakan ke MK ataupun ke PTUN.

3.3 Analisis Perilaku Politik Ermalina Purba sebagai Guru PNS dalam

Dokumen terkait