• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peristiwa, Konflik, dan Klimaks

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS

2.2 Landasan Teoretis

2.2.2 Peristiwa, Konflik, dan Klimaks

Eksistensi plot dalam suatu cerita fiksi detektif didukung oleh tiga unsur yaitu peristiwa, konflik, dan klimaks. Ketiga unsur tersebut merupakan unsur

  15

yang sangat esensial dan memiliki hubungan mengerucut. Hubungan itu diartikan bahwa cerita fiksi detektif banyak sekali tetapi belum tentu sebuah cerita fiksi detektif memuat adanya konflik yang utama. Oleh karena itu, perlu adanya hubungan yang menyatu antara peristiwa, konflik, dan klimaks.

2.2.2.1 Peristiwa

Peristiwa atau kejadian dalam cerita fiksi detektif sudah banyak diperbincangkan. Namun dalam perkembangannya belum dikemukakan apa sebenarnya peristiwa itu. Dalam berbagai literatur berbahasa Inggris, sering ditemukan penggunaan istilah action (aksi, tindakan) dan event (peristiwa, kejadian) secara bersama atau bergantian. Sebuah cerbung sering mengungkapkan berbagai macam tentang peristiwa atau kejadian. Penggunan istilah action (aksi atau tindakan) dan event (peristiwa, kejadian) sering dirangkum menjadi satu istilah peristiwa (kejadian), walau sebenarnya kedua istilah itu menyoal pada dua hal yang berbeda. Action merupakan suatu aktivitas yang dilakukan oleh tokoh. Di pihak lain juga digunakan event, yang tentu saja lebih luas cakupannya sebab dapat menyoal pada sesuatu yang dilakukan dan dialami tokoh manusia atau sesuatu yang di luar aktivitas manusia.

Luxemberg (dalam Nurgiyantoro 2002:117) mengemukakan bahwa peristiwa dapat diartikan sebagai peralihan dari satu keadaan menuju keadaan yang lain. Berdasarkan pengertian itu, dapat dibedakan kalimat-kalimat tertentu di dalam cerita yang menampilkan peristiwa ataupun yang tidak menampilkan peristiwa. Sebagai contoh, di dalam cerita pastilah terdapat kalimat-kalimat yang

mendeskripsikan tindakan tokoh dengan kalimat yang mendeskripsikan ciri-ciri fisik tokoh.

Lebih lanjut, Luxemberg (dalam Nurgiyantoro 2002:117) memaparkan tiga jenis peristiwa tentang hubungan peristiwa dengan pengembangan plot dalam penyajian cerita yaitu: peristiwa fungsional, kaitan, dan acuan. Peristiwa fungsional merupakan peristiwa-peristiwa yang menentukan perkembangan plot. Urutan-urutan peristiwa fungsional merupakan inti cerita sebuah karya fiksi. Peristiwa kaitan merupakan peristiwa yang berfungsi mengaitkan peristiwa-peristiwa penting dalam pengurutan penyajian cerita. Peristiwa acuan adalah peristiwa yang tidak secara langsung berpengaruh dengan perkembangan plot melainkan mengacu pada unsur-unsur lain seperti perwatakan yang melingkupi batin seorang tokoh. Ketiga peristiwa tersebut merupakan peristiwa yang mampu mempengaruhi plot. Hal itu diperlukan dalam menganalisis sebuah cerita agar menjadi searah dan bervariasi. Peristiwa yang diungkapkan pertama belum tentu merupakan awal cerbung karena cerita fiksi detektif dapat menggunakan jenis plot progresif, kronologis atau waktu, dan flash-back atau sorot balik.

Barthes (dalam Nurgiyantoro 1994:120) membedakan peristiwa menjadi dua, yaitu sebagai berikut.

1. Peristiwa utama (event mayor) yaitu peristiwa – peristiwa yang diutamakan. 2. Peristiwa pelengkap (event minor) yaitu peristiwa-peristiwa yang tidak

  17

Chatman (dalam Nurgiyantoro 2002:120) membedakan peristiwa menjadi dua, yaitu sebagai berikut.

1. Kernel (kernels) adalah peristiwa utama yang menentukan perkembangan plot. Kernel merupakan momen naratif yang menaikkan inti permasalahan pada arah seperti yang dimaksudkan oleh peristiwa. Kernel tidak dapat dihilangkan karena akan merusak logika cerita.

2. Satelit (satellits) adalah peristiwa pelengkap yang ditampilkan untuk menunjukkan eksistensi kernel. Satelit tidak mempunyai fungsi menentukan arah perkembangan dan atau struktur cerita. Satelit dapat dihilangkan tanpa merusak logika cerita, namun bisa mengurangi keindahan cerita.

Kernel merupakan tonggak peristiwa naratif yang menaikkan bagian-bagian masalah yang paling sulit dipecahkan dalam pengambilan arah perjalan peristiwa-peristiwa naratif. Kernel meletakkan keberdaannya pada jaringan yang bagian-bagiannya bertemu atau mendukung di dalam struktur. Bagian-bagian jaringan itu menguatkan gerakan dalam satu dari dua (atau lebih) jalan-jalan kecil kemungkinan arah cerita.

2.2.2.2 Konflik

Unsur terpenting dalam sebuah alur cerita fiksi adalah konflik. Alur dipengaruhi oleh konflik dan bangunan konflik yang dikemukakan dalam cerita yang merujuk pada sesuatu yang dialami oleh tokoh cerita dan bersifat tidak menyenangkan (Meredith & Fitzgerald dalam Nurgiyantoro 2002:122). Lebih lanjut, Wellek & Warren (dalam Nurgiyantoro 2002:122) memaparkan bahwa

konflik adalah sesuatu yang dramatik, mengacu pada pertarungan antara dua kekuatan yang seimbang dan menyiratkan adanya aksi dan aksi balasan.

Stanton (dalam Nurgiyantoro 2002:124) mengemukakan bahwa konflik dalam sebuah cerita terdiri dari konflik internal dan konflik eksternal. Konflik internal adalah konflik kejiwaan yang terjadi di dalam hati seorang tokoh cerita. Adanya pertentangan antara dua keinginan, keyakinan, pilihan yang berbeda-beda, ataupun harapan-harapan sering mengakibatkan terjadinya konflik internal. Konflik eksternal yaitu pertentangan yang terjadi antara seseorang tokoh dengan sesuatu yang di luar dirinya. Pertentangan tersebut bisa terjadi dengan lingkungan alam sekitar tokoh ataupun dengan manusia di sekitarnya.

Merunut pendapat Stanton tentang konflik eksternal, Jones (dalam Nurgiyantoro 2002:124) mengemukakan dua konflik eksternal yaitu: konflik fisik dan konflik sosial. Konflik fisik adalah konflik yang hadir karena perbenturan antara tokoh dengan lingkungan alam. Sebagai contoh peristiwa gunung meletus, banjir besar, kemarau panjang, dan sebagainya. Konflik sosial adalah konflik yang disebabkan oleh adanya kontak sosial antarmanusia. Sebagai contoh peristiwa pemerkosaan, peperangan, percecokan, penindasan, dan lain-laninya.

Selain itu, ada pula konflik sentral yang merupakan inti dari struktur cerita dan pusat pengembangan plot cerita fiksi. Konflik sentral atau konflik utama ini dapat berupa konflik internal atau eksternal ataupun keduanya sekaligus. Konflik utama internal pada umumnya di alami oleh tokoh utama cerita yang biasanya bersudut pandang orang pertama (bergaya aku). Konflik utama eksternal biasanya disebabkan oleh pertentangan tokoh protagonis dengan tokoh antagonis cerita.

  19

Adanya pertentangan dan berbagai konflik inilah yang membawa cerita sampai kepada klimaks. Sebuah cerita fiksi berkonflik utama internal atau eksternal dapat diketahui melalui konflik yang mendominasinya (Nugiyantoro 2002:126).

Konflik dan peristiwa biasanya berkaitan erat dan saling menyebabkan kehadiran satu dengan yang lain dalam sebuah cerita. Sebuah peristiwa dapat menimbulkan terjadinya konflik, sebaliknya karena terjadinya konflik tertentu akan memicu timbulnya peristiwa yang baru dalam sebuah cerita. Konflik di dalam sebuah cerita prosa fiksi merupakan tahapan cerita yang membuat pembaca tegang. Ketegangan tersebut akan sampai pada klimaksnya, yaitu momen dalam cerita saat konflik berlangsung memuncak dan mengakibatkan terjadinya penyelesaian yang tidak dapat dihindarkan. Konflik demi konflik yang disusul oleh peristiwa demi peristiwa akan menyebabkan konflik menjadi meningkat. Konflik yang sedemikian meruncing hingga mencapai titik puncak disebut klimaks (Nurgiyantoro 2002:123).

2.2.2.3 Klimaks

Klimaks merupakan hal yang sangat penting dalam struktur plot sebuah cerita fiksi. Stanton (dalam Nurgiyantoro 2002:127) menyebutkan hakikat klimaks adalah pertemuan konflik yang telah mengalami tingkat intensitas yang tinggi dan tidak dapat dihindari. Pertemuan antara dua hal yang saling bertentangan dan saat menentukan bagaimana oposisi akan diselesaikan inilah yang menentukan perkembangan plot. Secara lebih ekstrem dalam sebuah cerita

fiksi seperti cerita detektif, klimaks dapat dikatakan “nasib” tokoh utama (protagonis atau antagonis) akan ditentukan.

Klimaks di dalam sebuah cerita fiksi sering terjadi pada saat konflik memuncak dan harus menemukan jalan keluar. Inilah yang membangun keseluruhan alur dan membuat tegangan pada alur. Alur yang berhasil adalah alur yang mampu menggiring pembaca menelusuri cerita secara keseluruhan tidak ada bagian yang ditinggalkan yang dianggap tidak penting. Di sinilah daya tarik sebuah cerita yang sangat ditunggu oleh pembaca dan diperlukan untuk menjaga keindahan sebuah cerita.

Nurgiyantoro (2002:127) mengemukakan bahwa tidak mudah menentukan sebuah klimaks di dalam novel atau cerita sambung. Klimaks sering kali tidak bersifat spektakuler, selain itu klimaks dapat dibentuk dari konflik-konflik pendukung yang berpotensi meruncing ke klimaks. Namun, sebagai bahan pertimbangan dan perhatian, klimaks (utama) di dalam sebuah cerita fiksi seperti cerita detektif akan terdapat pada konflik utama yang diperankan oleh tokoh utama.

Dokumen terkait