• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERIZINAN USAHA PARIWISATA

Dalam dokumen PEMERINTAH KABUPATEN MALANG (Halaman 44-49)

I. PENJELASAN UMUM

Tuhan Yang Maha Esa telah menganugerahi bangsa Indonesia kekayaan berupa sumber daya yang terdiri atas sumber daya manusia, sumber daya alam hayati, sumber daya alam non hayati dan sumber daya buatan. Sumber daya alam dan buatan yang dapat dijadikan objek dan daya tarik wisata berupa keadaan alam, flora dan fauna, hasil karya manusia serta peninggalan sejarah dan budaya yang merupakan modal bagi pengembangan dan peningkatan kepariwisataan di Kabupaten Malang.

Modal tersebut perlu dimanfaatkan secara optimal melalui penyelenggaraan kepariwisataan yang ditujukan untuk meningkatkan pendapatan Daerah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja, mendorong pembangunan daerah, memperkenalkan dan mendayagunakan objek dan daya tarik wisata di Kabupaten Malang serta memupuk rasa cinta tanah air dan mempererat persahabatan antar bangsa.

Untuk mencapai keberhasilan penyelenggaraan kepariwisataan dimaksud, diperlukan langkah-langkah yang serasi antar semua pihak yang terkait, baik Pemerintah maupun masyarakat, sehingga terwujud keterpaduan lintas sektoral. Dalam usaha mengembangkan dan meningkatkan penyelenggaraan kepariwisataan, dilakukan pembangunan objek dan daya tarik wisata, baik dalam bentuk mengusahakan objek dan daya tarik wisata yang sudah ada maupun membuat objek-objek baru sebagai objek dan daya tarik wisata.

Penyelenggaraan kepariwisataan tersebut dilaksanakan dengan tetap memelihara kelestarian dan mendorong upaya peningkatan mutu lingkungan hidup serta objek dan daya tarik wisata itu sendiri, nilai-nilai budaya bangsa yang menuju ke arah kemajuan adab. Mempertinggi derajat kemanusiaan, kesusilaan dan ketertiban umum guna memperkukuh jati diri bangsa dalam rangka perwujudan Wawasan Nusantara. Oleh karena itu, pembangunan objek dan daya tarik wisata tersebut tetap harus dilakukan dengan memperhatikan :

Kemampuan untuk mendorong dan meningkatkan perkembangan kehidupan ekonomi dan sosial budaya ;

a. Nilai-nilai agama, adat-istiadat serta pandangan dan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat ;

b. Kelestarian budaya dan mutu lingkungan hidup ; c. Kelangsungan usaha pariwisata itu sendiri.

Karena sifatnya yang luas dan menyangkut kepentingan masyarakat secara keseluruhan, penyelenggaraan kepariwisataan dilaksanakan secara terpadu oleh Pemerintah, badan usaha dan masyarakat. Peran serta masyarakat dalam arti yang seluas-luasnya didalam penyelenggaraan kepariwisataan ini memegang peranan penting demi terwujudnya pemerataan pendapatan dan pemerataan kesempatan berusaha. Dalam kaitannya dengan peran serta masyarakat tersebut, perlu diberikan arahan agar pelaksanaan berbagai usaha pariwisata yang dilakukan dapat saling mengisi, saling berkaitan dan saling menunjang satu dengan yang lainnya.

Untuk mencapai maksud tersebut, Pemerintah melakukan pembinaan terhadap kegiatan kepariwisataan, yaitu dalam bentuk pengaturan, pemberian bimbingan dan pengawasan.

Kegiatan-kegiatan kepariwisataan yang menyangkut aspek pembangunan, pengusahaan dan kebijakan yang telah dilaksanakan oleh Pemerintah serta perkembangan yang begitu pesat di bidang kepariwisataan perlu diikuti dengan pengaturan yang sesuai dengan aspirasi masyarakat Kabupaten Malang. Begitu juga pengelolaan usaha pariwisata yang banyak dibangun di berbagai wilayah perlu mendapat pengamanan agar tidak terjadi ketimpangan terhadap masyarakat di sekitarnya, tetapi dapat mewujudkan adanya keserasian dan keseimbangan. Mengingat bahwa berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang

Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom, Pemerintah Pusat hanya memiliki kewenangan dibidang kepariwisataan yang meliputi :

1. Penetapan pedoman pembangunan dan pengembangan kepariwisataan ;

2. Penetapan pedoman kerjasama Internasional di bidang kepariwisataan ; 3. Penetapan standar dan norma sarana kepariwisataan.

II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Pasal ini memuat pengertian istilah yang dipergunakan dalam Peraturan Daerah ini. Dengan adanya pengertian tentang istilah tersebut dimaksudkan untuk mencegah timbulnya salah tafsir dan salah pengertian dalam memahami serta melaksanakan pasal-pasal yang bersangkutan, sehingga masyarakat dan aparatur pemerintah dalam menjalankan hak dan kewajibannya dapat berjalan dengan lancar dan akhirnya dapat dicapai tertib administrasi. Pengertian ini diperlukan karena istilah-istilah tersebut mengandung pengertian yang baku dan teknis.

Pasal 1 angka 1 sampai dengan angka 14 Cukup jelas

Pasal 1 angka 15

Termasuknya dalam pengertian Pondok Wisata adalah villa, home stay, bungalow, dan sejenisnya yang dikomersilkan kecuali:

1. Hotel, penginapan remaja (youth hostel) dan perkemahan;

2. Asrama Haji, asrama dan rumah pemondokan mahasiswa, pelajar dan pegawai;

3. Tempat penginapan yang dikelola oleh instansi pemerintah maupaun swasta yang khusus digunakan sebagai tempat peristirahatan karyawannya.

Pasal 1 angka 16 Cukup jelas

Pasal 1 angka 17

Termasuk Rumah Makan adalah jasa pelayanan makanan dan minuman dengan mempergunakan media kursi ataupun lesehan/tanpa kursi misalnya warung, warung lesehan, warung makanan siap saji (fast food), bakery, istana es krim, café, kantin dan cafetaria.

Pasal 1 angka 18 Cukup jelas

Pasal 1 angka 19

Pasal 1 angka 20

Termasuk dengan Hotel adalah Hotel dengan Tanda Bintang dan Hotel dengan Tanda Bunga Melati, sedangkan yang tidak termasuk pengertian hotel adalah Pondok Wisata, Penginapan Remaja, Perkemahan, Wisma, Villa, Guest House, Cottage serta bangunan Instansi Pemerintah maupun Swasta yang digunakan sebagai tempat tinggal oleh karyawannya, Asrama Haji, Asrama dan Rumah Pemondokan Mahasiswa serta Pelajar.

Pasal 1 angka 21 sampai dengan angka 28 Cukup jelas

Pasal 2 s/d Pasal 25 Cukup jelas

Pasal 26

Penggolongan kelas rumah makan ditentukan setelah usaha mendapatkan Surat Tanda ljin Usaha Pariwisata (STIUP) atas permohonan Pengelola/pengusaha

Pasal 27 s/d Pasal 30 Cukup jelas

Pasal 31

Penggolongan kelas restoran ditentukan setelah usaha mendapatkan Surat Tanda ljin Usaha Pariwisata (STIUP) atas permohonan Pengelola/pengusaha

Pasal 32 s/d Pasal 74 Cukup jelas

Pasal 75 ayat (1) Cukup jelas

Pasal 75 ayat (2)

Kelengkapan sarana wisata tirta mencakup antara lain izin pemasangan lift, pemasangan boiler, pemasangan generator dan pemasangan peralatan mekanik, elektronik lainnya serta sarana pengamanan, dan lain-lain ;

Pasal 75 ayat (3) Cukup jelas

Pasal 76 s/d Pasal 92 Cukup jelas

Pasal 93

- Usaha Perkemahan diadakan penggolongan kelas dimaksudkan untuk :

1. Memudahkan pembinaan agar bagi mereka yang persyaratan teknisnya sebagai kelas terendah bisa mencapai yang lebih tinggi;

2. Menimbulkan gairah dan semangat untuk mengembangkan usaha perkemahan.

- Penggolongan Usaha perkemahan ditentukan setelah usaha tersebut mendapatkan Surat Tanda lzin Usaha Pariwisata (STIUP) atas permohonan pengelola/pengusaha

Pasal 93 s/d Pasal 110 Cukup jelas

Pasal 111

Dalam Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan Pasal 35, Pasal 36 Pasal 37, Pasal 38 dan Pasal 39 berbunyi sebagai berikut :

Pasal 35

(1) Barangsiapa melakukan perbuatan melawan hak, dengan sengaja merusak, mengurangi; mengurangi nilai, memisahkan, atau membuat tidak dapat berfungsi atau tidak dapat berfungsinya secara sempurna suatu objek dan daya tarik wisata, atau bangunan obyek dan daya tarik wisata, atau bagian dari bangunan objek dan daya tarik wisata, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda setinggi-tingginya Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak mengurangi ancaman pidana yang ditetapkan dalam ketentuan perundang-undangan mengenai lingkungan hidup, benda cagar budaya, konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, perikanan, dan Undang-undang yang lainnya.

Pasal 36

Barangsiapa dengan sengaja melanggar ketentuan Pasal 12 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda setinggi-tingginya Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

Pasal 37

Barangsiapa karena kelalaiannya merusak atau mengakibatkan terganggunya keseimbangan atau mengakibatkan gangguan terhadap kelancaran kegiatan yang menjadi objek dan daya tarik wisata dalam wisata budaya dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda setinggi-tingginya Rp.

Pasal 38

Barangsiapa karena kelalaiannya melanggar ketentuan Pasal 12 dan Pasal 35 dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda setinggi-tingginya Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).

Pasal 39

(1) Perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 dan Pasal 36 adalah kejahatan.

(2) Perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 dan Pasal 38 adalah pelanggaran.

Pasal 112 s/d Pasal 114 Cukup jelas

Dalam dokumen PEMERINTAH KABUPATEN MALANG (Halaman 44-49)

Dokumen terkait