• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perjanjian antara Penerbit dan Pemegang Kartu Kredit

PENYALAHGUNAAN KARTU KREDIT YANG MERUGIKAN PEMEGANG KARTU

A. Hubungan Hukum Antara Para Pihak Dalam Kartu Kredit

1. Perjanjian antara Penerbit dan Pemegang Kartu Kredit

Hubungan hukum yang berupa perjanjian antara penerbit dan pemegang kartu merupakan perjanjian bilateral, bukan perjanjian segitiga karena belum mengikutsertakan pihak ketiga yaitu pedagang (merchant). Perjanjian antar pemegang dan penerbit bisa juga tidak melibatkan pihak ketiga, misalnya jika pemegang kartu hanya menggunakan kartu tersebut guna mendapatkan uang tunai (cash) baik melalui penarikan langsung di bank maupun melalui Anjungan Tunai Mandiri (ATM).

Perjanjian penerbitan kartu kredit didahului dengan proses dimana calon pemegang kartu mempelajari terlebih dahulu syarat-syarat kartu kredit dan berbagai ketentuan yang terkait. Selanjutnya apabila calon pemegang kartu telah setuju dengan syarat dan kondisi yang diajukan oleh pihak penerbit, maka ia akan mengajukan permohonan untuk dipertimbangkan

63 menjadi pemegang kartu kredit. Di dalam proses pengajuan permohonan penerbitan kartu kredit, calon pemegang kartu wajib memenuhi persyaratan sebagaimana tercantum di dalam formulir aplikasi. Persyaratan-persyaratan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Data pribadi ditulis secara lengkap sesuai dengan identitas pemohon (KTP, Paspor), nomor identitas, kewarganegaraan, tanggal lahir, alamat lengkap pemohon dan status kepemilikannya, serta pendidikan terakhir pemohon;

2. Data pekerjaan ditulis apakah sebagai wiraswasta, pegawai swasta/profesi. Disebutkan nama perusahaannya, bidang usaha, lamanya berusaha, jabatan dan departemen, lamanya bekerja, alamat kantor, kota, dan jumlah karyawan. Dokumen-dokumen yang perlu dilengkapi bagi wiraswasta adalah seluruh data perusahaan yang mendukung beserta perjanjiannya, sedangkan bagi pegawai swasta atau kalangan profesi lain dapat berupa surat keterangan penghasilan dari lembaga dimana yang bersangkutan bertugas;

3. Data penghasilan dan referensi bank, dihitung besarnya per tahun dari penghasilan pokok dan penghasilan tambahan. Aktivitas pemohon dalam mengelolan penghasilan yang diperolehnya pada lembaga keuangan bank dan bukan bank yang digunakan untuk keperluan hidup serta membayar angsuran/hutang lain jika ada. Data penghasilan dibuat dalam bentuk dokumen-dokumen rekening koran, tabungan, deposito, atau pendukung lainnya;

4. Persyaratan pemohon umumnya terdapat pernyataan dari pemohon tentang kebenaran dari informasi yang diberikan kepada bank penerbit, dokumen yang diserahkan, menerima alasan-alasan terhadap penolakan aplikasi penerbitan kartu kredit dan kesediaan untuk terikat dalam persyaratan-persyaratan dan ketentuan-ketentuan yang tertuang dalam perjanjian kartu kredit.

64 Penerbit akan melakukan penelitian tentang kredibilitas dan kapabilitas calon nasabah. Permohonan kartu kredit yang diajukan oleh nasabah kemudian diproses dengan memperhatikan segi keamanan, antara lain:

a. Memeriksa keaslian KTP/Paspor;

b. Melakukan pemeriksaan silang (cross checking) kepada penerbit lain apabila pemohon mempunyai kartu kredit lain;

c. Melakukan penelitian dalam daftar hitam Bank Indonesia atau Asosiasi Kartu Kredit Indonesia (AKKI);

d. Bila diperlukan penerbit akan melakukan penyelidikan lapangan;

e. Meneliti data rekening atau tabungan dan keterangan gaji yang ada untuk menetapkan apakah pemohon layak diberikan kartu kredit.

Setelah pemeriksaan tersebut di atas selesai dilakukan, selanjutnya penerbit menentukan apakah permohonan pemohon untuk mendapatkan kartu kredit disetujui atau tidak disetujui. Jika penerbit menganggap bahwa pihak pemohon layak karena telah memenuhi persyaratan, baik persyaratan umum maupun khusus dan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan lain yang diperlukan, maka permohonan tersebut dapat disetujui. Kemudian dibuatlah perjanjian antara penerbit dan pemegang kartu kredit.

Perjanjian ini dibuat dibuat dalam bentuk tertulis yang telah dibuat oleh pihak bank selaku pihak penerbit yang memuat beberapa dokumen seperti: informasi permohonan, syarat dan ketentuan, informasi tentang prosedur dan tata cara penggunaan kartu kredit, yang kesemuanya merupakan bagian tidak terpisahkan dari satu kesatuan dalam bentuk tertulis. Dengan demikian pemegang kartu hanya tinggal memilih menyetujui atau menolak perjanjian tersebut. Pemegang kartu tidak mempunyai hak untuk mengajukan syarat-syarat yang

65 diinginkannya. Perjanjian ini disebut perjanjian standart atau perjanjian baku yang sifatnya “take it or leave it”.1

Perjanjian baku yang dibuat oleh pihak penerbit, jika dikaitkan dengan KUHPerdata maka akan bertentangan dengan ketentuan Pasal 1320 Ayat (1) KUHPerdata yaitu perjanjian harus dibuat berdasarkan konsensus/kesepakatan. Sedangkan perjanjian kartu kredit klausula- klausula dalam perjanjian sudah ditentukan secara sepihak oleh Spenerbit tanpa adanya kewenagan dari pemegang kartu kredit untuk menentukan isi perjanjian. Oleh karena itu perjanjian kartu kredit tidak sah karena tidak memenuhi ketentuan Pasal 1320 KUHPerdata. Namun saat ini perjanjian kartu kredit yang dibuat dalam bentuk baku sudah menjadi kebutuhan dalam hal kepraktisan. Pihak penerbit tidak mungkin akan membuat, serta mencetak satu persatu perjanjian kartu kredit setiap ada calon pemegang kartu kredit yang mengajukan permohonan penerbitan kartu kredit. Oleh karena itu sebagai upaya untuk menghindari perjanjian yang memuat klausula-klausula yang berat sebelah, maka pihak penerbit harus mencantumkan hak dan kewajiban masing-masing pihak secara jelas dan terperinci.

Berdasarkan hubungan hukum antara penerbit dan pemegang kartu kredit, terdapat tiga hal pokok dari perjanjian tersebut, yaitu:

1. Pemegang kartu kredit akan memperoleh barang/jasa tanpa harus membayar tunai kepada pedagang (merchant);

2. Penerbit/pihak yang mengelola kartu kredit, membayar barang/jasa yang telah diterima oleh pemegang kartu kepada pedagang;

1

Gunawan Widjaja, Hukum Tentang Perlindungan Konsumen, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2001), hal. 53.

66 3. Pemegang kartu akan membayar harga barang/jasa tersebut kepada penerbit/pengelola

kartu kredit sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan.

Berdasarkan hubungan hukum antara penerbit dan pemegang kartu kredit, maka akan menimbulkan akibat hukum berupa hak dan kewajiban bagi para pihak. Bank penerbit/lembaga pembiayaan mempunyai hak-hak sebagai berikut:

1. Menerima iuran tahunan (annual fee) dan menagih serta memperoleh pembayaran dari pemegang kartu termasuk bunga, biaya administrasi, denda, dan sebagainya;

2. Membatalkan/memperpanjang keanggotaan pemegang kartu secara sepihak, serta menarik kembali kartu kredit baik yang masih berlaku maupun yang sudah tidak berlaku lagi; 3. Menerima uang komisi dari penjual atas tagihan yang dibayarkan secara langsung oleh

penerbit;

4. Menolak transaksi kartu kredit jika pemegang kartu belum memenuhi kewajibannya kepada penerbit, dan atau penerbit meragukan transaksi yang dilakukan oleh pemegang kartu.

Kewajiban bank penerbit/perusahaan pembiayaan sebagai berikut: 1. Memberikan kartu kredit kepada pemegang kartu;

2. Memberikan informasi yang jelas serta transparan kepada pemegang kartu;

3. Memberitahukan kepada pemegang kartu setiap tagihan dalam periode tertentu biasanya setiap satu bulan;

4. Memberitahukan kepada pemegang kartu berita mengenai hak, kewajiban, dan kemudahan baginya.

Pemegang kartu kredit mempunyai hak-hak sebagai berikut:

a. Hak untuk membeli barang/jasa dengan memakai kartu kredit pada tempat-tempat yang menerima pembayaran dengan menggunakan kartu kredit;

67 b. Hak untuk mengambil uang tunai (cash). Kebanyakan kartu kredit juga memberi hak kepada pemegangnya untuk mengambil uang tunai baik pada mesin uang tertentu dengan memakai kode tertentu ataupun via bank-bank lain atau bank penerbit;

c. Hak untuk mendapatkan informasi dari penerbit tentang perkembangan kreditnya dan tentang kemudahan yang disediakan baginya;

d. Memperoleh kartu pengganti, baik karena hilang ataupun karena kadaluwarsa;

e. Hak untuk menolak memperpanjang keanggotaan, dengan memberitahukan secara tertulis kepada bank penerbit.

Berdasarkan hak-hak tersebut, pemegang kartu kredit mempunyai hak untuk menggunakan kartu kredit sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh bank penerbit, selain itu pemegang kartu juga mendapatkan penjelasan mengenai perkembangan yang terjadi tentang perkembangan kreditnya, serta advokasi dan perlindungan bagi mereka jika terjadi pelanggaran terhadap hak-hak konsumen.

Kewajiban pemegang kartu kredit :

1. Membayar uang pangkal, uang tahunan, biaya-biaya lainnya yang ditetapkan oleh penerbit;

2. Mematuhi batas maksimum jumlah yang boleh dibayar dengan menggunakan kartu kredit, sehingga tidak melakukan pembelian yang melebihi batas maksimum penggunaan kartu; 3. Menandatangani surat tanda pembelian barang/jasa yang menggunakan kartu kredit, dan

tanda pembayaran tunai untuk setiap pengambilan uang tunai; 4. Membayar kembali harga pembelian sesuai dengan tagihan penerbit; 5. Memberitahukan kepada penerbit bila ada perubahan alamat penagihan;

6. Mengembalikan kartu kredit kepada penerbit bila terjadi pembatalan atau pengakhiran perjanjian.

68 Berdasarkan pemaparan mengenai kewajiban pemegang kartu kredit, wajib untuk memenuhi semua kewajiban yang telah dibebankan kepada mereka sebagai konsekuensi atas hak-hak mereka terhadap kartu kredit. Sampai saat ini kebiasaan yang terjadi adalah mereka hanya memperhatikan apa yang menjadi hak tetapi kurang memperhatikan apa yang menjadi kewajibannya. Misalnya pemegang kartu hanya mengetahui berapa bunga yang harus mereka bayar tanpa memperhatikan adanya biaya-biaya lain yang harus mereka keluarkan setiap bulannya.

Perjanjian antara kedua belah pihak sama dengan perjanjian kredit bank. Berikut ini adalah persamaan antara perjanjian kredit bank dan perjanjian kartu kredit :

a. Perjanjian kredit dan perjanjian kartu kredit merupakan perjanjian pinjam uang. Pemegang kartu mengikatkan diri untuk meminjam sejumlah uang kepada penerbit, uang tersebut akan digunakan untuk membayar tagihan dari penjual (merchant) terhadap transaksi yang

dilakukan. Pinjaman tersebut akan dilunasi pada akhir bulan atau dengan pembayaran sejumlah minimum tertentu pada setiap bulan (mencicil) dan sisa tagihan dikenakan bunga sesuai dengan ketentuan penerbit.

b. Perjanjian kredit dan perjanjian kartu kredit merupakan perjanjian dengan jangka waktu. Perjanjian kredit jangka waktunya disesuaikan dengan klausula yang telah disepakati pada waktu menandatangani perjanjian. Setelah berakhirnya jangka waktu, perjanjian kredit dapat diperpanjang kembali dengan melakukan permohonan kredit kepada bank. Sama dengan perjanjian kartu kredit yang juga mempunyai jangka wakyu tertentu, jika ingin melakukan perpanjangan maka setelah jangka waktu kredit habis dapat diperpanjang kembali secara otomatis. Perpanjangan kartu kredit berdasarkan kewenangan dari bank penerbit yang akan melihat apakah pemegang kartu selama perjanjian berlangsung

69

membayar anguran setiap tanggal jatuh tempo. Limit kartu kredit pun bisa ditambah sesuai dengan penghasilan pemegang kartu pada saat perpanjangan dilakukan.

Perjanjian kredit dan perjanjian kartu kredit mempunyai perbedaan sebagi berikut:

1. Pada perjanjian kredit objeknya sudah jelas seperti mobil, rumah, sedangkan perjanjian kartu kredit objeknya bisa bermacam-macam seperti barang/jasa, uang.

2. Pada perjanjian kredit umumnya ada jaminan tertentu yang memberikan jaminan keamanan bagi pihak bank dan guna menghindari risiko kredit. Jaminan tersebut bisa berupa benda berwujud maupun benda tidak berwujud. Sedangkan perjanjian kartu kredit tidak ada jaminan tertentu dan penerbit memberikan kredit berdasarkan penilaian dari surat keterangan penghasilan (slip gaji) pemegang kartu.

3. Pada perjanjian kredit besarnya bunga ditetapkan secara mutlak pada waktu perjanjian dibuat. Besarnya bunga bisa tetap misalnya kredit kendaraan bermotor, namun bisa juga berubah sesudah jangka waktu tertentu misalnya Kredit Pemilikan Rumah (KPR).

Dokumen terkait