• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perjanjian Asuransi dalam Pemberian Kredit

BAB III : KEBERADAAN ASURANSI DALAM PEMBERIAN KREDIT

D. Perjanjian Asuransi dalam Pemberian Kredit

Secara umum dapatlah dikatakan bahwa suatu perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada seseorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal. Dari peristiwa itu timbul lah suatu hubungan antara dua orang yang dinamakan perikatan antara dua orang yang membuatnya. Dalam bentuknya perjanjian itu berupa suatu rangkaian kata- kata yang mengandung janji-janji atau kesanggupan yang diucapkan atau ditulis.89 Perjanjian asuransi atau perjanjian pertanggungan yang dilaksanakan tergantung dengan pelaksanaan pihak penjamin. Jika pelaksanaan atas perjanjian ini terjadi maka penjamin akan mendapat kerugian, sedangkan jika pelaksanaan

88

Ibid, hlm 107. 89

perjanjian ini tidak terjadi maka penjamin akan untung. Menurut Subekti, perjanjian pertanggungan mengandung unsur “untung-rugi” yang digantungkan pada keadaan yang tidak tentu, pihak-pihak yang terdapat dalam perjanjian pertanggungan yaitu penanggung dan tertanggung dapat memperoleh keuntungan atau kerugian dari peristiwa yang belum tentu.90

Purwosutjipto juga mendefenisikan asuransi sebagai suatu perjanjian (timbal-balik) dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung dengan menerima suatu premi untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkannya, yang mungkin akan dideritanya, karena suatu peristiwa tak tentu (onzeker voorval)91. Diadakannya perjanjian asuransi bukan berarti bahwa penanggung harus melaksanakan prestasi yang diperjanjikan, dengan membayar ganti rugi kepada pihak tertanggung. Pelaksanaan prestasi tertanggung hanya akan direalisasikan apabila peristiwa tertentu yang diperjanjikan itu terjadi dan menimbulkan kerugian kepada tertanggung.92

Perjanjian kredit dengan jaminan hak tanggungan maupun fidusia (barang bergerak) pada bank harus melalui beberapa tahapan, yaitu tahap permohonan kredit, analisa kredit, keputusan kredit, perjanjian kredit serta pengikatan agunan dengan menggunaan hak tanggungan maupun fidusia. Pada perkembangannya bank mewajibkan debitur untuk mengasuransikan barang agunan, agar dapat mengalihkan resiko apabila terjadi penyusutan atau penurunan nilai barang agunan akibat terjadinya kerusakan, atau musnah yang disebabkan musibah atau 90 Ibid 91 H.M.N. Purwosutjipto, Op.Cit, hlm 37. 9 tgl 7 Juli 2014 pkl 11.00 Wib.

malapetaka seperti kebakaran, banjir bandang, gempa, tsunami dan peristiwa alam lainnya yang berada di luar kekuasaan manusia (force majeure/overmacht).

Kewajiban mengasuransikan barang agunan tertulis dalam perjanjian kredit yang disepakati bersama oleh debitur (penerima kredit atau peminjam) dan Bank sebagai kreditur (pemberi kredit atau pemberi pinjaman). Perjanjian asuransi barang agunan debitur dalam suatu perjanjian kredit pada bank dilakukan bersamaan dengan pengikatan atau penandatanganan perjanjian kredit yang telah disetujui oleh Bank dan disepakati nilai kreditnya oleh kedua belah pihak. Pihak Bank sebagai kreditur, menyerahkan sepenuhnya kepada debitur untuk memilih perusahaan asuransi yang akan digunakan jasanya dalam mengasuransikan barang agunan tersebut. Namun sering pula pihak bank sebagai kreditur yang menentukan perusahaan asuransi mana yang dapat digunakan jasanya dalam mengasuransikan barang agunan milik debitur tersebut.

Pada umumnya bila pihak bank yang menentukan perusahaan asuransi yang digunakan jasanya dalam mengasuransikan barang agunan milik debitur, maka perusahaan asuransi yang dipilih oleh bank yang bersangkutan adalah perusahaan asuransi yang telah memiliki perjanjian kerjasama dengan bank tersebut atau merupakan group atau anak perusahaan dari bank tersebut. Dalam penandatanganan perjanjian asuransi antara debitur dengan perusahaan asuransi yang dipilih baik oleh debitur sendiri maupun oleh pihak bank, debitur disarankan untuk membaca secara keseluruhan klausul-klausul yang terdapat dalam perjanjian asuransi tersebut sebelum ditandatangani. Hal ini dimaksudkan agar debitur mengetahui hak dan kewajibannya secara menyeluruh dan jelas agar pelaksanaan asuransi tersebut dapat berjalan dengan baik dan tidak merugikan

hak-hak debitur. Disamping itu debitur perlu pula mempertanyakan hak-hak lainnya disamping hak-hak yang terdapat dan sudah diatur dalam perjanjian asuransi tersebut. Misalnya hak untuk memperoleh potongan (discount) pembayaran premi asuransi sesuai jangka waktu pembayaran yang telah disepakati. Pada umumnya potongan premi asuransi tersebut tidak dimuat/ tercantum dalam perjanjian asuransi, sehingga bila debitur tidak bertanya secara terperinci mengenai hal tersebut, pihak perusahaan asuransi tersebut juga tidak akan memberitahukannya kepada debitur. Bila hal ini terjadi maka debitur menjadi pihak yang dirugikan haknya, karena tidak memperoleh potongan pembayaran premi asuransi yang seharusnya menjadi haknya tersebut.93

Secara bisnis-teknis, hubungan antara bank yang memberikan kredit dan perusahaan asuransi dituangkan dalam perjanjian yang dibuat antara keduanya, yaitu perusahaan asuransi sebagai penanggung, bank sebagai tertanggung dan kredit bank sebagai objek yang dipertanggungkan (diasuransikan). Dalam hal ini ada tata cara penanggungan secara penutupan (cover) pertanggungan secara otomatis yakni pengusaha mengajukan permintaan kredit kepada bank, bank mempelajari dan mempertimbangkan permintaan kredit tersebut, untuk memberikan fasilitas kredit kepada pengusaha tersebut apabila bank melakukan jasa pertanggungan (asuransi), bank dapat langsung memberikan fasilitas kredit kepada pengusaha tanpa terlebih dahulu mengajukan permintaan penutupan (cover) pertanggungan kepada perusahaan asuransi, pada waktu-waktu tertentu,

93

http://edwinnotaris.blogspot.com/2013/08/kewajiban-debitur-mengasuransikan.html diakses tgl 7 Juli 2014 pkl 11.15 Wib.

bank menyampaikan deklarasi jumlah pertanggungan kepada perusahaan asuransi yang memuat fasilitas yang telah diberikan selama jangka waktu deklarasi.94

Pelaksanaan pemberian kredit Bank harus memberikan batasan-batasan yang tidak boleh dilakukan oleh Debitur (Negative Covenant) selama dalam masa pemberian kredit. Pelarangan/pembatasan tersebut dilakukan dalam rangka memperkuat posisi Bank selaku Pemberi pinjaman.95

Asuransi dalam pemberian kredit perbankan merupakan asuransi yang mempunyai sifat memberikan jaminan atas pemberian kredit yang dilakukan oleh perbankan. Asuransi ini bertujuan melindungi pemberi kredit dari risiko gagalnya pengembalian kredit, sehingga pihak bank dapat terlindungi dari berbagai kasus kredit, baik disengaja maupun tidak sengaja.96

Bank memberitahukan kepada perusahaan asuransi bahwa akan dilaksanakan penutupan pertanggungan untuk kepentingan nasabahnya. Pihak asuransi segera melakukan survey on the spot ke lokasi objek pertanggungan untuk melihat keadaan barang yang akan diasuransikan. Tahap berikutnya pihak asuransi membuatkan cover note. Atas dasar cover note ini dibuatkan polis sesuai dengan bahaya yang dipertanggungkan maupun luas pertanggungannya (extended coverage), resiko yang diminta, jangka waktu dan persyaratan – persyaratan lain yang dianggap perlu.

97

94

Muhammad Djumhana, Op.Cit, hlm 483. 95

http://legalbanking.wordpress.com/materi-hukum/perjanjian-kredit-dan-pengakuan- hutang/ diakses tgl 7 Juli 2014 pkl 12.00 Wib.

96

Ade Arthaesa dan Edia Hanudiman, Op.Cit, hlm 24. 97

http://searchglobalonline.blogspot.com/2013/02/bankers-clause-penjelasan.html diakseskan tanggal 17 Juni 2014 pkl 10.00 Wib.

BAB IV

PENYELESAIAN KLAIM ASURANSI DALAM KREDIT MACET

A. Kredit Macet dalam Pemberian Kredit

Jenis kredit perbankan dapat dibedakan dengan mengacu pada kriteria tertentu. Pengklasifikasian jenis-jenis kredit tersebut bermula dari klasifikasi yang dijalankan oleh perbankan dalam rangka mengontrol portofolio kredit secara efektif. Dalam kegiatan pengklasifikasian tersebut maka saat ini dikenal jenis- jenis kredit yang didasarkan pada kelembagaannya, jangka waktu, penggunaan kredit, kelengkapan dan keterikatannya dengan dokumen yang dibutuhkannya, aktivitas perputaran usaha, jaminannya dan dari berbagai kriteria lainnya.98

Terdapat beberapa jenis kredit, namun pada umumnya dikelompokkan berdasarkan:

99

1. Jenis kredit menurut kelembagaan

Adapun jenis kredit dengan dasar pengelompokkan menurut kriteria kelembagaan ini terdiri atas:

b. Kredit perbankan yaitu kredit perbankan yang diberikan oleh bank milik negara atau bank swasta kepada masyarakat untuk kegiatan usaha dan atau konsumsi.

c. Kredit likuiditas yaitu kredit yang diberikan oleh bank sentral kepada bank-bank yang ada dan beroperasi di Indonesia, yang selanjutnya digunakan sebagai dana untuk membiayai kegiatan perkreditannya.

d. Kredit langsung yaitu kredit yang diberikan oleh Bank Indonesia kepada lembaga pemerintah atau semi pemerintah (kredit program).

98

Muhammad Djumhana, Op.Cit, hlm 424. 99

e. Kredit (pinjaman antarbank) yaitu kredit yang diberikan oleh bank yang kelebihan dana kepada bank yang kekurangan dana.

2. Jenis kredit menurut jangka waktu

Dari segi jangka waktunya jenis kredit meliputi:

a. Kredit jangka pendek (short term loan) yaitu kredit yang berjangka waktu maksimum 1 tahun. Bentuknya berupa kredit rekening koran, kredit penjualan, kredit pembeli, dan kredit wesel.

b. Kredit jangka menengah (medium term loan) yaitu kredit berjangka waktu antara 1 tahun sampai 3 tahun. Bentuknya dapat berupa kredit investasi jangka menengah.

c. Kredit jangka panjang yaitu kredit yang berjangka waktu lebih dari 3 tahun. Bentuknya dapat berupa kredit investasi.

3. Jenis kredit menurut penggunaannya

Dari segi penggunan kredit, jenis kredit terdiri dari:

a. Kredit konsumstif yaitu kredit yang diberikan oleh bank pemerintah atau bank swasta yang diberikan kepada perseorangan untuk membiayai keperluan konsumsinya untuk kebutuhan sehari-hari.

b. Kredit produktif, baik kredit investasi maupun kredit eksploitasi yaitu kredit yang ditujukan untuk penggunaan sebagai pembiayaan modal tetap, yaitu peralatan produksi, gedung, dan mesin-mesin juga untuk membiayai rehabilitasi, ekspansi relokasi proyek.

4. Jenis kredit menurut keterikatannya dengan dokumen Jenis kredit ini diantaranya terdiri dari:

a. Kredit ekspor yaitu semua bentuk kredit sebagai sumber pembiayaan bagi usaha ekspor.

b. Kredit impor yaitu unsur dan ruang lingkup dari kredit impor pada dasarnya hampir sama dengan kredit ekspor karena jenis kredit tersebut merupakan kredit berdokumen.

5. Jenis kredit menurut aktivitas perputaran usaha Jenis kredit terdiri atas:

a. Kredit kecil adalah kredit yang diberikan kepada pengusaha yang digolongkan sebagai pengusaha kecil.

b. Kredit menengah adalah kredit yang diberikan kepada pengusaha yang asetnya lebih besar daripada pengusaha kecil.

c. Kredit besar adalah pada dasarnya ditinjau dari segi jumlah kredit yang diterima oleh debitur.

6. Jenis kredit menurut jaminannya

Dari segi jaminannya, jenis kredit dapat dibedakan, antara lain:

a. Kredit tanpa jaminan atau kredit blanko (unsecured loan) yaitu pemberian kredit tanpa jaminan materiil (agunan fisik), pemberian sangatlah selektif dan ditujukan kepada nasabah besar yang telah teruji bonafiditas, kejujuran dan ketaatannya, baik dalam traksaksi perbankan maupun kegiatan usaha yang dijalaninya.

b. Kredit dengan jaminan (secured loan) yaitu pemberian kredit kepada debitur selain didasarkan adanya keyakinan atas kemampuan debitur, juga disandarkan pada adanya agunan atau jaminan yang berupa fisik

(collateral) sebagai jaminan tambahan, misalnya tanah, bangunan, alat-alat produksi, dan sebagainya.

Timbulnya kredit macet selain berasal dari nasabah dapat juga berasal dari bank, karena bank tidak terlepas dari kelemahan yang dimilikinya. Bank dapat merupakan salah satu penyebab terjadinya kredit macet. Hal tersebut karena dalam melakukan analisis, pihak bank melakukan analisis kurang teliti sehingga apa yang seharusnya terjadi tidak diprediksi sebelumnya. Dapat pula terjadi akibat kolusi dari pihak analis kredit dengan`pihak debitur sehingga dalam analisisnya dilakukan secara subjektif.100

Dalam perjalanan waktu, berbagai faktor dapat memengaruhi kualitas dari kredit yang diberikan bank kepada nasabah debitur. Macetnya kredit yang diberikan dapat disebabkan faktor internal maupun eksternal. Faktor internal berkaitan erat dengan keadaan di dalam internal usaha debitur itu sendiri, sedang faktor eksternal berkaitan dengan kondisi ekonomi secara keseluruhan yang berada di luar kekuasaan debitur. Nasabah debitur tidak dapat berbuat banyak apabila keadaan ekonomi mengalami resesi yang berpengaruh terhadap volume penjualan dan kelesuan daya beli konsumen. Faktor ekternal seperti gejolak nilai tukar juga beraa di luar kekuasaan debitur, yang dapat menggerus equivalent

valuta asing dari rupiah yang dimiliki oleh nasabah debitur.101

100

Kasmir, Op.Cit, hlm. 115. 101

Jonker Sihombing, Op.Cit, hlm 68.

Timbulnya kredit macet dalam dunia perbankan dewasa ini, selain karena indikasi debitor tidak mau membayar utangnya, juga terllihat dalam prosedur pelaksanaan pemberian kreditnya yang ternyata juga mengalami penyimpangan. Pemberian kredit ada yang dilakukan dengan tanpa akad perjanjian kredit. Hal ini sungguh merupakan

suatu kejadian yang tidak msuk akal dan jelas akan merugikan keuangan dan yang lebih menderita lagi adalah masyarakat. Penyimpangan-penyimpangan tersebut terjadi antara lain karena masih lemahnya profesionalisme pengelola bank.102

Kredit macet adalah kredit yang sejak jatuh tempo tidak dapat dilunasi oleh debitur sebagaimana mestinya sesuai dengan perjanjian.103 Kredit macet merupakan risiko yang terkandung dalam setiap pemberian kredit oleh bank. Risiko tersebut berupa keadaan di mana kredit tidak dapat kembali tepat pada waktunya. Kredit bermasalah atau nonperforming loan di perbankan itu dapat disebabkan oleh berbagai faktor, misalnya, ada kesengajaan dari pihak-pihak yang terlibat dalam proses kredit, kesalahan prosedur pemberian kredit, atau disebabkan oleh faktor lain seperti faktor makroekonomi.104

Dari uraian-uraian tersebut di atas maka dapat diketahui bahwa kredit macet adalah suatu keadaan dimana seorang nasabah tidak mampu membayar lunas kredit bank tepat pada waktu yang telah diperjanjikan.105

Sepandai-pandainya analis kredit dalam menganalisis setiap permohonan kredit, kemungkinan kredit tersebut mengalami kemacetan. Hal ini disebabkan oleh dua unsur sebagai berikut:106

1. Dari pihak perbankan, artinya dalam melakukan analisisnya, pihak analis kurang teliti, sehingga apa yang seharusnya terjadi tidak dapat diperkirakan sebelumnya. Hal ini dapat pula terjadi akibat kerja sama dari pihak analis

102

Rachmadi Usman, Aspek-aspek Hukum Perbankan di Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2001), hlm 259.

103

Ade Arthesa dan Edia Handiman, Op.Cit, hlm 184. 104

Hermansyah, Op.Cit, hlm 75. 105

Rachmadi Usman, Op.Cit, hlm 484. 106

kredit dengan pihak debitur sehingga dalam melakukan analisisnya dilakukan secara subjektif.

2. Dari pihak nasabah, kemacetan kredit dapat dilakukan akibat dua hal yaitu: adanya unsur kesengajaan, artinya nasabah dengan sengaja bermaksud tidak membayar kewajibannya sehingga kredit yang diberikan macet. Adanya unsur tidak sengaja, artinya debitur mau membayar, tetapi tidak mampu.

Untuk menyelesaikan kredit macet itu dapat ditempuh dua cara atau strategi yaitu penyelamatan kredit dan penyelesaian kredit. Yang dimaksud dengan penyelamatan kredit macet adalah suatu langkah penyelesaian kredit macet melalui perundingan kembali antara bank sebagai kreditur dan nasabah peminjam sebagai debitur, sedangkan penyelesaian kredit macet adalah suatu langkah penyelesaian kredit macet melalui lembaga hukum.107

Bank dalam rangka menyelesaikan kredit macet dapat menempuh cara- cara sebagai berikut:

108

1. Penyerahan pengurusan kredit macet kepada PUPN 2. Proses gugatan perdata

3. Penyelesaian melalui badan arbitrase (perwasitan) 4. Penagihan oleh penagih utang (debt collector) swasta

B. Penyelesaian Klaim Asuransi dalam Kredit Macet

Klaim adalah permohonan atau tuntutan seorang pemilik polis terhadap perusahaan asuransi untuk pembayaran sesuai dengan pasal-pasal dari sebuah polis.109

107

Hermansyah, Op.Cit, hlm 76. 108

Rachmadi Usman, Op.Cit, hlm 297. 109

A. Hasymi Ali, Pengantar Asuransi, Cetakan I, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), hlm 55. Kesepakatan yang terjadi diantara para pihak tersebut perlu dibuat dalam

suatu bukti tertulis. Polis asuransi adalah dokumen yang memuat kontrak antara pihak yang ditanggung dengan perusahaan asuransinya. Baik berupa ringkas dan sederhana, maupun panjang dan kompleks, polis asuransi menyatakan hak-hak dan kewajiban-kewajiban dari phak-pihak yang membuat kontrak itu.

Klaim (claim) dalam pengertian asuransi adalah tuntutan atau pengajuan permintaan pembayaran ganti rugi dari pihak tertanggung kepada pihak penanggung yang timbul dari hubungan perjanjian asuransi antara tertanggung dan penanggung.110

Jenis-Jenis Klaim yaitu:111

1. Klaim atas kematian

Klaim tersebut muncul ketika penerima manfaat atau pemohon yang disebutkan dalam polis telah meninggal dunia sementara polis masih berlaku.

2. Klaim atas polis atau pengembalian saldo tunai.

Klaim timbul ketika polis telah menghasilkan saldo tunai, sementara pemegang polis mengakhiri perjanjian asuransi.

3. Klaim atas berakhirnya kontrak.

Klaim tersebut timbul ketika jangka waktu perjanjian asuransi telah berakhir, sementara polis masih berlaku (premi telah dibayar selama jangka waktu kontrak)

4. Pengobatan

Klaim tersebut timbul ketika pemohon mengalami kecelakaan dan polis masih berlaku

5. Klaim atas rawat inap dan rawat jalan.

110

K. Martono dan Eka Budi Tjahjono, Op.Cit, hlm 94. 111

http://www.bumiputera.com/pages/default/information_center/procedures/claims diakses tgl 7 Juli 2014 pkl 13.00 Wib.

Klaim tersebut timbul karena pemohon menderita penyakit dan memerlukan rawat inap atau hanya rawat jalan.

Penyebab terjadinya klaim adalah Tertanggung meninggal dunia, Pemegang polis menghentikan pembayaran preminya dan memutuskan perjanjian asuransinya pada saat polisnya sudah mempunyai nilai tunai., Perjanjian asuransi sudah berakhir sesuai dengan jangka waktu yang tercantum dalam polis dan kewajiban pemegang polis telah terpenuhi atau polis dalam keadaan lapse tetapi telah mempunyai nilai tunai (habis kontrak bebas premi), Tertanggung mendapat kecelakaan, Tertanggung karena suatu penyakit perlu diopname atau rawat jalan.112

1. Setelah 3 (tiga) bulan terhitung dari tanggal jatuh tempo Kredit

Hak klaim dari tertanggung muncul :

2. Debitur telah dilaporkan menunggak pada periode Laporan Debitur Menunggak, minimal 3 (tiga) bulan sebelum timbulnya hak klaim

3. Khusus untuk pengajuan klaim sebelum jatuh tempo, klaim mulai timbul pada saat setelah kredit dikategorikan “Macet” sebagaimana ketentuan SE Bank Indonesia.

Suatu kredit dikatakan bermasalah jika nasabah gagal dalam memenuhi kewajibannya untuk membayar angsuran (cicilan) pokok kredit beserta bunganya, seperti yang telah menjadi kesepakatan/perjanjian bersama.113

112

http://sewarentalmobil.com/asuransi/MEKANISME%20KLAIM.htm diakses tgl 7 Juli 2014 pkl 13.17 Wib.

113

Juli Irmayanto, et,all, Bank & Lembaga Keuangan, (Jakarta: Universitas Trisakti, 2002), hlm 85.

Meskipun dalam perjanjian kredit sudah dimuat ketentuan penutupan asuransi terhadap obyek yang dapat ditutup asuransi namun adakalanya penutupan asuransi tersebut tidak

dilakukan oleh pihak bank maupun debitur oleh sebab-sebab tertentu atau dilakukan penutupan namun tidak sepenuhnya sesuai dengan persyaratan yang ditentukan dalam perjanjian kredit, akibatnya ketika terjadi klaim atas suatu kerugian yang timbul dimasa berlangsungnya perjanjian kredit, tidak jarang terjadi penolakan pembayaran klaim oleh perusahaan asuransi sehingga timbul perselisihan antara kreditur dan debitur perihal siapa yang bertanggung jawab atas beban kerugian yang timbul akibat terjadinya penolakan klaim oleh perusahaan asuransi.

Kondisi penolakan pembayaran klaim oleh perusahaan asuransi akan berdampak erat dengan kelangsungan perjanjian kredit dapat dilaksanakan sebagaimana diperjanjikan sebelumnya, tidak jarang terjadi kredit menjadi bermasalah bahkan kredit dapat menjadi macet, hal ini tentu dapat menimbulkan kerugian bagi bank maupun debitur itu sendiri, pembayaran pokok dan bunga pinjaman yang diharapkan oleh bank tidak dapat dipungut sementara pihak bank harus membayar bunga simpanan nasabah dan biaya operasinal lainnya, sedangkan bagi debitur terjadi penurunan usaha oleh karena kekurangan modal, masuk dalam daftar blacklist Bank Indonesia yang mengakibatkan debitur tidak dapat menikmati fasilitas pinjaman di berbagai bank lainnya.

Adapun upaya penyelesaian klaim Asuransi antara lain mencakup beberapa point yaitu:114

1. Apabila pihak tertanggung menyetujui berkenaan dengan jumlah ganti rugi yang diajukan oleh pihak penanggung, maka pembayaran klaim akan dilaksanakan.

2. Apabila pihak tertanggung tidak menyetujui berkenaan dengan jumlah ganti yang diajukan oleh pihak penanggung, maka jumlah ganti rugi akan berpijak pada keputusan pengadilan.

114

Lih Sigma, Juru Pintar Asuransi, Agar Anda Tenang, Aman dan Nyaman, (Yogyakarta: G-Media, 2011), hlm 155-159.

3. Kepada hasil suvei klaim, maka dokumen klaim yang diberikan oleh pihak tertanggung sekaligus kondisi polis bisa diketahui secara jelas melalui status klaim tersebut beserta jumlah kerugian objek yang diasuransikan.

4. Pihak penanggung akan memberikan penjelasan yang dibutuhkan kepada pihak tertanggung berkenaan dengan dasar penyelesaian klaim yang diajukan.

5. Pihak penanggung keberadaannya dapat diterima oleh pihak tertanggung, maka proses penyelesaian akan melangkah kepada tahap berikutnya, yaitu penyelesaian administrasi dan pembayaran klaim. 6. Pembayaran klaim juga akan diperhitungkan berkenaan dengan risiko

sendiri dan penyusutan nilai.

7. Setelah semua permasalahan diselesaikan, maka pihak penanggung akan dengan sesegera mungkin untuk melakukan pembayaran klaim, baik hal itu dilakukan secara tunai, cek atau giro maupun melakukan jalan mentransfernya atau bisa pula dengan cara melakukan perbaikan, pengganti, maupun dengan jalan melakukan pemulihan kembali.

Peraturan pelaksanaan Undang-Undang Usaha Perasuransian antara lain mengatur bahwa perusahaan asuransi dilarang melakukan tindakan yang dapat memperlambat penyelesaian atau pembayaran klaim atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan yang dapat mengakibatkan keterlambatan penyelesaian atau pembayaran klaim. Sesuai dengan peraturan pelaksanaan, perusahaan asuransi harus telah menyelesaikan pembayaran klaim paling lama tiga puluh hari sejak adanya kesepakatan atau kepastian mengenai jumlah klaim yang harus dibayar. Penyelesaian kredit macet melalui mekanisme perasuransian, bahwa jika dilihat dari pengertian mekanisme asuransi sebagai suatu mekanisme pengalihan resiko, maka adalah tepat jika resiko kreditur (bank) atas suatu kredit macet dari debitur yang tidak memiliki agunan atau jaminan, akan ditanggung oleh asuransi dalam mekanisme hukum pertanggungan (asuransi).

Asuransi dalam pemberian kredit perbankan melaksanakan usahanya menanggung resiko, bank selalu kredit atas kredit macet yang terjadi, terutama bagi debitur yang memiliki usaha kecil dan menengah. Kreditur mengalihkan

resiko kredit yang diberikan kepada debitur tidak dengan Mekanisme agunan, melainkan dengan mekanisme pertanggungan, dimana asuransi akan menanggung resiko dikemudian hari atas macetnya kredit yang diberikan oleh tertanggung (kreditur/bank), dimana tertanggung terikat dengan penanggung, dalam perjanjian asuransi kredit dengan membayar premi. Penanggung akan melakukan kewajibannya yaitu membayar klaim kepada tertanggung (kreditur/bank), jika terjadi resiko kredit macet di kemudian hari. Asuransi kredit merupakan solusi permodalan usaha debitur yang membutuhkan kredit tapi tidak memiliki barang atau benda yang dapat dijadikan jaminan/agunan. Akan sulit bagi debitur untuk

Dokumen terkait