• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

B. Perjanjian Kerja

1. Pengertian Perjanjian Kerja

Perjanjian kerja dalam bahasa Belanda disebut perjanjian perburuhan (Arbeidsoverkenkoms). Pasal 1601 a KUHPerdata memberikan pengertian sebagai berikut :

‟‟ Perjanjian kerja adalah suatu perjanjian dimana pihak kesatu si buruh, mengikatkan dirinya untuk di bawah perintah pihak yang lain, si majikan untuk waktu tertentu, melakukan pekerjaan dengen menerima upah‟‟ sedangkan menurut Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, dalam Pasal 1 angka 14 diberikan pengertian yakni: „‟Perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerja dan pengusaha secara lisan atau tertulis, baik untuk waktu tertentu atau untuk waktu tidak tertentu yang memuat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban para pihak‟‟

Menurut Imam Soepomo berpendapat bahwa perjanjian kerja adalah suatu perjanjian di mana pihak kesatu yaitu buruh, mengikatkan diri untuk bekerja dengan menerima upah pada pihak lain yakni majikan, dan majikan mengikatkan diri untuk memperkerjakan buruh dengan membayar upah.22

21 Ibid, h. 55.

22

Broto Suwiryo, Hukum Ketenagakerjaan (Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Berdasarkan Asas keadilan), (Surabaya: LaksBang PRESSindo, 2017), h. 69.

2. Unsur-Unsur Perjanjian Kerja

a. Adanya Unsur Work atau Pekerjaan

Suatu perjajanjian kerja haruslah ada suatu pekerjaan yang diperjanjikan dan dikerjakan sendiri oleh pekerja yang membuat perjanjian kerja tersebut, pekerjaan yang dikerjaan oleh pekerja itu sendiri, hanya dengan seizin majikan dapat menyuruh orang lain untuk mengerjakan, pekerjaan tersebut haruslah berpedoman pada perjanjian kerja. 23

b. Adanya Unsur Pelayanan

Bahwa dalam melakukan pekerjakan dilakukan sebagai manifestasi adanya perjanjian kerja, manifestasi dari pekerjaan yang diberikan kepada pekerja oleh pengusaha adalah pekerja yang bersangkutan harus tunduk pada perintah pengusaha untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan yang di perjanjikan.

c. Adanya Unsur Waktu Tertentu

Dalam melakukan hubungan kerja haruslah dilakukan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dalam perjanjian. Oleh karena itu dalam melakukan pekerjaan pekerja tidak boleh melakukan sekehendak dari si majikan dan juga tidak boleh dilakukan seumur hidup. Apabila pekerjaan tersebut dilakukan selama seumur hidup, maka dinamakan perbudakan dan bukan perjanjian kerja. Jadi unsur waktu dimaksud

23

Djumadi, Hukum Perburuhan Perjanajian Kerja, (Jakarta: PT.Raja Grafindo persada, 1993), h. 28.

bahwa dalam melakukan pekerjaan harus disepakati jangka waktunya dengan unsur jangka waktu yang dibuat secara tegas.24

d. Adanya Unsur Upah

Upah memegang peranan penting dalam hubungan kerja (perjanjian kerja), bahkan dapat dikatakan bahwa tujuan utama seorang pekerja bekerja pada pengusaha adalah untuk memperoleh upah. Sehingga apabila tidak ada usnur upah, maka hubungan tersebut bukan meupakan hubungan kerja. 25

3. Syarat-Syarat Perjanjian Kerja

Pada umunya setiap perjanjan kerja dibuat untuk memenuhi syarat-syarat sahnya sebuah perjanjian, syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu syarat-syarat materill dan syarat formil. Syarat materil adalah syarat-syarat terkait materi atau substansi yang harus dipenuhi dalam suatu perjanjian. Sedangkan syarat formil adalah syarat-syarat terkait format atau bentuk yang harus dipenuhi dalam suatu perjanjian. Syarat-syarat perjanjian kerja yang telah diatur dalam UUK sebagai berikut :

a. Syarat Materiil

Diatur dalam pasal 52 ayat (1) UUK menyatakan bahwa: „‟ Perjanjian kerja dibuat atas dasar:

1. Kesepakatan kedua belah pihak

2. Kemampuan atau kecakapan melakukan perbuatan hukum 3. Adanya pekerjaan yang diperjanjikan

24Ibid, h. 31.

4. Pekerjaan yang diperjanjikan tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. b. Syarat Formil

Diatur dalam Pasal 53, Pasal 54 ayat (1), Pasal 55 dan Pasal 57 ayat (1) UUK. Pasal 53 UUK menyatakan bahwa: „‟Segala hal dan atau biaya yang diperlukan bagi pelaksanaan pembuatan perjanjian kerja dilaksanakan oleh dan menjadi tanggung jawab pengusaha‟‟.

Pasal 54 ayat (1) UUK menyatakan bahwa : „‟perjanjian kerja yang dibuat secara tertulis sekurang-kurangnya memuat:

1. Nama, alamat perusahaan dan jenis uaha.

2. Nama, jenis kelamin, umur dan alamat pekerja/ buruh 3. Jabatan atau jenis pekerjaan

4. Tempat pekerjaan

5. Besarnya upah dan cara pembayarannya

6. Syarat-syarat kerja yang memuat hak dan kewajiban pengusaha dan pekerja/ buruh

7. Dimulai dan jangka waktu berlakunya perjanjian kerja 8. Tempat dan tanggal perjanjian kerja dibuat

9. Tanda tangan para pihak dalam perjanjian kerja.

Pasal 55 UUK menyatakan bahwa „‟Perjanjian kerja tidak dapat ditarik kembali dan atau diubah, kecuali atas persetujuan para pihak‟‟

Pasal 57 ayat (1) UUK menyatakan bahwa „‟ Perjanjian kerja untuk waktu tertentu dibuat secara tertulis serta harus menggunakan bahasa Indonesia dan huruf Latin‟‟ 26

4. Perjanjian Kerja dan Hubungan Kerja

Pembuatan perjanjian kerja antara pekerja dengan pengusaha akan menimbulkan hubungan kerja diantara keduanya. Hubungan kerja tersebut akan melahirkan hak dan kewajiban di antara pekerja dan pengusaha. Hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan pekerja berdasarkan perjanjian kerja yang mempunyai unsur pekerjaan, upah, dan perintah. Dengan lahirnya hubungan kerja antara pekerja dan pengusha maka kedua belah pihak mempunyai hak dan kewajiban yang harus ditunaikan. Apabila salah satu pihak tidak melaksankan kewajiban maka dapat dikatakan telah melakukan ingkar janji atau wanprestasi. Dalam pasal 50 undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan disebutkan bahwa: ‟‟Hubungan kerja terjadi karena adanya perjanjian kerja antara pengusaha dan pekerja‟‟.

Hubungan kerja adalah hubungan antara pekerja dengan pengusaha yang terjadi setelah perjanjian kerja, yakni suatu perjanjian di mana pekerja menyatakan kesanggupan untuk bekerja pada pihak perusahaan dengan menerima upah dan pengusaha menyatakan kesanggupan untuk memperkerjakan pekerja dengan membayar upah. 27

26

Abdul Khakim, Aspek Hukum Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan, dan Perjanjian Kerja Bersama (PKB), (Jakarta: PT. Citra Aditya Bakti, 2017), h. 68.

27

Islam memberikan ruang untuk dapat melakukan suatu pekerjaan sebagaimana dalam Firman Allah SWT :

   للّٰهُٱ                       

„‟Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan‟‟ (Q.S At-Taubah (9) : 105)

Dokumen terkait