• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perjanjian Pra Nikah dalam Bentuk Akta Dibawa Ke Lembaga Catatan Sipil atau Kantor Urusan Agama (KUA)

G. Langkah–langkah Dalam Pembuatan Sebuah Surat Perjanjian Pra Nikah 1. Sampaikan Maksud Keinginan Anda dan Pasangan

4. Perjanjian Pra Nikah dalam Bentuk Akta Dibawa Ke Lembaga Catatan Sipil atau Kantor Urusan Agama (KUA)

Perjanjian pra nikah dibawa ke Lembaga Catatan Sipil atau KUA untuk didaftarkan karena perjanjian ini harus diserahkan sebelum ijab Kabul.

Menurut Mazhab Hanafi, sebagaimana dikutip oleh Kamil Musa bahwa persyaratan yang diajukan oleh calon istri tidak wajib dilakukan oleh suami, dan tidak akan mempengaruhi akad nikah itu, baik dari segi ketidakabsahan maupun kelangsungan akad tersebut. Akad nikah tersebut tetap berlaku, jika suami dapat melakukan persyaratan tersebut, hal ini tidak menjadi problem.Namun, jika suami ternyata tidak menepatinya, maka suami harus berusaha membayar mahar yang telah diucapkannya. Misalnya, suami mengungkapkan untuk membayar mahar tertentu disertai syarat yang menguntungkan istrinya, misalnya suami tidak akan keluar dari desanya, tidak akan menikah lagi, atau tidak akan menceraikannya. Apabila suami dapat memenuhi persyaratan tersebut, itu semua dianggap sebagai mahar. Akan tetapi, jika tidak dapat melaksanakan persyaratan tersebut, sebaiknya suami memilih mahar yang lain.

Menurut Imam Syafi‟i, persyaratan harus logis dan dapat dipenuhi dan

tidak melenceng dari tujuan pernikahan. Seperti jika istri mengajukan persyaratan kepada suaminya untuk tidak memindahkannya dari tempat tinggalnya maka persyaratan ini batal, namun akad nikahnya tetap berlaku. Akan tetapi, jika perjanjian tersebut bertentangan dengan keharusan dalam

27

akad nikah seperti suami tidak akan mendapat bagian rumah sebagaimana yang didapat dari calon istri, maka perjanjian tersebut batal dan akad nikahnya pun batal.

Sebelum akad nikah dilakakukan, Pegawai Pencatat perlu meneliti dengan cermat perjanjian perkawinan yang dibuat oleh kedua calon mempelai, baik secara material atau isiperjanjian itu, maupun teknis bagaimana perjanjian itu telah disepakati oleh mereka bersama.Sejauh perjanjian itu berupa taklik talak.Menteri agama telah mengaturnya.Adapun teks (sighat) taklik talak yang diucapkan suami sesudah dilangsungkan akad nikah adalah sebagai berikut.Sesudah akad nikah, saya…..bin….berjanji dengan sesunguh hati, bahwa saya akan menepati kewajiban saya sebagai seorang suami dan saya akan pergauli istri saya bernama….binti….dengan baik (mu‟asyarah bil

ma‟ruf) menurut ajaran syari‟at Islam.Selanjutnya saya mengucapkan sighat

taklik talak atas isteri saya itu seperti berkut.Sewaktu-waktu saya: 1. Meninggalkan isteri saya tersebut dua tahun berturut-turut,

2. Atau saya tidak memberi nafkah wajib kepadanya tiga bulan lamanya, 3. Atau saya mengikuti badan/jasmani isteri saya itu,

4. Atau saya membiarkan (tidak memperdulikan) isteri saya itu enam bulan lamanya.

Kemudian isteri saya tidak ridha dan mengadukan halnya kepada Pengadilan Agama atau petugas yang diberi hak mengurus pengaduan itu dan pengaduan dibenarkan serta diterimaoleh pengadilan atau petugas tersebut, dan isteri saya itu membayar uang sebesar Rp. 1.000,-(seribu rupiah)

28

sebagaiiwadl (pengganti) kepada saya, maka jatuhlah talak saya satukepadanya. Kepada pengadilan atau petugas tersebut tadi saya kuasakan untuk menerima uangiwadl (pengganti) itu dan kemudian memberikanya untuk ibadah sosial.

Apabila kemudian hari, salah satu pihak tidak melaksanakan isi perjanjian pra nikah tersebut atau ingkar janji maka:

1. Perjanjian pra nikah yang dibuat dibawah tangan ini adalah perjanjian-perjanjian yang hanya dibuat oleh para pihak sendiri. Dalam perjanjian-perjanjian bawah tangan, maka para pihak akan saling beradu argument dan beradu bukti untuk membuktikan manakah yang benar, dan semua akan tergantung pada penilaian Hakim.

2. Perjanjian pra nikah yang dibuat dengan Akta Notaris adalah perjanjian yang dibuat dihadapan notaris. Perbedaan antara keduanya adalah pada kekuatan hukumnya. Perjanjian yang dibuat dalam Akta Notaris, mempunyai kekuatan hukum sempurna, karena dibuat dalam bentuk Akta Otentik. Yang artinya apa yang tercantum dalam Akta tersebut harus dianggap benar adanya, sampai ada pihak (biasanya pihak lawan) yang dapat membuktikan bahwa apa yang tercantum dalam akta tersebut tidak benar. Jadi pembuktian sebaliknya terhadap isi akta tersebut dibebankan kepada pihak yang mengklaim bahwa apa yang termuat di dalam isi akta tersebut tidak benar.

29

3. Sehingga dari sini dapat disimpulkan bahwa Akta Notaris memang lebih memiliki kekuatan pembuktian yang lebih kuat daripada hanya sekadar Perjanjian bawah tangan.

Suatu perjanjian pra nikah bisa dicabut oleh pihak yang melakukan perjanjian asalkan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak.Seperti dikatakan dalam 29 ayat 4 UU Perkawinan “selama perkawina berlangsung perjanjian tersebut tidak dapat diubah, kecuali bila dari kedua belah pihak ada persetujuan untuk merubah dan perubahan tidak merugikan pihak ketiga”.Hal

yang sama dikatakan dalam Pasal 50 ayat 2 KHI; “Perjanjian perkawinan

mengenai harta dapat dicabut atas persetujuan bersama suami isteri dan wajib mendaftarkannya di kantor Pegawai Pencatat Nikah tempat perkawinan

tersebut dilangsungkan‟ dan Pencabutan perjanjian perkawinan mengenai

harta tidak boleh merugikan perjanjian yang telah diperbuat sebelumnya dengan pihak ketiga ( Pasal 50 ayat 5 KHI).

Bahwa sejak pendaftaran tersebut, pencabutan telah mengikat kepada suami dan isteri tetapi terhadap pihak ketiga pencabutan baru mengikat sejak tanggal pendaftaran itu diumumkan oleh suami isteri dalam suatu surat kabar setempat (Pasal 50 ayat 3 KHI).Apabila dalam tempo 6(enam) bulan pengumuman tidak dilakukan yang bersangkutan, pendaftaran pencabutan dengan sendirinya gugur dan tidak mengikat pada pihak ketiga ( pasal 50 ayat 4 KHI ).Esensi pencabutan perjanjian pra nikah juga sejalan dengan ketentuan pasal 1338 KUHPer perjanjian tidak bisa dibatalkan kecuali atas dasar kesepakatan keduabelah pihak.

30

H. AnalisisAyat-Ayat Perjanjian Pra Nikah Dalam Al-Qur’an

1. Analisis Kebahasaan

Dalam Al-Qur‟an terdapat berbagai ayat yang menjelaskan tentang perjanjian nikah yaitu:15

a. Al-qur‟an surah An-Nisa ayat 1

Terjemahnya:

Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.

b. Al-qu‟an surah An-Nisa ayat 3

Terjemahnya:

Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang

15

Abdul Adzmin,Hukum-hukum dari Al-qur’an dan Hadis, (Jakarta: Pustaka firdaus, 2009), h. 23.

31

saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.

c. Al-qu‟an surah An-Nisa ayat 20-2116

Terjemahnya:

Dan jika kamu ingin mengganti isterimu dengan isteri yang lain, sedang kamu telah memberikan kepada seseorang di antara mereka harta yang banyak, maka janganlah kamu mengambil kembali dari padanya barang sedikitpun. Apakah kamu akan mengambilnya kembali dengan jalan tuduhan yang dusta dan dengan (menanggung) dosa yang nyata?

Terjemahnya:

Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, padahal sebagian kamu telah bergaul (bercampur) dengan yang lain sebagai suami-isteri. Dan mereka (isteri-isterimu) telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat. d. Al-qur‟an surah An-Nisa ayat 154

Terjemahnya:

Dan telah Kami angkat ke atas (kepala) mereka bukit Thursina untuk (menerima) perjanjian (yang telah Kami ambil dari) mereka. Dan kami perintahkan kepada mereka: "Masuklah pintu gerbang itu sambil bersujud", dan Kami perintahkan (pula) kepada mereka: "Janganlah kamu

16

Muhammad Amin Suma,Hukum Keluarga Islam Di Dunia Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010), h. 28.

32

melanggar peraturan mengenai hari Sabtu", dan Kami telah mengambil dari mereka perjanjian yang kokoh

e. Al-qur‟an surah An-Nur ayat 21

Terjemahnya:

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan.Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah-langkah-langkah syaitan, maka sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar.Sekiranya tidaklah karena kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya.Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

f. Al-qu‟an surah An-Nur ayat 3217

Terjemahnya:

Dan kawinkanlah orang yang sendirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.

17

Ahmad Mudjab Mahalli, Wahai Pemuda Menikahlah, (Yogyakarta, Menara Kudus, 2002), h. 35.

33

g. Al-qur‟an surah Al-BAqaraah ayat 63

Terjemahnya:

Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari kamu dan Kami angkatkan gunung (Thursina) di atasmu (seraya Kami berfirman): "Peganglah teguh-teguh apa yang Kami berikan kepadamu dan ingatlah selalu apa yang ada di dalamnya, agar kamu bertakwa

h. Al-qur‟an surah Al-Maidah ayat 44

Terjemahnya:

Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan Kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerah diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku.Dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. Barang siapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir.

i. Al-qur‟an surah Ar‟rum ayat 2118

18

Ahmad Al-Ghundur, Hukum dari al-qur’an dan hadis, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2009), h. 30.

34

Terjemahnya:

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang.Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.

j. Al-qur‟an surah Adz-Dzariyaat ayat 4919

Terjemahnya:

Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat akan kebesaran Allah.

2. Analisis Eksegesis

Berdasarkan ayat-ayat di atas berkaitan dengan perjanjian, hanya terdapat lima ayat yang berkaitan langsung dengan perjanjian pra nikah tersebut yaitu, Q.S An-Nisa ayat 3, Q.S An-Nisa ayat 20-21, Q.S Ar-Rum ayat 21, Q.S An-Nur ayat 32 dan Q.S Adz-Dzariyaat ayat 49.

Penjelasan dalam Q.S An-Nisa ayat 3 bahwa:20

a. Wa in khiftum allaa tuqsi-thuu fil yataamaa fankihuu maa thaaba lakum minan nisaa-i mats-naa wa tsulaa-tsa wa rubaa’a.

Jika kamu merasa takut tidak akan mampu berbuat adil, maka janganlah kamu menikahi mereka (anak yatim). Tetapi nikahilah perempuan-perempuan lain yang kau cintai, dua, tiga atau empat.Jika kamu khawatir tidak akan bisa berbuat adil setelah kamu menikahi perempuan yatim, sedangkan kamu menjadi walinya, apalagi kamu (khawatir)akan menghabiskan hartanya, maka janganlah kamu beristeri dengan perempuan yatim. Tetapi kamu juga jangan menghalangi mereka menikah. Kamu tentu akan memperoleh jalan

19

Abdul Manan, Reformasi Hukum Islam Di Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010), h. 14.

20

Agus Salim, Risalah Nikah (Hukum Perkawinan Islam), (Jakarta, Pustaka Amani, 2010), h. 17.

35

untuk beristeri dengan perempuan-perempuan lain, seorang, dua orang, tiga, atau empat orang.

b. Fa in khiftum allaa ta’diluu fa waahidatan.

Jika kamu takut tidak akan mampu berbuat adil di antara isteri-isterimu, maka nikahilah seorang saja.Akan tetapi jika kamu khawatir tidak bisa berlaku adil seandainya menikahi dua orang, tiga, atau sampai empat orang isteri,maka hendaklah kamu beristeri satu orang saja.

c. Au maa malakat aimaanukum .

Nikahilah perempuan-perempuanyang kamu miliki.Jika kamu tidak mungkin bisa berlaku adil di antara isteri-isterimu yang merdeka (bukan budak), maka cukuplah beristeri seorang saja yang merdeka.Atau nikahilah budak-budak yang kamu miliki (ini berlaku semasa zaman perbudakan belum dihapuskan).

d. Dzaalika adnaa allaa ta ’uuluu .

Beristeri satu lebih dekat bagimuuntuk tidak berlaku curang.Mencukupkan diri beristeri satu dengan perempuan merdeka ataumencukupkan diri dengan budak-budak yang dimiliki lebih dekat kepada perilaku tidak curang. Beristeri banyak sesungguhnya tidak diperbolehkan, kecuali dalam keadaan darurat, dan sangat kecil kemudaratannya

Penjelasan dalam Q.S An-Nisa ayat 20-21 bahwa.21

a. Bila ada seorang suami menceraikan istrinya dan mengganti dengan istri yang lain, hal itu secara prinsip boleh saja. Akan tetapi, dia tidak boleh mengambil mahar yang telah dia berikan kepada istrinya meskipun maharnya dulu banyak sekali. Cara suami untuk mengambil mahar bisa bermacam-macam. Bisa dengan mengatakan kedustaan kepada istri atau menzhaliminya sehingga dia tidak kuat dan mengembalikan mahar yang telah diberikan suaminya dulu. Atau

21

Ahmad Rafiq, Hukum Islam Di Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011), h. 12.

36

dalam kondisi terpaksa (yang dibuat oleh suami) sang istri meminta talak kepada suami. Dalam kondisi apapun sang suami haram meminta kembali mahar yang telah diberikan kepada Istri. Kecuali sang istri berbuat zina dan semacamnya, sebagaimana diterangkan ayat sebelumnya.

b. Di ayat ini Allah ingin menyadarkan orang-orang beriman dengan sebuah pertanyaan: bagaimana kalian tega mengambil kembali mahar yang telah kalian berikan kepada istri-istri kalian, padahal kalian sudah saling berhubungan suami istri, tak ada rahasia lagi di antara kalian, kalian tahu detil tentang dirinya dan dirinya pun begitu? Sungguh tidak pantas dan tidak dapat dinalar bila kalian mengambil kembali apa yang digunakan untuk menghalalkan farjinya (mas kawin) dan kalian juga sudah dijanji dengan janji yang kuat saat

kalian mengatakan “Qabiltu nikahaha wa tazwiijaha bi mahrin kadza

wa kadza (telah aku terima nikahnya dan kawinnya dengan mahar

begini dan begini...)”. Maka dengan alasan apapun, suami tidak boleh

berbuat dhalim terhadap istri, baik dalam kondisi dipertahankan sebagai istri atau dilepas.

Penjelasan Q.S Ar-Rum ayat 21 bahwa.22

a. Sakinah. Yaitu perasaan nyaman, cenderung, tentram atau tenang kepada yang dicintai.

22

Hilman Hadikusuma, Hukum Perkawinan Indonesia Menurut Perundangan, Hukum Adat, Hukum Agraria, (Bandung: Mandar Maju, 2010), h. 62.

37

b. Mawadah. Mawadah adalah perasaan ingin bersatu atau bersama. Imam As-Sayuthi dalam Tafsir Dur Mantsur (11/595) dari riwayat Ibn Al-Mundzir dan Ibn Abi Hatim, dari Al-Hasan rahimahullahu tentang

firman Allah : “.. dan dijadikan-Nya di antaramu mawadah”, beliau berkata, “al-jima”. Demikian pula menurut Mujahid dan Ikrimah,

sebagaimana dituliskan Imam Ibn Hayan Al-Andalusi dalam Tafsir Al-Bahr Al-Muhyith (9/77) dan lainnya. Aku katakana Dalam jima (persetubuhan) memang secara lahir bisa terwujud kebersamaan, dengan suatu perjanjian yang terkuat yaitu nikah (Qs. an-Nisaa‟ 21).

Rasulullah shallallahu‟alaihi wasalam bersabda yang Artinya “Tidak

ada yang bisa dilihat (lebih indah/lebih baik oleh) orang-orang yang saling mencintai seperti halnya pernikahan”. Al-Qur‟an juga menegaskan hubungan antara mawadah dan keinginan bersama yang

Artinya “Dan sungguh jika kamu beroleh karunia (kemenangan) dari

Allah, tentulah dia mengatakan seolah-olah belum pernah ada

mawadah antara kamu dengan dia: “Wahai, kiranya saya ada

bersama-sama mereka, tentu saya mendapat kemenangan yang besar

(pula)” [An-Nissa 73].

c. Al-mahabah. Al-Hafizh Ibn Katsir dalam Tafsirnya (6/309) tentang

ayat, “…dan dijadikan-Nya di antaramu mawadah…”. Beliau berkata, “(yaitu) al-mahabah”. Seperti itu yang dikutip Imam Al-Qurthubi dalam Tafsir (14/17), dari perkataan Ibn Abbas radhiyallahu‟anhu.

38

buta untuk selain dia dan tuli bagi selain dia. Seperti dalam satu hadits yang Artinya Kecintaanmu kepada sesuatu membuat buta dan tuli.23 d. Rahmah. Rahmah adalah kasih sayang dan kelembutan, timbul

terutama karena ada ikatan. Seperti cinta antar orang yang bertalian darah, cinta orang tua terhadap anaknya, atau sebaliknya. Sebagaimana tafsir yang disebutkan Imam As-Sayuthidalam Tafsir Dur Mantsur (11/595), riwayat Ibn Al-Mundzir dan Ibn Abi Hatim, dari Al-Hasan rahimahullau tentang firman Allah : “… dan rahmah”, Al-Hasan berkata, “al-walad (anak)”. Demikian pula menurut Mujahid dan Ikrimah, sebagaimana dituliskan Imam Ibn Hayan Al-Andalusi dalam Tafsir Al-Bahr Al-Muhyith (9/77) dan lainnya. e. Ar-ra‟fah. Al-Hafizh Ibn Katsir dalam Tafsirnya (6/309) berkata, “…

menjadikan diantara keduanya (suami dan istri) mawadah yaitu al-mahabah, dan rahmah yaitu ar-ra‟fah ”. Ar-ra‟fah adalah perasaan yang bisa mengalahkan norma-norma kebenaran. Sebagaimana

diingatkan oleh Allah Ta‟ala tentang hukuman bagi pezina“… dan janganlah ra‟fah kepada keduanya mencegah kamu untuk

(menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat [an-nur 2].

f. Asy-syafaqah. Imam Al-Mawardi dalam Tafsir (3/315), berkata:

“Sesungguhnya al-mawadah (adalah) al-mahabah, dan ar-rahmah

(adalah) asy-syafaqah, berkata seperti itu As-Sa‟di”. Asy-syafaqah

23

Rusli Hasbi, 2007, Rekonstruksi hukum islam, (Jakarta: Al-Irfan Publishing, 2007), h. 11.

39

adalah rasa kasih sayang dan belas kasihan yang timbul karena keadaan orang lain, atau karena ada kesamaan keadaan yang ia temukan pada orang lain. Sebagaimana Imam Tirmidzi dalam Sunan (4/325) berkata yang Artinya, Bab apa-apa yang datang dalam syafaqah (kasih sayang) antara muslim dengan muslim”, Lalu beliau

menyebut 3 hadits, diantaranya (no. 1927) “Muslim itu saudaranya muslim yang lain…”, dan hadits (1928), “Muslim itu seperti sebuah bangunan…”.

g. Ayat-ayat Allah. Maksudnya cinta adalah sebagian dari ayat-ayat Allah, firman Allah yang Artinya“… Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat ayat-ayat bagi kaum yang berpikir” [Ar-Rum 21]. Al-Hafizh Ibn Qayyim telah merangkum istilah-istilah cinta yang banyak macamnya dalam kitab Raudhah Al Muhibbin wa Nuhzah Al Musytaqin bagi yang ingin meluaskan pembahasan.24

Penjelasan Q.S An-Nur ayat 32, bahwa, Hendaklah laki-laki yang tidak beristeri dan perempuan yang tidak bersuami, baik masih bujangan dan gadis ataupun telah duda dan janda, karena bercerai atau karena kematian salah satu suami atau isteri, hendaklah segera dicarikan jodohnya. Berkaitan dengan mengawinkan yang belum beristeri atau bersuami bukanlah lagi semata-mata urusan peribadi dari yang bersangkutan atau urusan rumah tangga dari orang tua kedua orang yang

24

Abdurrahman, 2009, Kompilasi Hukum Islam Di Indonesia, (Jakarta: Akademika pressindo, 2009), h. 29.

40

bersangkutan saja, tetapi menjadi urusan pula dari jamaah Islamiah, tegasnya masyarakat Islam yang mengelilingi orang itu.25

Penjelasan Q.S Adz-Dzariyaat ayat 49, bahwa.Dalam pandangan Islam, pernikahan merupakan ketenangan, ketentraman, kelembutan, kasih sayang, perpaduan, pengertian, penyatuan antara laki-laki dan wanita.Oleh karenanya, Islam sangat menganjurkan kaum muslimin untuk menikah dan memberikan perhatian khusus kepadanya.Islam menuntut generasi muda Islam agar segera menikah jika sudah mampu melakukannya.26

25

Muhammad Daud Ali,Hukum Islam (Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam Di Indonesia), (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009), h. 50.

26

41

BAB III

Dokumen terkait