PIHAK BERELASI BALANCES
29. PERJANJIAN PENTING, KOMITMEN DAN
KONTINJENSI (lanjutan) 29. SIGNIFICANT AGREEMENTS, COMMITMENTS AND CONTINGENCIES (continued)
i. Perjanjian penjualan batubara i. Coal sales agreements
Pada tanggal 30 Juni 2016, Grup memiliki komitmen untuk menjual 121,5 juta metrik ton batubara kepada beberapa pembeli, dimana sebagian dari kontrak tersebut masih tergantung dari harga yang harus disepakati. Penjualan batubara ini akan dilakukan selama sisa periode mulai 1 Juli 2016 sampai dengan 2031.
As at 30 June 2016, the Group has various commitments to sell 121.5 million metric tonnes of coal to various buyers, a proportion of which is subject to price agreement. The coal will be delivered during the remaining period between 1 July 2016 to 2031.
j. Komitment modal j. Capital commitments
Perusahaan The Company
Pada tanggal 24 Februari 2014 dan 23 Februari 2015, Perusahaan membuat perjanjian dengan PT Nirmala Matranusa, pihak berelasi, untuk pembangunan fasilitas bongkar muat batubara, pembangunan dermaga bahan bakar minyak dan tangki solar di Senyiur sebesar AS$7.079.202. Pada tanggal 30 Juni 2016, jumlah nilai sisa kontrak adalah sebesar AS$2.138.772.
On 24 February 2014 and 23 February 2015, the Company entered into an agreement with PT Nirmala Matranusa, a related party, for the construction of coal loading facility, construction of fuel jetty and fuel tank at Senyiur, with a total contract value amounting to US$7,079,202. As at 30 June 2016, the total remaining contract value outstanding was US$2,138,772.
Pada tanggal 26 Oktober 2015, Perusahaan membuat perjanjian dengan PT Cipta Total Solusindo, pihak ketiga, untuk pemasangan listrik di Senyiur sebesar AS$1,698,957. Pada tanggal 30 Juni 2016, jumlah nilai sisa kontrak sebesar AS$1,238,277.
On 26 October 2015, the Company entered into an agreement with PT Cipta Total Solusindo, a third party, for the installation of electrical work at Senyiur, with a total contract value amounting to US$1,698,957. As at 30 June 2016, the total remaining contract value outstanding was US$1,238,277.
k. Fasilitas bank k. Bank facilities
Perusahaan, IP, WBM, TSA, PIK, FKP dan BE The Company, IP, WBM, TSA, PIK, FKP and BE
Pada tanggal 31 Maret 2013, Perusahaan, IP, WBM, TSA, PIK, FKP dan BE membuat perjanjian fasilitas Gabungan Surat Penjaminan dengan ANZ yang terdiri atas fasilitas bank garansi, letter of credit dan payment guarantee dengan batas fasilitas gabungan sebesar AS$40.000.000 (“Joint Facility”).
On 31 March 2013, the Company, IP, WBM, TSA, PIK, FKP and BE entered into a Multi Option Trade facility agreement with ANZ which consists of bank guarantee, letter of credit and payment guarantee facilities with a limit of
US$40,000,000 (“Joint Facility”).
Pada tanggal 30 Juni 2016, Joint Facility yang telah terpakai adalah sebesar AS$3.376.800 yang digunakan untuk jaminan bank atas import
ekspor batubara sebesar AS$100.000 bid bond
dan performance bond untuk Perusahaan dan FKP dibawah kontrak penjualan dengan TNBF
sebesar AS$1.045.800 dan AS$2.331.000.
Seluruh jaminan instrument yang sebelumnya sudah diterbitkan melalui Joint Facility dianggap sudah berada dalam WCF yang baru (Catatan 16) dan ANZ facility sudah dihapuskan.
As at 30 June 2016, US$3,376,800 of the Joint Facility has been utilised which consists of bank guarantees for coal import and export amounting to US$100,000, Bid Bond and a performance bond for the Company and FKP under sales
contracts with TNBF amounting
to US$1,045,800 and US$2,331,000. All surety instruments that previously had been issued through the Joint Facility are deemed to be issued under the new WCF (Note 16) and the ANZ facility is removed.
WBM WBM
Pada tanggal 14 Oktober 2010, WBM membuat perjanjian fasilitas kredit dengan ANZ dalam bentuk fasilitas garansi bank untuk kepentingan performance bond dengan batas kredit sebesar AS$400.000 dan fasilitas ini berlaku sampai dengan 30 Juni 2017.
On 14 October 2010, WBM entered into a credit facility agreement with ANZ in the form of a bank guarantee facility for performance bond purposes with a credit limit of US$400,000 and this facility is valid until 30 June 2017.
Seluruh jaminan instrumen yang sebelumnya diterbitkan melalui fasilitas kredit dengan ANZ dianggap sudah berada dalam WCF yang baru (Catatan 16) dan ANZ facility sudah dihapuskan.
All surety instruments that previously had been issued through this credit facility agreement with ANZ are deemed to be issued under the new
29. PERJANJIAN PENTING, KOMITMEN DAN KONTINJENSI (lanjutan)
29. SIGNIFICANT AGREEMENTS, COMMITMENTS AND CONTINGENCIES (continued)
l. Perjanjian sewa operasi peralatan berat l. Heavy equipment operating lease contract
Grup - kecuali ML The Group - except ML
Pada tanggal 29 Juli 2008, Grup, kecuali ML,
membuat perjanjian induk sewa dengan
PT Nirmala Matranusa, pihak berelasi, untuk penyewaan peralatan berat selama periode sepuluh tahun.
On 29 July 2008, the Group, except ML entered into a master lease agreement with PT Nirmala Matranusa, a related party, for various leases of heavy equipment during a period of ten years.
Pada tanggal 30 Juni 2016, Grup belum menyewa peralatan tersebut.
As at 30 June 2016, the Group has not yet leased any heavy equipment.
m. Perjanjian penggunaan haul road m. Agreement for the use of haul road
WBM WBM
Pada tanggal 24 Agustus 2007, WBM membuat
perjanjian dengan PT Arutmin Indonesia
(“Arutmin”), yang membolehkan WBM
menggunakan jalan pengangkutan batubara di
daerah PKP2B Arutmin sehingga WBM
memperoleh akses tanpa gangguan dalam
mengangkut batubara di sepanjang jalan
tersebut. Perjanjian ini berlaku hingga
berakhirnya PKP2B WBM atau Arutmin, yang mana yang lebih dulu.
On 24 August 2007, WBM entered into an
agreement with PT Arutmin Indonesia (“Arutmin”)
to allow WBM to use a haul road within the Arutmin CCoW area, to provide WBM unimpeded access for transporting coal along the haul road. This agreement is valid until the end of the CCoW of WBM or Arutmin, whichever is earlier.
n. Perjanjian pertambangan batubara di daerah perbatasan bersama
n. Agreement for the mining of coal on the common boundary
Pada tanggal 24 Agustus 2007, WBM dan Arutmin mengadakan perjanjian pengelolaan pertambangan batubara di perbatasan daerah pertambangan mereka. Perjanjian ini bertujuan untuk memaksimalkan pengambilan cadangan batubara di dekat daerah perbatasan. Perjanjian tersebut mengatur biaya dan kewajiban atas aktivitas penambangan tersebut.
On 24 August 2007, WBM and Arutmin entered into an agreement for the mining of coal on the common boundary of their mining areas. The purpose of the agreement is to maximise the exploitation of coal reserves near the boundary area. The agreement governs the costs and liabilities which may arise from the mining activities.
29. PERJANJIAN PENTING, KOMITMEN DAN KONTINJENSI (lanjutan)
29. SIGNIFICANT AGREEMENTS, COMMITMENTS AND CONTINGENCIES (continued)
o. Iuran kehutanan o. Forestry fee
WBM, GBP, BT, BS dan MCM WBM, GBP, BT, BS and MCM
Berdasarkan Peraturan Pemerintah, seluruh perusahaan yang memiliki aktivitas di dalam area hutan produksi dan hutan lindung namun kegiatannya tidak berhubungan dengan kegiatan kehutanan memiliki kewajiban untuk membayar iuran kehutanan sebesar Rp 1.750.000 sampai Rp 4.000.000 per hektar per tahun. WBM, GBP, BT, BS dan MCM mengakui iuran ini dengan dasar akrual.
Based on Government Regulations, all
companies which have activities in production and protected forest areas which are not related to forestry activities will have an obligation to pay a forestry fee ranging from Rp 1,750,000 to Rp 4,000,000 per hectare annually. WBM, GBP, BT, BS and MCM have recognised this fee on an accrual basis.
p. Kewajiban atas IUP Eksplorasi p. Exploration IUP obligations
Berdasarkan IUP eksplorasi, BAS, DE, TJ, TA, OM, SK, SA, CA, MBE, MEL dan BKL diwajibkan untuk membayar iuran tetap sesuai ketentuan yang berlaku.
Pursuant to their Exploration IUPs, BAS, DE, TJ, TA, OM, SK, SA, CA, MBE, MEL and BKL shall pay dead rent based on the prevailing regulation.
q. Penundaan kegiatan eksploitasi q. Suspension of exploitation activity
Pada tanggal 21 April 2014, FKP menerima Surat Persetujuan Perpanjangan Penundaan Kegiatan (suspensi) dari Direktorat Jenderal Mineral, Batubara dan Panas Bumi (“DJMBP”) terhitung mulai tanggal 27 Oktober 2013 sampai 26 Oktober 2014 untuk area KW.05PB0108. FKP
telah menerima beberapa kali Surat
Perpanjangan dan perpanjangan yang terakhir diterima pada 29 Januari 2016 yang berlaku sampai 28 Oktober 2016.
On 21 April 2014, FKP received an approval letter for the extension of suspension from the
Director General of Mineral, Coal and
Geothermal Resources (“DGMCG”) which is
valid from 27 October 2013 until 26 October 2014 for area KW.05PB0108. FKP has received extension letters several times and the latest extension was received on 29 January 2016 which is valid until 28 October 2016.
Pada tanggal 25 Agustus 2014, PIK menerima Surat Persetujuan Perpanjangan Penundaan Kegiatan (suspensi) dari DJMBP terhitung sampai dengan tanggal 2 Maret 2015 untuk area KW.05PB0065. Pada tanggal penerbitan laporan keuangan konsolidasian ini, PIK sedang dalam proses perpanjangannya.
On 25 August 2014, PIK received an approval letter for the extension of suspension from the DGMCG which is valid until 2 March 2015 for area KW.05PB0065. As at the date of these consolidated financial statements, PIK is in the process of extending this agreement.
29. PERJANJIAN PENTING, KOMITMEN DAN KONTINJENSI (lanjutan)
29. SIGNIFICANT AGREEMENTS, COMMITMENTS AND CONTINGENCIES (continued)
r. Undang-Undang Pertambangan No. 4/2009 r. Mining Law No. 4/2009
Pada tanggal 16 Desember 2008, Dewan
Perwakilan Rakyat Indonesia meloloskan
Undang-Undang Pertambangan Mineral dan
Batubara yang baru (“Undang-Undang”), yang
telah disetujui oleh Presiden pada 12 Januari 2009, menjadi UU No. 4/2009. Sistem PKP2B dimana beberapa entitas anak Grup beroperasi sudah tidak tersedia bagi para investor. Meskipun Undang-Undang mengindikasikan PKP2B yang ada, seperti yang dimiliki Grup, akan tetap diberlakukan sampai jangka waktu berakhirnya kontrak, ketentuan peralihan masih membutuhkan
klarifikasi lebih lanjut melalui peraturan
pelaksanaan dari pemerintah. Terdapat sejumlah permasalahan yang sedang dianalisis pemegang PKP2B, termasuk Grup. Beberapa diantaranya termasuk:
On 16 December 2008, the Indonesian Parliament passed a new Law on Mineral and
Coal Mining (the “Law”), which received the
assent of the President on 12 January 2009, becoming Law No. 4/2009. The CCoW system
under which several of the Group’s subsidiaries
operate will no longer be available to investors. While the Law indicates that existing CCoWs, such as those held by the Group, will be honoured, the transition provisions required clarification through government implementing regulations. There are a number of issues which existing CCoW holders, including the Group, are currently analysing. Among others these include:
- ketentuan peralihan atas PKP2B. Undang-
Undang menjelaskan bahwa PKP2B yang ada akan tetap diberlakukan sampai jangka waktu berakhirnya kontrak. Namun, Undang- Undang juga menetapkan bahwa PKP2B yang ada harus disesuaikan dalam jangka waktu satu tahun terhadap ketentuan Undang-Undang (kecuali untuk penerimaan negara - yang tidak didefinisikan, tetapi diasumsikan termasuk royalti dan pajak); dan
- the CCoW transition provisions. The Law
notes that existing CCoWs will be honoured until their expiration. However, it also states that existing CCoWs must be amended within one year to conform with the provisions of the Law (other than terms related to State revenue - which is not defined, but presumably includes royalties and taxes); and
- keharusan bagi pemegang PKP2B yang
telah memulai aktivitasnya untuk, dalam waktu satu tahun sejak diberlakukannya
Undang-Undang, menyerahkan rencana
kegiatan pertambangan untuk keseluruhan area kontrak. Jika rencana ini tidak dilaksanakan, area kontrak dapat dikurangi
menjadi hanya seluas area yang
diperbolehkan untuk Izin Usaha
Pertambangan berdasarkan Undang-
Undang.
- the requirement for CCoW holders which
have already commenced some form of activity to, within one year of enactment of the Law, submit a mining activity plan for the entire contract area. If this plan is not fulfilled, the contract area may be reduced to that allowed for licences under the Law.
Pada bulan Februari 2010, Pemerintah Indonesia mengeluarkan dua peraturan pemerintah, yaitu Peraturan Pemerintah No. 22/2010 dan 23/2010 (“PP No. 22” dan “PP No. 23”), sehubungan
dengan penerapan Undang-Undang
Pertambangan No. 4/2009. PP No. 22 mengatur tentang pembentukan area pertambangan melalui sistem IUP yang baru. PP No. 23 memperjelas prosedur untuk memperoleh IUP. PP No. 23 menyatakan bahwa PKP2B yang ada akan tetap
diakui oleh Pemerintah, namun demikian
perpanjangan atas PKP2B tersebut akan
dilakukan melalui penerbitan IUP. PP No. 23 juga mewajibkan agar KP diubah menjadi IUP dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak diterbitkannya PP No. 23.
In February 2010, the Government of Indonesia released two implementing regulations for Mining Law No. 4/2009, i.e. Government Regulations No.
22/2010 and 23/2010 (“GR No. 22” and “GR No. 23”). GR No. 22 deals with the establishment of mining areas under the new Mining Business Licence system. GR No. 23 provides clarifications surrounding the procedures to obtain new IUPs. GR No. 23 indicates that existing CCoWs will be honoured by the Government although any extension of existing CCoWs will be through the issuance of an IUP. GR No. 23 also requires a KP to be converted into an IUP within 3 (three) months of the issuance of GR No. 23.
29. PERJANJIAN PENTING, KOMITMEN DAN KONTINJENSI (lanjutan)
29. SIGNIFICANT AGREEMENTS, COMMITMENTS AND CONTINGENCIES (continued)
r. Undang-Undang Pertambangan No. 4/2009
(lanjutan)
r. Mining Law No. 4/2009 (continued)
Pada tanggal 15 April 2010, AU dan BS telah mendaftarkan permohonan konversi untuk KP dan IUP mereka dan pada tanggal laporan keuangan ini Grup masih menunggu persetujuan dari Pemerintah.
On 15 April 2010, AU and BS submitted requests for conversion of its Mining Rights into an IUP and as at the date of these financial statements, the Group is still awaiting approval from the relevant authorities.
Pada tanggal 5 Juli 2010, PP No. 55/2010 dikeluarkan. PP ini untuk mengatur pembinaan
dan pengawasan penyelenggaraan usaha
pertambangan mineral dan batubara di Indonesia.
On 5 July 2010, GR No. 55/2010 was issued. This GR deals with the guidance and supervision of mineral and coal mining business in Indonesia.
Pada tanggal 10 Januari 2012, Presiden Republik Indonesia mengeluarkan Keputusan Presiden
(Keppres No.3/2012) tentang pembentukan
sebuah tim untuk melakukan negosiasi ulang atas Kontrak Karya perusahaan mineral dan PKP2B,
agar sejalan dengan ketentuan
UU Pertambangan di Indonesia yang disahkan pada Januari 2009. Hukum Pertambangan mengharuskan PKP2B dan Kontrak Karya perusahaan mineral yang ada untuk diselaraskan dengan UU Pertambahan pada 12 Januari 2010 (batas waktu yang telah berlalu).
On 10 January 2012, the President issued a Presidential Decree (Keppres No.3/2012) for establishment of a team to renegotiate existing
mineral Contracts of Work (“COW”) and CCoWs,
to bring them into line with the provisions of
Indonesia’s Mining Law passed in January 2009.
The Mining Law requires all existing CoWs and CCoWs to be amended to harmonise them with the Mining Law by 12 January 2010 (a deadline which has passed).
Pada 13 September 2013, KESDM menerbitkan Peraturan No. 27 Tahun 2013 ("Permen 27/2013"), yang merupakan salah satu peraturan pelaksana dari PP 23/2010 dan PP 24/2012, yang menjelaskan tata cara dan penetapan harga divestasi saham, serta perubahan penanaman modal di bidang usaha pertambangan mineral dan batubara.
On 13 September 2013, MOEMR issued Regulation No.27 of 2013 ("MR 27/2013"). MR 27/2013, which is one of the implementing regulations of GR 23/2010 and GR 24/2012, outlines the procedures and determination of share divestment prices and also changes of investment particulars in the mineral and coal mining business.
Pada tanggal 19 November 2013, Peraturan Menteri No. 32 tahun 2013 terkait dengan izin
perdagangan dan pengangkutan yang
dikeluarkan Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (“ESDM”) memperkenalkan sejumlah pembatasan atas pemegang izin tersebut, yang
antara lain mencakup larangan terhadap
pemegang izin untuk mengadakan transaksi dengan pemegang izin lain yang izinnya dikeluarkan otoritas penerbit izin yang sama, serta larangan terhadap pemegang izin untuk tidak melakukan transaksi dengan konsesi batubara PKP2B. Pemohon izin baru dan perpanjangan izin harus menyerahkan sejumlah besar dokumen yang wajib diserahkan sebagai bagian dari proses permohonan, yang antara lain meliputi informasi kepemilikan dan rahasia pihak ketiga. Selain itu, persyaratan agar pemegang izin memperoleh persetujuan lebih dahulu atas semua transaksi hampir tidak memungkinkan pelaksanaan transaksi di pasar spot lokal.
On 19 November 2013, the Minister’s Regulation
No. 32 of 2013 relating to trading and transport licences was issued by the Ministry of Energy and
Mineral Resources (“ESDM”) introducing
restrictions on holders of such permits including, among others, the prohibition of permit holders from entering into transactions with other permit holders issued from a common issuing authority and prohibition of a permit holder from entering into a transaction with a CCoW coal concession. New applicants and renewal applicants are faced with a daunting list of documents that are required to be submitted as part of the application process where a number of such documents include proprietary and confidential information of third parties. Additionally, the requirement of a licence holder to obtain pre-approval of all transactions makes it almost impossible for any transactions in the local spot market to be done.
29. PERJANJIAN PENTING, KOMITMEN DAN KONTINJENSI (lanjutan)
29. SIGNIFICANT AGREEMENTS, COMMITMENTS AND CONTINGENCIES (continued)
r. Undang-Undang Pertambangan No. 4/2009
(lanjutan)
r. Mining Law No. 4/2009 (continued)
PP 23/2010 telah diubah dengan PP No. 24 Tahun 2012 dan terakhir diubah dengan PP No. 77 Tahun 2014 (”PP No. 77”).
GR 23/2010 has been amended by GR No. 24 of
2012 and the latest by GR No. 77 of 2014 (“GR No. 77”).
PP No. 77 selain menambah aturan baru yang belum diatur sebelumnya dalam PP No.23 Tahun 2010, juga menegaskan aturan mengenai batasan kepemilikan saham asing dan divestasi kepemilikan saham asing yang sebelumnya telah diatur dalam Peraturan Menteri ESDM No. 27 Tahun 2013, yakni pembatasan kepemilikan saham asing secara langsung dalam perusahaan batubara yaitu maksimal 75% bagi pemegang IUP Eksplorasi, 49% bagi pemegang IUP Operasi Produksi, 60% bagi pemegang IUP OP yang
melakukan sendiri kegiatan pengolahan
dan/pemurnian dan 70% bagi pemegang IUP OP yang melakukan kegiatan penambangan dengan metode bawah tanah.
This GR No. 77, other than adding new rules not previously regulated in GR No. 23, also reinforces rules on limitations and divestment of foreign share ownership as previously regulated in Minister of ESDM Regulation No. 27 Year 2013, namely limitations of direct foreign share ownership in coal companies to a maximum of 75% for Exploration IUP holders, 49% for Production Operation IUP holders, 60% for IUP OP holders performing their own processing and/or refinery activities, and 70% for IUP OP holders performing underground mining.
Grup masih menganalisa dampak Permen 27/2013 dan PP No. 77 terhadap anak perusahaan yang dimiliki melalui KRL.
The Group is analysing the impact of MR 27/2013 and GR No. 77 upon its subsidiaries held through KRL.
Grup kini bekerja sama dengan para
penasehatnya, asosiasi industri dan otoritas untuk memahami harapan-harapan pemerintah, berusaha memelihara kepatuhan dan apabila memungkinkan, meminta kajian materi atas ketentuan peraturan tersebut.
The Group is also working closely with its advisors, the industry association and the authorities to understand the expectations of the government, to work on maintaining compliance and where appropriate, to seek judicial reviews of the provisions of the regulations.
s. Peraturan reklamasi dan aktivitas pasca tambang
s. Regulation on reclamation and post-mining activities
Pada tanggal 20 Desember 2010, Pemerintah Indonesia mengeluarkan peraturan implementasi atas Undang-Undang Mineral No. 4/2009, yaitu Peraturan Pemerintah No. 78/2010 (“PP No. 78”) yang diikuti oleh Peraturan Menteri No.7/2014 tertanggal 29 Februari 2014, yang mengatur aktivitas reklamasi dan pasca tambang untuk pemegang IUP-Eksplorasi dan IUP-Operasi Produksi. Peraturan ini memperbarui Peraturan Menteri No. 18/2008 yang dikeluarkan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral pada tanggal 29 Mei 2008.
On 20 December 2010, the Government of Indonesia released an implementing regulation for Mining Law No. 4/2009, i.e. Government
Regulation No. 78/2010 (“GR No. 78”) which was
followed on 29 February 2014, by Ministerial
Regulation No. 7/2014, that deals with
reclamation and post-mining activities for both IUP-Exploration and IUP-Production Operation holders. This regulation updates Ministerial Regulation No. 18/2008 issued by the Minister of
Energy and Mineral Resources on
29. PERJANJIAN PENTING, KOMITMEN DAN KONTINJENSI (lanjutan)
29. SIGNIFICANT AGREEMENTS, COMMITMENTS AND CONTINGENCIES (continued)
s. Peraturan reklamasi dan aktivitas pasca tambang (lanjutan)
s. Regulation on reclamation and post-mining activities (continued)
Pemegang IUP-Eksplorasi, ketentuannya antara lain, harus memuat rencana eksplorasi di dalam rencana kerja dan anggaran biaya ekplorasinya dan menyediakan jaminan reklamasi berupa deposito berjangka yang ditempatkan pada bank pemerintah.
An IUP-Exploration holder, among other
requirements, must include a reclamation plan in its exploration work plan and budget and provide a reclamation guarantee in the form of a time deposit placed at a state-owned bank.
Pemegang IUP-Operasi Produksi, ketentuannya antara lain, harus menyiapkan (1) rencana reklamasi lima tahunan; (2) rencana pasca tambang; (3) menyediakan jaminan reklamasi yang dapat berupa rekening bersama atau deposito berjangka yang ditempatkan pada bank pemerintah, bank garansi, atau cadangan akuntansi (bila diijinkan); dan (4) menyediakan
jaminan pasca tambang berupa deposito
berjangka yang ditempatkan di bank pemerintah.
An IUP-Production Operation holder, among other requirements, must prepare (1) a five-year