Real Estat
dan penjualan Penyewaan Penyewaan apartemen ruang pusat
Hotel strata-title perkantoran ritel Holding Eliminasi Konsolidasi
Penjualan dan pendapatan usaha 652.546.379 104.026.723 88.933.755 56.167.792 4.531.650 (2.550.188) 903.656.111 Laba bruto 433.556.383 49.900.371 66.680.803 43.189.076 4.531.650 (3.035.938) 594.822.345
Laba (rugi) usaha 127.367.846 30.474.874 52.573.433 30.566.309 (18.080.234) (1.199.667) 221.702.561 Pendapatan (beban)
lain-lain -
bersih (17.343.618) 21.161.850 8.215.067 (17.816.916) 131.649.304 (108.664.183) 17.201.504 Laba (rugi) bersih
sebelum beban pajak 110.024.228 51.636.724 60.788.500 12.749.393 113.569.070 (109.863.850) 238.904.065 Laba (rugi) bersih segmen 109.943.157 46.020.008 51.853.956 7.132.614 113.569.070 (162.863.771) 65.655.034
31 Desember 2013 (dalam ribuan Rupiah)
Real Estat Penyewaan
dan penjualan ruang Penyewaan apartemen perkantoran dan pusat
Hotel strata-title apartemen ritel Holding Eliminasi Konsolidasi
Aset segmen 1.248.960.311 1.195.084.129 348.858.502 234.257.621 1.711.860.423 (1.310.318.501) 3.428.702.485 Liabilitas
Segmen 498.607.048 695.548.757 120.415.771 181.558.015 190.952.918 (294.375.922) 1.392.706.587
37. PERJANJIAN-PERJANJIAN DAN PERIKATAN PENTING
a. Pada tanggal 12 September 1988, PT Wynncor Bali (WB), Entitas Anak, mengadakan perjanjian untuk pengelolaan dan pengoperasian hotel dengan Hyatt International Asia-Pasific Limited (Hyatt), Hong Kong, untuk Grand Hyatt Bali dan Bali Hyatt. Perjanjian ini diperbaharui tanggal 15 Desember 1997, dimana hak dan kewajiban dari Hyatt, Hong Kong, dialihkan ke PT Hyatt Indonesia, perusahaan yang dimiliki seluruhnya oleh Hyatt International Corporation, Amerika Serikat. Sebagai imbalan, berdasarkan Perjanjian Manajemen tanggal 1 Januari 1998 untuk Hotel Bali Hyatt (BHH), terakhir diubah melalui perubahan atas Amandemen Kedua tertanggal 24 Desember 2013 sehubungan dengan re-branding BHH menjadi Hotel Hyatt Regency Bali, dan 2 Januari 1998 untuk Hotel Grand Hyatt Bali (GHB), WB membayar jasa manajemen secara bulanan sebesar 15% dari laba usaha hotel di atas. Perjanjian ini berlaku sampai dengan tanggal 31 Desember 2011 dan telah diperpanjang sampai dengan 31 Desember 2021. Beban jasa manajemen untuk periode sembilan bulan yang berakhir pada tanggal 30 September 2014 dan 2013 masing-masing sebesar Rp 17.530.841.333 dan Rp 21.230.358.827 dicatat sebagai “Biaya Manajemen dan Pelatihan” dan sebagai bagian dari “Beban Usaha” pada Laporan Laba Rugi Komprehensif Konsolidasian (Catatan 30). Pada tanggal 30 September 2014 dan 31 Desember 2013, saldo utang atas transaksi ini masing-masing sebesar Rp 3.528.336.795 dan Rp 4.922.035.287 dicatat sebagai bagian dari “Beban Akrual – Jasa Manajemen” pada laporan posisi keuangan konsolidasian (Catatan 18).
Berdasarkan perubahan atas Amandemen Kedua terhadap Perjanjian Pengelolaan, pada tanggal 14 November 2013, WB telah menutup sementara BHH untuk melakukan renovasi selama kurang lebih 24 bulan.
Selain itu, berdasarkan Perjanjian Manajemen, Bali Hyatt dan Grand Hyatt Bali wajib membayar kepada PT Hyatt Indonesia jasa variabel bulanan sebesar 1% dari pendapatan kamar dan beban tetap tahunan untuk Hyatt Group Chain Services masing-masing sebesar US$ 425 per kamar pada tanggal 30 September 2014 dan 2013. Beban yang terjadi untuk periode sembilan bulan yang berakhir tanggal 30 September 2014 dan 2013 adalah masing-masing sebesar Rp 4.469.126.952 dan Rp 5.957.342.418 dicatat sebagai “Biaya Pemasaran dan Komisi Penjualan” dimana disajikan sebagai bagian dari “Beban Usaha” pada Laporan Laba Rugi Komprehensif Konsolidasian (Catatan 30). Pada tanggal 30 September 2014 dan 31 Desember 2013, saldo utang atas transaksi ini masing-masing sebesar Rp 222.609.688 dan Rp 199.631.287 disajikan sebagai bagian dari "Beban Akrual – Lain-lain” pada Laporan Posisi Keuangan Konsolidasian (Catatan 18).
b. WB memiliki perjanjian sewa tanah dengan PT (Persero) Pengembangan Pariwisata Bali (Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC), dahulu bernama Bali Tourism Development
Corporation (BTDC)) yang berakhir pada tahun 2038 sampai 2052 dimana Grand Hyatt Bali
(GHB) berlokasi.
Biaya kompensasi dan pemeliharaan triwulanan ke ITDC untuk periode sembilan bulan yang berakhir pada tanggal 30 September 2014 dan 2013 adalah masing-masing sebesar Rp 10.552.311.696 dan Rp 10.676.854.563 yang dicatat pada akun “Beban Usaha – Sewa Tanah” (Catatan 30) pada laporan laba rugi komprehensif. Pada tanggal 30 September 2014 dan 31 Desember 2013, saldo utang atas transaksi ini masing-masing sebesar nihil dan Rp 556.235.299 disajikan sebagai bagian dari "Beban Akrual – Lain-lain” pada Laporan Posisi Keuangan Konsolidasian (Catatan 18).
c. PT Bali Nusadewata Village (BNV) memiliki perikatan sewa tanah dengan ITDC yang berakhir pada tahun 2019 dan selanjutnya mencakup perpanjangan untuk 20 (dua puluh) tahun berikutnya, dimana bangunan pusat ritel BNV berdiri.
Biaya kompensasi dan pemeliharaan triwulanan ke ITDC untuk periode sembilan bulan yang berakhir 30 September 2014 dan 2013 adalah masing-masing sebesar Rp 3.133.654.656 dan Rp 2.729.287.317 yang dicatat pada akun “Beban Pokok Penjualan dan Beban Langsung – Sewa Pusat Ritel” (Catatan 29) pada laporan laba rugi komprehensif.
d. Pada tanggal 23 Desember 1996, PT Permata Hijau (PH), Entitas Anak, menandatangani kesepakatan teknis dengan Pemerintah Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta mengenai kewajiban yang masih harus dipenuhi PH berupa perbaikan jalan, taman, saluran dan pembangunan fasilitas ibadah dan rumah jabatan. Saldo taksiran biaya atas komitmen tersebut adalah sebesar Rp 1.256.802.586 masing-masing pada tanggal 30 September 2014 dan 31 Desember 2013, yang disajikan sebagai bagian dari "Liabilitas Diestimasi atas Pembangunan Prasarana dan Fasilitas Umum” pada Laporan Posisi Keuangan Konsolidasian (Catatan 23). e. PH dan PT Sinar Mas Griya (SMG) mengadakan perjanjian pengembangan proyek real estat
Perumahan Taman Permata Buana milik PH. Dalam kerja sama tersebut, SMG membantu mengembangkan, mengolah dan memasarkan proyek real estat tersebut. Hasil proyek ini akan dibagi sama rata antara PH dan SMG.
f. PT Antilope Madju (AM), Entitas Anak, mengadakan perjanjian untuk pengelolaan dan pengoperasian hotel miliknya dengan PT Hyatt Indonesia untuk Hyatt Regency Yogyakarta. Sebagai imbalan, AM membayar jasa manajemen tahunan sebesar 15% dari laba bruto operasi hotel. Perjanjian untuk hotel tersebut berlaku sampai dengan tanggal 31 Desember 2017. Beban jasa manajemen untuk periode sembilan bulan yang berakhir pada tanggal 30 September 2014 dan 2013 adalah masing-masing sebesar Rp 1.723.202.132 dan Rp 1.787.277.402 dan dicatat
sebagai “Biaya Manajemen dan Pelatihan” sebagai bagian dari “Beban Usaha“ pada Laporan Laba Rugi Komprehensif Konsolidasian (Catatan 30). Pada tanggal 30 September 2014 dan 31 Desember 2013, saldo utang atas transaksi ini masing-masing sebesar Rp 240.380.882 dan Rp 496.466.845 disajikan sebagai bagian dari “Beban Akrual – Jasa Manajemen” pada laporan posisi keuangan konsolidasian (Catatan 18).
Hyatt Regency Yogyakarta berkewajiban membayar kepada PT Hyatt Indonesia beban jasa bulanan yang bersifat variabel sebesar 1% dari pendapatan sewa kamar dan pembayaran Hyatt Group Chain Services Expenses tahunan yang bersifat tetap masing-masing sebesar US$ 425 pada tanggal-tanggal 30 September 2014 dan dan 31 Desember 2013, dengan jumlah beban tersebut untuk periode sembilan bulan yang berakhir pada tanggal 30 September 2014 dan 2013 masing-masing adalah sebesar Rp 1.888.916.651 dan Rp 1.671.280.747, disajikan sebagai bagian dari akun “Beban Usaha – Pemasaran dan Komisi Penjualan” pada Laporan Laba Rugi Komprehensif Konsolidasian (Catatan 30).
g. Pada bulan Maret 2003, PT Metropolitan Realty International (MRI), Entitas Anak, melakukan kerjasama dengan PT Accor Asia Pacific Consulting Indonesia (AAPC Indonesia) dan AAPC Thailand, Ltd. (AAPC) untuk mengelola Mercure Convention Center. Bentuk kerjasama tersebut antara lain:
(i) Berdasarkan Tradename and Trademark Licenses Agreement tanggal 12 Maret 2003, MRI berhak untuk menggunakan nama “Mercure Marina Ancol Jakarta” menggantikan nama ”Hotel Horison Jakarta”. Atas permintaan Accor, nama Mercure Marina Ancol diganti menjadi Mercure Convention Center. Atas penggunaan nama tersebut, MRI diwajibkan membayar royalti tahunan kepada AAPC Indonesia sebesar 3% dari laba bruto operasi hotel. Perjanjian ini berlaku sampai dengan tanggal 31 Desember 2011 dan telah diperpanjang sampai dengan 31 Desember 2016.
(ii) Berdasarkan Hotel Management Consulting Agreement tanggal 12 Maret 2003, AAPC Indonesia akan bertindak sebagai manajer dan pengelola termasuk memberikan jasa konsultasi untuk merekrut atau melatih karyawan MRI agar sesuai dengan standar Accor. Sebagai imbalan, MRI membayar sebesar 8% dari laba bruto operasi hotel. Disamping itu, MRI juga harus membayar beban kontribusi pemasaran dan penjualan sebesar 1% dari jumlah pendapatan setelah dikurangi dengan pajak-pajak dan pengurangan yang lain, jika ada, ditambah US$ 4 per kamar ditambah 0,3% dari jumlah pendapatan per tahun. Perjanjian ini berlaku sampai dengan tanggal 31 Desember 2011 dan telah diperpanjang sampai dengan 31 Desember 2016.
Beban yang terjadi sehubungan dengan transaksi tersebut di atas masing-masing sebesar Rp 6.368.255.750 dan Rp 6.214.282.041 untuk periode sembilan bulan yang berakhir pada tanggal
30 September 2014 dan 2013 dicatat dalam “Biaya Manajemen dan Pelatihan” dan “Biaya Pemasaran dan Komisi Penjualan” sebagai bagian dari Beban Usaha pada Laporan Laba Rugi Komprehensif Konsolidasian (Catatan 30). Pada tanggal 30 September 2014 dan 31 Desember 2013 saldo utang atas transaksi ini masing-masing sebesar Rp 2.007.676.489 dan Rp 2.899.192.207, disajikan sebagai bagian dari “Beban Akrual – Jasa Manajemen” pada laporan posisi keuangan konsolidasian (Catatan 18).
h. Pada bulan Maret 2003, PT Industri Perhotelan Surya Beach (IPSB), yang telah bergabung (merger) ke dalam Perusahaan, melakukan kerjasama dengan AAPC Indonesia dan AAPC untuk mengelola Hotel Raddin Sanur Bali. Bentuk kerjasama tersebut antara lain:
(i) Berdasarkan Tradename and Trademark Licenses Agreement tanggal 12 Maret 2003, Perusahaan berhak untuk menggunakan nama “Novotel Coralia- Sanur Bali” menggantikan nama “Hotel Raddin Sanur Bali”. Atas penggunaan nama tersebut, Perusahaan diwajibkan membayar royalti tahunan kepada AAPC Indonesia sebesar 3% dari laba bruto operasi hotel, tidak termasuk pajak. Perjanjian ini berlaku sampai dengan tanggal 31 Desember 2011, yang mana telah diperpanjang sampai dengan 31 Desember 2016.
(ii) Berdasarkan Technical Assistance Agreement tanggal 12 Maret 2003, AAPC akan memberikan jasa bantuan teknis untuk pengelolaan dan pengoperasian Hotel Raddin Sanur Bali dalam rangka memenuhi standar yang ditetapkan oleh Accor. Atas jasa tersebut, Perusahaan diwajibkan membayar sebesar US$ 50.000, tidak termasuk pajak, melalui 3 (tiga) kali pembayaran. Perjanjian ini berlaku sampai dengan tanggal 31 Desember 2011, yang mana telah diperpanjang sampai dengan 31 Desember 2016.
(iii) Berdasarkan Hotel Management Consulting Agreement tanggal 12 Maret 2003, AAPC Indonesia akan memberikan jasa konsultasi untuk merekrut atau melatih karyawan agar sesuai dengan standar Accor. Atas jasa teresebut, Perusahaan membayar jasa konsultasi sebesar 8% dari laba bruto operasi hotel, tidak termasuk pajak. Disamping itu, Perusahaan juga harus membayar beban kontribusi pemasaran sebesar 1% dari jumlah pendapatan, tidak termasuk pajak dan pengurangan yang lain, jika ada.
Di samping itu, Perusahaan juga harus membayar beban kontribusi pemasaran sebesar Rp 16.000.000 per tahun ditambah 0,4% dari jumlah pendapatan dan US$ 4 per kamar per bulan ditambah 0,3% dari jumlah pendapatan per tahun. Perjanjian ini berlaku sampai dengan tanggal 31 Desember 2011, yang mana telah diperpanjang sampai dengan 31 Desember 2016.
Pada tanggal 18 Oktober 2004, Perusahaan mengadakan perubahan perjanjian dengan AAPC Indonesia yang mencakup perubahan atas nama yang digunakan menjadi “Mercure Resort Sanur” dan pengalihan hak dan kewajiban IPSB ke Perusahaan.
Beban yang terjadi sehubungan dengan transaksi tersebut di atas masing-masing sebesar Rp 3.034.546.006 dan Rp 2.359.219.378 untuk periode sembilan bulan yang berakhir pada tanggal 30 September 2014 dan 2013 dicatat dalam “Biaya Manajemen dan Pelatihan” dan “Biaya Pemasaran dan Komisi Penjualan” sebagai bagian dari “Beban Usaha” pada Laporan Laba Rugi Komprehensif Konsolidasian (Catatan 30). Saldo utang atas transaksi ini pada tanggal 30 September 2014 dan 31 Desember 2013 sebesar Rp 284.513.135 dan Rp 242.022.303 disajikan sebagai bagian dari “Beban Akrual – Jasa Manajemen” pada Laporan Posisi Keuangan Konsolidasian (Catatan 18).
i. Sehubungan dengan Ibis Budget Jakarta Menteng (dahulu Hotel Formule 1 Menteng),
Perusahaan telah menandatangani perjanjian berikut dengan AAPC (Thailand) Ltd. dan PT AAPC Indonesia:
(i) Berdasarkan Technical Assistance Agreement tanggal 15 Maret 2005, AAPC Thailand, Ltd. setuju untuk memberikan jasa bantuan teknis selama masa persiapan konstruksi sampai dengan tahap pre-opening proyek tersebut dalam rangka memenuhi standar yang ditetapkan oleh Accor. Atas jasa tersebut, Perusahaan diwajibkan membayar sebesar US$ 60.000, tidak termasuk pajak, dalam 4 (empat) kali cicilan.
(ii) Berdasarkan Tradename and Trademark License Agreement tanggal 16 November 2005, Perusahaan berhak untuk menggunakan nama “Formule 1” untuk hotelnya yang diberi nama
“Hotel Formule 1 Menteng Jakarta”. Atas penggunaan nama tersebut, Perusahaan diwajibkan membayar royalti tahunan kepada AAPC Indonesia sebesar 1% dari jumlah pendapatan Hotel, tidak termasuk pajak. Perjanjian ini berlaku sampai dengan tahun ke-10 (sepuluh) sejak tanggal Hotel dibuka sepenuhnya (Full Opening Date) sesuai dengan perjanjian. Hotel dibuka sejak bulan September 2006.
Berdasarkan Akta Perubahan (”Amending Deed”) tanggal 3 September 2012 antara Perusahaan dan PT AAPC Indonesia, kedua pihak setuju untuk mengganti nama ”Formule 1” menjadi ”Ibis Budget” dan mengganti nama hotel dari ”Hotel Formule 1 Menteng Jakarta” menjadi ”Ibis Budget Jakarta Menteng”. Akta Perubahan ini berlaku efektif sejak tanggal Akta Perubahan tersebut di atas.
(iii) Berdasarkan Hotel Management Consulting Agreement tanggal 16 November 2005, AAPC Indonesia akan bertindak sebagai manajer dan pengelola, termasuk memberikan jasa konsultasi untuk merekrut atau melatih karyawan Perusahaan agar sesuai dengan standar Accor. Atas jasa tersebut, Perusahaan membayar jasa manajemen sebesar 1,5% dari jumlah pendapatan hotel ditambah dengan jasa insentif sebesar 8% dari laba bruto operasi hotel, tidak termasuk pajak. Di samping itu, Perusahaan juga harus membayar beban kontribusi pemasaran sebesar US$ 2.000 per tahun ditambah 0,4% dari jumlah pendapatan per tahun, dan US$ 4 per kamar per bulan ditambah 0,4% dari jumlah pendapatan per tahun. Perjanjian ini berlaku sampai dengan tahun ke-10 (sepuluh) sejak tanggal hotel dibuka sepenuhnya (Full
Opening Date) sesuai dengan perjanjian. Hotel dibuka pada bulan September 2006.
Beban yang terjadi sehubungan dengan transaksi tersebut di atas sebesar Rp 959.327.651 dan Rp 1.024.342.200 untuk periode sembilan bulan yang berakhir pada tanggal 30 September 2014 dan 2013 dicatat dalam “Biaya Manajemen dan Pelatihan” dan “Biaya Pemasaran dan Komisi Penjualan” sebagai bagian dari Beban Usaha pada Laporan Laba Rugi Komprehensif Konsolidasian (Catatan 30). Pada tanggal 30 September 2014 dan 31 Desember 2013 saldo utang atas transaksi ini masing-masing sebesar Rp 90.181.722 dan Rp 80.281.642 disajikan sebagai bagian dari “Beban Akrual- Jasa Manajemen” pada Laporan Posisi Keuangan Konsolidasian (Catatan 18).
j. PT Skyline Building (SB), entitas anak, menyewa sebidang tanah dari JDI, Pemegang Saham,
seluas 4.760 m2 yang merupakan lokasi gedung perkantoran Perusahaan (Catatan 35). Sewa ini
telah jatuh tempo pada tanggal 6 Februari 2014 dan telah diperpanjang sampai dengan tanggal 6 Februari 2017 berdasarkan Akta Perubahan Perjanjian Sewa Menyewa Nomor 113 tertanggal 25 Juni 2014 dibuat di hadapan Mala Mukti, S.H., LL. M., Notaris di Jakarta, yang dapat diperpanjang selama 1 (satu) tahun.
Beban atas sewa tanah yang digunakan untuk bangunan kantor dan ruang parkir sebesar Rp 4.496.468.449 dan Rp 3.903.921.562 untuk periode sembilan bulan yang berakhir pada tanggal
30 September 2014 dan 2013 yang disajikan sebagai bagian dari “Beban Pokok Penjualan dan Beban Langsung” pada Laporan Laba Rugi Komprehensif Konsolidasian. Bagian yang belum diamortisasi disajikan sebagai “Biaya Dibayar di Muka dan Uang Muka” pada laporan posisi keuangan konsolidasian.
k. PT Antilope Madju (AM) dan PT Copylas Indonesia (CI), entitas anak, menandatangani Perjanjian Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) dengan beberapa Bank antara lain, PT Bank Internasional Indonesia, PT Bank Negara Indonesia, PT Bank CIMB Niaga Tbk, PT Bank Central Asia Tbk, PT Bank OCBC NISP Tbk, PT Bank UOB Buana (Bank) dimana Bank setuju untuk memberikan fasilitas kredit kepada pembeli rumah Hyarta Residence dan Puri Botanical Residence (Catatan 11) dengan jumlah maksimum 70% dari harga beli rumah. entitas anak tersebut dapat menarik
dana dari bank dalam beberapa tahap sebesar jumlah yang ditentukan dalam tiap KPR. Dana tersebut ditempatkan dalam deposito berjangka yang dibatasi penggunaannya atas nama entitas bersangkutan apabila persyaratan tahap-tahap tersebut belum tercapai (Catatan 6).
Jika pembeli menunggak angsurannya sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut kepada Bank dan selama belum dilakukan penandatanganan akta jual beli, AM dan CI akan bertindak sebagai penjamin atas pembayaran seluruh sisa utang pokok, bunga dan biaya lainnya yang terkait kepada Bank. Dengan demikian, pembeli akan langsung berutang kepada AM dan CI.
l. Pada tahun 2005, PT Hotel Cikini Realty (HCR), Entitas Anak, mengambil alih hak
pengembangan dan pengelolaan area kolam renang Cikini yang terletak di Kelurahan Cikini Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat dari pemegang hak sebelumnya, dengan tujuan untuk melakukan mendirikan hotel di lokasi tersebut. Area tersebut dimiliki oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta (Pemprov DKI). HCR membayar kompensasi sebesar Rp 3.500.000.000 kepada pemegang hak sebelumnya untuk mengambil alih hak tersebut.
Selanjutnya, pada tanggal 17 Juli 2006, HCR mengadakan perjanjian kerja sama dengan Pemprov DKI dalam bentuk Bangun, Guna, dan Serah (BOT), untuk membangun, mengembangkan dan mengelola area kolam renang Cikini menjadi hotel, kolam renang dan fasilitas lainnya, yang sepenuhnya dibiayai oleh HCR. Hotel tersebut akan dioperasikan oleh HCR selama 25 tahun sejak beroperasi komersial sebelum diserahkan ke Pemprov DKI, dan dapat diperpanjang dengan persetujuan kedua belah pihak.
Hotel memulai kegiatan operasional pada bulan Agustus 2008. Sesuai perjanjian dengan Pemprov DKI, HCR diharuskan untuk membayar total kontribusi sebesar Rp 6.150.000.000 setelah operasi komersial sesuai dengan jadwal pembayaran dan tambahan sebesar Rp 1.500.000.000 untuk biaya relevan lainnya. Bangunan hotel dan pusat penyewaan ritel beserta seluruh perlengkapannya disajikan sebagai bagian dari “Aset Tetap” dan ”Properti Investasi” dalam Laporan Posisi Keuangan Konsolidasian (Catatan 13 dan 14).
m. Sehubungan dengan pembangunan Ibis Budget Jakarta Cikini (sebelumnya Formule 1 Cikini) (lihat butir l di atas), HCR telah menandatangani perjanjian berikut dengan AAPC (Thailand) Ltd. dan
PT AAPC Indonesia:
(i) Berdasarkan Technical Assistance Agreement tanggal 18 Oktober 2006, AAPC Thailand, Ltd. setuju untuk memberikan jasa bantuan teknis selama masa persiapan konstruksi sampai dengan tahap pre-opening proyek tersebut dalam rangka memenuhi standar yang ditetapkan oleh Accor. Atas jasa tersebut, HCR membayar sebesar US$60.000, tidak termasuk pajak, dalam 4 (empat) kali cicilan.
(ii) Berdasarkan Tradename & Trademark License Agreement tanggal 18 Oktober 2006, HCR berhak untuk menggunakan nama “Formule 1” untuk hotelnya yang diberi nama “Hotel Formule 1 Cikini Jakarta”. Atas penggunaan nama tersebut, HCR diwajibkan membayar royalti tahunan kepada AAPC Indonesia sebesar 1% dari jumlah pendapatan hotel, tidak termasuk pajak. Perjanjian ini berlaku sampai dengan tahun ke-10 (sepuluh) sejak tanggal hotel dibuka sepenuhnya (Full Opening Date) sesuai dengan perjanjian.
Berdasarkan Akta Perubahan (”Amending Deed”) tanggal 3 September 2012 antara HCR dan PT AAPC Indonesia, kedua pihak setuju untuk mengganti nama ”Formule 1” menjadi ”Ibis Budget” dan mengganti nama hotel dari ”Hotel Formule 1 Cikini Jakarta” menjadi ”Ibis Budget Jakarta Cikini ”. Akta Perubahan ini berlaku efektif sejak tanggal Akta Perubahan tersebut di atas.
(iii) Berdasarkan Management Consulting Agreement tanggal 18 Oktober 2006, AAPC Indonesia akan bertindak sebagai manajer dan pengelola, termasuk memberikan jasa konsultasi untuk merekrut atau melatih karyawan HCR agar sesuai dengan standar Accor. Atas jasa tersebut, HCR membayar jasa manajemen sebesar 1,5% dari jumlah pendapatan hotel ditambah dengan jasa insentif sebesar 8% dari laba bruto operasi hotel, tidak termasuk pajak. Di samping itu, HCR juga harus membayar beban kontribusi pemasaran sebesar US$2.000 per tahun ditambah 0,4% dari jumlah pendapatan, dan US$4 per kamar per bulan ditambah 0,4% dari jumlah pendapatan per tahun. Perjanjian ini berlaku sampai dengan tahun ke-10 (sepuluh) sejak tanggal hotel dibuka sepenuhnya (Full Opening Date) sesuai dengan perjanjian.
Beban yang terjadi sehubungan dengan transaksi tersebut di atas sebesar Rp 950.439.575 dan Rp 1.060.792.446 untuk periode sembilan bulan yang berakhir pada tanggal 30 September 2014 dan 2013 dicatat dalam “Biaya Manajemen dan Pelatihan” dan “Biaya Pemasaran dan Komisi Penjualan” sebagai bagian dari “Beban Usaha” pada Laporan Laba Rugi Komprehensif Konsolidasian (Catatan 30). Pada tanggal 30 September 2014 dan 31 Desember 2013 saldo utang atas transaksi ini masing-masing sebesar Rp 78.950.812 dan Rp 81.094.194 disajikan sebagai bagian dari “Beban Akrual – Jasa Manajemen” pada Laporan Posisi Keuangan Konsolidasian (Catatan 18).
n. Berdasarkan Akta Perjanjian Kerjasama No. 254 tanggal 30 Juni 2010, dibuat di hadapan Aulia Taufani, S.H., pengganti dari Sutjipto, S.H., Notaris di Jakarta, Perusahaan melakukan kerjasama dengan PT Rasuna Setiabudi Raya (RSR), pihak berelasi (Catatan 35), untuk membangun dan menjual unit apartemen yang berlokasi di Jalan Karbela Selatan, Kuningan, Jakarta Selatan, dengan nama "JO Kerjasama Operasi Proyek Setiabudi Rasuna" dan dengan nama produk apartemen Setiabudi SkyGarden. Perjanjian ini terakhir kali diubah dengan Akta No. 54 tanggal 31 Mei 2011, dibuat di hadapan M. Nova Faisal, S.H., M.Kn., Notaris di Jakarta. Persyaratan utama dari Perjanjian ini diikhtisarkan sebagai berikut:
Perjanjian ini akan berlaku selama 7 tahun sejak penandatanganan perjanjian.
RSR akan melaksanakan kerjasama dan menyerahkan tanah kepada Perusahaan untuk
dikelola untuk proyek tersebut seluas 15.245 m2 dengan persyaratan sebagai berikut:
- Perusahaan harus membeli sebagian dari tanah tersebut yakni seluas
2.430 m2 sebesar Rp 30.132.000.000 (Catatan 11) untuk kemudian dikembangkan
sebagai bagian dari suatu ventura bersama.
- Perusahaan harus menyediakan dana pra pembangunan proyek sebesar
Rp 79.323.000.000.
- Para pihak akan memperoleh pembagian keuntungan secara proporsional,
masing-masing 40,8% untuk Perusahaan dan 59,2% untuk RSR.
- Perusahaan berhak menerima jasa manajemen sebesar 2% dari hasil penjualan unit
apartemen yang terjual atas jasa pengelolaan, perencanaan, pengawasan, pembangunan dan pemasaran unit apartemen.
Pengaturan antara Perusahaan dan RSR dicatat sebagai bentuk pengendalian bersama aset dan dicatat pada laporan keuangan konsolidasian menggunakan prosedur seperti yang telah dijelaskan pada Catatan 3l.
o. Pada bulan September 2011, Entitas Anak yang dimiliki secara tidak langsung, PT Bangun Hotel Nusantara (BHN) menandatangani perjanjian sewa tanah dengan beberapa individual untuk sebidang tanah di Kemang, Jakarta, dengan nilai sebesar Rp 22,5 miliar selama 15 tahun dan memiliki opsi untuk diperpanjang selama 10 tahun.
Berdasarkan Akta Perubahan Perjanjian No. 67, tanggal 9 Maret 2012, dibuat dihadapan Buntario Tigris Darmawa Ng, S.H., S.E., M.H., Notaris di Jakarta, BHN mengalihkan perjanjian sewa tanah di atas kepada PT Hotel Kemang Realty (HKR).
Pada bulan Oktober 2011, BHN juga menandatangani perjanjian sewa tanah lainnya dengan seorang individual untuk sebidang tanah di Yogyakarta. Masa sewa adalah selama 25 tahun dengan opsi untuk diperpanjang selama 20 tahun. Nilai sewa ditentukan dengan sejumlah persentase tertentu dari pendapatan bersih hotel atau nilai minimum selama periode sewa. Berdasarkan Akta Pengalihan Perjanjian Sewa Menyewa No. 01, tanggal 2 Mei 2012, dibuat dihadapan Dyah Maryulina Budi Mumpuni, S.H., notaris di Yogyakarta, BHN mengalihkan perjanjian sewa tanah di atas kepada PT Hotel Yogya Realty (HYR).
HKR dan HYR sedang membangun hotel di atas tanah tersebut. Pada tanggal 30 September 2014 dan 31 Desember 2013, jumlah yang telah dibayarkan dicatat sebagai bagian dari sewa dibayar dimuka dan aset tak berwujud dalam laporan posisi keuangan konsolidasian dan diamortisasi sepanjang masa sewa.