• Tidak ada hasil yang ditemukan

1 PENDAHULUAN

1.3. Perkembangan Bisnis Halal Global

Di dunia terdapat beberapa negara yang memiliki keinginan untuk menjadi

halal-hub internasional yakni Malaysia, Thailand, Brunei Darussalam bahkan negara-negara non-Muslim seperti Inggris, Belanda dan Kanada. Indonesia sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar cenderung hanya menjadi pasar yang besar bagi produk-produk halal internasional, sehingga harus segera menyiapkan strategi untuk bersaing dengan negara-negara yang telah menjadikan

halal-hub sebagai strategi bersaing industrinya.

Sistem perdagangan dan paradigma masyarakat yang senantiasa berubah menuntut perlindungan atas produk yang dikonsumsinya menjadi tuntutan yang tidak dapat dielakkan lagi. Tuntutan akan standar mutu tinggi yang menjamin kemanan dan asal-usul menjadi perhatian masyarakat internasional pada saat ini. Kondisi yang sama juga mulai terjadi pada komunitas Muslim internasional yang semakin kritis untuk mendapatkan produk yang terjamin mutu dan kehalalannya, sehingga mengharuskan produsen untuk dapat memproduksi produk halal sesuai dengan standar sertifikasi halal yang diakui oleh negaranya masing-masing.

Tren jaminan halal tersebut dikaji dari semakin banyaknya pameran halal internasional yang diselenggarakan oleh berbagai negara. Hingga tahun 2009 produk halal telah dipromosikan dalam 48 pameran internasional di 49 negara dan melibatkan 1,838 pelaku usaha (daganghalal.com, 2009). Bahkan di dunia maya tingkat popularitas pencarian kata ”halal” semakin meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa isu halal semakin mendunia. Gambar 3 berikut menerangkan beberapa kata yang berhubungan dangan halal yang menjadi terminologi yang paling dicari di dunia maya yang didasari oleh keingintahuan masyarakat akan bisnis halal.

Gambar 3. Representasi Pencarian Kata halal di Internet (HDC, 2009) Selain bukti di atas, perkembangan jumlah penduduk Muslim dunia yang mencapai 1,65 Miliar jiwa pada tahun 2010 (Tabel 1 dan 2) dan yang bergerak cepat menjadi tantangan dan peluang untuk melindungi konsumen Muslim. Upaya perlindungan konsemen muslim perlu dilaksanakan bersamaan dengan upaya meningkatkan daya saing dan standar produksi, sekaligus menjadikannya sebagai momen untuk memanfaatkan potensi bisnis halal yang sangat besar.

Tabel 1. Jumlah Penduduk Muslim Dunia Tahun 2010 (Kettani, 2010) Benua Populasi (Jiwa) Persentase Muslim (%) Jumlah Muslim (Jiwa) Rasio Penduduk Muslim (%) Asia 4.184.149.728 27,44 1.148.173.347 69,38 Afrika 1.031.761.881 43,33 447.042.815 27,01 Eropa 734.602.633 6,74 49.545.462 2,99 Amerika 939.510.388 1,03 9.704.062 0,59 Oceania 35.799,477 1,33 475.708 0,03 Dunia 6.925.824,107 23,90 1.654.941.394 100 Tabel 2. Perkiraan Jumlah Penduduk Muslim Hingga Tahun 2075 (Kettani, 2010)

Tahun Total Penduduk (Jiwa) Populasi Muslim (Jiwa) Rasio Terhadap Penduduk Dunia (%) 2000 6.150.471.087 1.397.526.691 22,72 2010 6.925.824.107 1.654.941.394 23,9 2020 7.798.921.234 1.959.770.095 25,13 2030 8.782.084.481 2.320.746.124 26,43 2040 9.889.189.225 2.748.211.429 27,7 2050 11.135.860.028 3.254.412.872 29,22 2075 14.984.127.319 4.966.253.886 33,14

Industri halal, terutama pasar pangan halal merupakan bisnis yang melibatkan 150 negara, mencakup 1,65 miliar populasi Muslim, setara dengan total konsumsi Muslim sebesar US$ 458 Miliar per tahun dan menghasilkan aktivitas perdagangan halal internasional sebesar USD 183 Miliar per tahun (Dahlan, 2009). Komunitas Muslim bukanlah satu-satunya yang mengkonsumsi produk halal tetapi telah merambah ke komunitas lain yang mengenal halal sebagai produk yang memiliki mutu yang tinggi. Pasar halal internasional tumbuh pesat dan berpotensi meraih dua miliar konsumen Muslim di seluruh dunia (HDC, 2009).

Bisnis halal global bahkan berkembang lebih jauh karena jangkauannya mengarah ke arah industri barang dan jasa, kemudian menjadi kekuatan besar dalam arena perdagangan dan keuangan dunia. Jika produk halal dan jasa keuangan Islam disatukan akan mencapai lebih dari satu triliun USD per tahun,

dan dari pemantauan pasar menunjukkan bahwa tren pertumbuhan yang kuat saat ini meningkat hingga lima sampai sepuluh tahun (Che-Man, 2009).

Dengan berkembang pesatnya populasi Muslim saat ini yang mencapai seperempat dari populasi dunia, menjadikan pasar halal mulai memiliki dampak yang signifikan di pasar global. Kekuatan pasar baru tersebut didorong oleh beberapa faktor berikut: Pertama, banyaknya negara-negara Muslim yang mencapai tahap perkembangan yang dapat mulai mempengaruhi pasar dunia, baik sebagai produsen maupun konsumen. Kedua, secara signifikan, barang-barang seperti daging halal dan layanan perbankan syariah semakin populer di kalangan non-Muslim, sehingga cepat memperluas dan meningkatkan pertumbuhan dalam sektor industri (Che-man, 2006)

Di wilayah Asia Tenggara (ASEAN), Malaysia, Brunei Darussalam, dan Thailand merupakan negara-negara yang sangat aktif dalam memanfaatkan peluang pasar halal global, sedangkan Indonesia meskipun populasi Muslim–nya terbanyak di dunia justru hanya berperan sebagai pasar, bukan sebagai produsen pangan halal global. ASEAN dipelopori Malaysia berkembang sebagai pusat produksi dan pemasaran produk halal global yang dilakukan dengan kerjasama antar negara ASEAN atau dikenal sebagai ASEAN Halal-Hub. Di lain pihak, negara-negara non muslim yang sangat kuat sektor peternakannya seperti

Sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, Indonesia menjadi sasaran pasar yang sangat besar potensinya untuk dipenetrasi oleh produk-produk halal internasional. Dengan besarnya potensi di atas, sayangnya pemerintah Indonesia kurang fokus dalam mengembangkan industri halal-nya. Oleh karena itu, pengembangan agroindustri halal di Indonesia perlu dijadikan sebagai landasan pengembangan industri yang kemudian dilengkapi dengan sistem pengembangan strategisnya. Kekuatan yang dimiliki Indonesia tersebut dapat dijadikan peluang untuk dapat memperkuat kemampuan kompetitifnya dalam menghasilkan produk-produk bermutu tinggi serta melindungi pasar domestik dari serangan produk asing, dan dalam jangka panjang Indonesia diharapkan mampu memanfaatkan peluang pasar global dan menangkap pasar halal dunia.

Australia, Brazil, dan Kanada saat ini telah menjadi pemasok pangan halal utama dunia untuk produk daging, unggas serta produk peternakan lain dan turunannya dikarenakan telah sadar sepenuhnya akan potensi pasar produk halal yang ada (Gumbira-Sa’id, 2008).

Di wilayah ASEAN, Malaysia adalah negara yang paling serius untuk memposisikan diri menjadi Halal-Hub di kawasan Asia dan pelopor dalam globalisasi sertifikasi halal. Malaysia menjadi negara pertama yang memiliki badan pengelola industi halal dan cetak biru yang memberikan tujuan jelas dan pedoman dalam industri halal-nya. Saat ini, Malaysia tengah mempersiapkan tahap pembuatan cetak biru pengembangan industri halal. Pemerintah Malaysia aktif memberikan insentif, skema atau hibah serta fasilitas lain yang didedikasikan untuk mengembangkan industri halal (Che-man, 2006).

Di lain pihak, Thailand yang menjadi salah satu produsen pangan utama di wilayah Asia, mendirikan industri pangan halal di wilayah mayoritas muslim provinsi Pattani dan melakukan negosiasi dengan hipermarket Carrefour untuk memasok pangan halal di berbagai cabangnya di wilayah Asia Tenggara (Musalmah, 2009). Negara Asia lainnya adalah Taiwan yang mengembangkan produk halalnya bekerja sama dengan Malaysia dalam hal sertifikasi pangan halal dan berencana meningkatkan ekspor pangan halalnya untuk tujuan negara-negara Timur Tengah. Saat ini juga Republik Rakyat China secara agresif mengambil peluang pasar produk halal, termasuk Indonesia yang dijadikan sebagai pasar utama produk halalnya.

Pasar produk halal Indonesia adalah salah satu tujuan pasar bagi beragam produsen pangan halal impor produsen global, khususnya di hypermarket dan

supermarket besar, antara lain meliputi produk pangan fungsional, produk pangan siap saji, produk bahan tambahan makanan, kosmetik dan bahan-baku industri. Beragam produk yang bersertifikat halal yang telah dikembangkan secara global diperlihatkan pada Tabel 3 berikut.

Tabel 3. Ragam Produk Bersertifikat Halal Yang Telah Dikembangkan dan Dipasarkan Secara Global (Gumbira-Sa’id, 2008)

Produk Halal Global

Daging Buah-Buahan Olahan Coklat Makanan Beku Hewan Laut Olahan Makanan Kaleng Permen Makanan Ringan

Pasta dan Mi Saus Kue Sereal

Seasoning Bumbu Biskuit Minuman

Perkembangan global diatas menjadi tantangan bagi produk agroindustri halal Indonesia untuk mengisi potensi pasar halal global secara optimal. Oleh karena itu selayaknya Indonesia mampu mengisi potensi pasar yang sangat besar tersebut dengan modal utama berupa sumber daya alam yang mendukung sekaligus sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia.

Dokumen terkait