• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

D. Perkembangan BPR di Indonesia

Akhir-akhir ini, berita tentang Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan topik yang menghiasi beberapa media massa, terutama setelah Bank Indonesia meluncurkan program sertifikasi profesional bagi direksi BPR dan adanya rencana ketentuan baru BPR yang akan dikeluarkan dalam waktu dekat.

penyumbang utama dalam penghimpunan dana dan pemberian kredit masing-masing sebesar 95 persen dan 78 persen dibandingkan seluruh LKM yang ada.

Dari sisi industri BPR, kinerja selama tiga tahun terakhir menunjukkan perkembangan yang menggembirakan, seperti tercermin pada peningkatan rata- rata beberapa indikator: volume usaha meningkat 39 persen, kredit yang diberikan meningkat 35 persen, dan dana masyarakat yang dihimpun meningkat 42 persen.

Pesatnya perkembangan BPR di atas tidak terlepas dari kunci sukses dalam memberikan pelayanan kepada usaha mikro dan kecil (UMK) seperti lokasi yang dekat dengan masyarakat, prosedur pelayanan kepada nasabah yang lebih sederhana, serta lebih mengutamakan pendekatan personal serta fleksibilitas pola dan model pinjaman. Selain itu, kinerja di atas didukung oleh kelembagaan BPR yang pada akhir Maret 2004 mencapai 2.148 BPR (di antaranya sebanyak 85 BPR beroperasi berdasarkan prinsip syariah), 140 kantor cabang, dan 1.018 kantor pelayanan kas.

Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) sangat dipengaruhi oleh perkembangan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang keberadaannya semakin lama semakin banyak tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat. Hal ini dapat dimengerti karena pangsa pasar utama dari BPR adalah masyarakat menengah bawah. Meskipun demikian, bukan berarti bahwa kehadiran dan perkembangan BPR kemudian tidak layak untuk diperhitungkan. Walau bagaimanapun sudah sewajarnya kita mengangkat topi kepada para pengusaha UMKM, karena merekalah yang mampu bertahan dalam menghadapi badai krisis moneter di Indonesia pada tahun 1998. Selain itu bukankah banyak

para pengusaha besar yang merintis bisnisnya dari skala rumahan yang akhirnya berkembang menjadi bisnis dengan skala nasional bahkan internasional. Ditambah lagi ternyata devisa ekspor kita tidak sedikit yang merupakan kontribusi dari eksportir berskala UMKM. Perjalanan bisnis para pengusaha UMKM ini tentunya juga merupakan cerita sukses BPR sebagai lembaga keuangan mikro yang mengiringinya.

Menyadari perannya yang demikian, kehadiran BPR secara ideal di masyarakat seharusnya tidak dibatasi oleh ruang, waktu dan juga jarak. Kondisi seperti ini seharusnya menjadi kesadaran bersama para pelaku BPR. Kesadaran yang demikian akan memunculkan semangat baru bagi pelaku BPR dalam menjalankan dan mengembangkan bisnisnya, sehingga mereka tidak perlu merasa cemas dan pesimis terhadap perkembangan usaha BPR-nya. Kesadaran ini pada akhirnya akan menumbuhkan komitmen bersama bahwa mereka (BPR dan pengusaha) harus mampu untuk maju bersama-sama dalam meraih keberhasilan dan kesuksesan.

Sudah seperti menjadi fitrah dari BPR bahwa mereka mempunyai keunikan dalam hal pelayanan kepada para nasabahnya. Keunikan tersebut terletak pada fleksibilitas mereka dalam menggarap masyarakat ekonomi menengah bawah. Di tengah perkembangan dunia perbankan yang saling adu teknologi canggih dimana peran manusia lebih banyak digantikan oleh mesin, BPR justru memiliki potensi untuk lebih berkembang tanpa mengandalkan canggihnya suatu teknologi. Para pelaku BPR harus mampu mengoptimalkan kelebihan dan keunikan yang ada pada diri mereka. Kelebihan dan keunikan

tersebut lebih banyak berada pada hal-hal yang berhubungan dengan sisi kemanusiaan. Contoh berikut akan memberikan gambaran yang lebih jelas. Kehadiran pelaku BPR untuk mau secara langsung datang menemui para nasabahnya tanpa disadari telah menegaskan arti penting keberadaan konsumen. BPR tidak memandang nasabah dengan ukuran berapa uang yang akan mereka pinjam atau simpan, sehingga transaksi yang terjadi bukan sekedar transaksi keuangan tetapi lebih dari itu yaitu interaksi antar dua insan yang saling membantu dan membutuhkan. Kemauan pelaku BPR untuk berbincang sejenak bersama nasabah ketika melayani akan memberikan kesan yang mendalam, sehingga tidak ada jarak antara penerima dan pemberi uang yang tanpa disadari akan menggiring kedua pihak kepada suatu ikatan seperti layaknya sebuah keluarga yang saling memberikan perhatian.

Keunikan di atas hanya akan dapat dilakukan jika BPR mampu melepaskan dirinya dari batasan ruang, waktu dan jarak. Dalam dunia bisnis ketiga hal tersebut merupakan simbolisasi dari kantor, jam kerja dan wilayah operasional. Tidak berarti bahwa pelaku BPR harus bekerja di mana pun, kapan pun dan ke mana pun tanpa menggunakan sistem dan prosedur yang disusun secara sistematis. Kantor, jam kerja serta wilayah operasional harus dipahami secara utuh sebagai suatu sarana yang digunakan untuk mewujudkan misi yang diemban oleh BPR, yaitu berpartisipasi secara aktif dalam mengembangkan ekonomi masyarakat menengah bawah. Kantor haruslah dipahami sebagai tempat pelaku BPR menyiapkan segala sesuatunya dalam melayani kebutuhan masyarakat, bukan untuk membatasi interaksi kedua pihak. Jam kerja tidak membatasi pelaku BPR dalam berkarya tetapi mengatur irama pekerjaannya.

Sedangkan wilayah operasional seharusnya tidak membuat pelaku BPR berpikiran sempit dalam melihat peluang pasar yang dapat digarap. Seandainya pelaku BPR mau dan mampu melepaskan dirinya dari batasan ruang, waktu dan jarak dapat dipastikan bahwa bisnis BPR akan berkembang lebih optimal dan membawa kemaslahatan tidak saja bagi masyarakat sekitar tetapi juga masyarakat secara luas.

Perlu disadari bahwa kemajuan dan perkembangan BPR tidak hanya bertumpu pada faktor-faktor seperti dikemukakan sebelumnya. Keunikan dan keunggulan yang dimiliki BPR harus diimbangi oleh para pelaku BPR dengan sikap profesional dan kehati-hatian dalam mengelola bank. Hal ini mendorong pelaku BPR untuk memperkuat manajemen pengelolaan dan meningkatkan efisiensi sehingga akan menghasilkan kinerja BPR yang lebih baik. Pada akhirnya tingkat kepercayaan masyarakat kepada BPR akan menjadi semakin tinggi dan secara otomatis berimbas pada perkembangan dan kemajuan BPR sendiri. Dengan demikian para pelaku BPR tidak akan pernah lagi merasa gamang menatap masa depan BPR yang dimiliki atau dikelolanya. Misi utama BPR untuk ikut andil menumbuhkan dan mengembangkan ekonomi kerakyatan di tengah-tengah masyarakat dengan sendirinya akan dapat terwujud.

E. Permohonan Kredit

Untuk memperoleh fasilitas kredit dari PT. BPR BUMIASIH Nusantara Bona Pasogit 24 Tarutung, maka tahap yang pertama pemohon kredit mengajukan permohonan kredit secara tertulis dalam satu proposal. Proposal kredit harus dilampiri dengan dokumen-dokumen lainnya yang dipersyaratkan. Seluruh

kelengkapan dokumen-dokumen tersebut diperiksa oleh Account Officer dan dicatat pada register permohonan yang kemudian formulir tersebut diserahkan kepada Direksi untuk dianalisis ringkas (disposisi). Kemudian setelah disposisi formulir tersebut diserahkan pada Account Officer dan Credit Support untuk diproses lebih lanjut. Proposal yang diajukan tersebut berisi keterangan tentang :

1) Riwayat perusahaan seperti riwayat hidup perusahaan, jenis bidang usaha, nama pengurus berikut latar belakang pendidikannya, perkembangan perusahaan serta wilayah pemasaran produknya.

2) Tujuan pengambilan kredit, dalam hal ini harus jelas tujuan pengambilan kredit. Apakah untuk memperbesar kapasitas produksi atau untuk mendirikan pabrik baru (perluasan) serta tujuan lainnya. Kemudian juga yang perlu mendapat perhatian adalah kegunaan kredit apakah modal kerja atau investasi.

3) Besarnya kredit dan jangka waktu.

Dalam proposal pemohon menentukan besarnya jumlah kredit yang diinginkan dan jangka waktunya.

4. Cara pemohon mengembalikan kredit maksudnya perlu dijelaskan secara rinci cara-cara nasabah dalam mengembalikan kreditnya apakah dari hasil penjualan atau dengan cara lainnya.

5. Jaminan kredit.

Jaminan kredit yang diberikan dalam bentuk surat atau sertifikat. Penilaian jaminan kredit haruslah teliti jangan sampai terjadi sengketa, palsu dan sebagainya, biasanya setiap jaminan diikat dengan suatu asuransi tertentu.

Selanjutnya proposal tersebut dilampiri dengan berkas-berkas yang telah dipersyaratkan seperti :

a) Akte pendirian perusahaan.

Dipergunakan untuk perusahaan yang berbentuk P.T. (Perseroan Terbatas) atau Yayasan yang dikeluarkan oleh Notaris dan disahkan oleh Departemen Kehakiman.

b). Bukti diri (KTP) para pengurus dan pemohon kredit (suami dan istri). c) T.D.P (Tanda Daftar Perusahaan)

Tanda Daftar Perusahaan ada selembar sertifikat yang dikeluarkan oleh Departemen Perindustrian dan Perdagangan dan biasanya berlaku 5 tahun dan jika masa berlakunya habis dapat diperpanjang kembali.

d) N.P.W.P (Nomor Pokok Wajib Pajak).

Nomor Pokok Wajib Pajak, merupakan surat tentang wajib Pajak yang dikeluarkan oleh Departemen Keuangan.

e) Fotocopy bukti pembayaran rekening listrik/air. f) Fotocopy sertifikat yang dijadikan jaminan. g) Daftar penghasilan bagi perseorangan. h) Kartu Keluarga (K.K) bagi perseorangan.

F. Analisis Pemberian Kredit.

Dalam analisis pemberian kredit ini, yang harus diperhatikan dengan lebih sungguh-sungguh adalah : aspek karakter, aspek kemampuan membayar, dan aspek pengawasan. Analisis yang dilakukan adalah analisis kualitatif (karakter)

dan analisis kuantitatif (analisis keuangan, data usaha, dan lain-lain) yang dapat diperoleh dari nasabah, pihak ketiga maupun intern PT. BPR BUMIASIH Nusantara Bona Pasogit 24 Tarutung. Proses analisis harus benar-benar akurat sehingga keperluan bank dapat terpenuhi dan penyaluran kredit dapat bermanfaat bagi debitur. Hal lain yang tak kalah pentingnya adalah bahwa jaminan yang diberikan debitur harus dapat mengcover kredit yang diberikan serta aman bagi PT. BPRBUMIASIH Nusantara Bona Pasogit 24 Tarutung.

Sebelum suatu fasilitas kredit diberikan maka bank harus merasa yakin terlebih dahulu bahwa kredit yang diberikan benar-benar akan kembali. Keyakinan tersebut diperoleh dari hasil penilaian kredit sebelum kredit tersebut disalurkan. Penilaian kredit oleh PT. BPR BUMIASIH Nusantara Bona Pasogit 24 Tarutung dapat dilakukan dengan berbagai analisis untuk mendapatkan keyakinan tentang nasabahnya. Analisis tersebut adalah analisis 5C, analisis 7P dan studi kelayakan.

Analisis 5C dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Character

Pengertian character adalah sifat atau watak seseorang dalam hal ini calon debitur. Tujuannya adalah untuk memberikan keyakinan kepada bank bahwa, sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan kredit benar-benar dapat dipercaya. Character merupakan ukuran untuk menilai “kemauan” nasabah membayar kreditnya. Orang yang memiliki karakter baik akan berusaha untuk membayar kreditnya dengan berbagai cara. 2. Capacity (capability)

Untuk melihat kemampuan calon nasabah dalam membayar kredit yang dihubungkan dengan kemampuannya mengelola bisnis serta kemampuannya mencari laba. Sehingga pada akhirnya akan terlihat kemampuannya dalam mengembalikan kredit yang disalurkan. Semakin banyak sumber pendapatan seseorang maka semakin besar kemampuannya untuk membayar kredit.

3. Capital

Biasanya bank tidak akan bersedia untuk membiayai suatu usaha 100%, artinya setiap nasabah yang mengajukan permohonan kredit harus pula menyediakan dana dari sumber lainnya atau modal sendiri dengan kata lain capital adalah untuk mengetahui sumber-sumber pembiayaan yang dimiliki nasabah terhadap usaha yang akan dibiayai oleh bank.

4. Collateral

Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan. Jaminan juga harus diteliti keabsahannya, sehingga jika terjadi suatu masalah, maka jaminan yang dititipkan akan dapat dipergunakan secepat mungkin. Fungsi jaminan adalah sebagai pelindung bank dari resiko kerugian.

5. Condition

Dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi sekarang dan untuk di masa yang akan dating sesuai sector masing-masing. Dalam kondisi perekonomian yang kurang stabil sebaiknya pemberian kredit untuk sektor tertentu jangan diberikan terlebih dahulu dan kalaupun jadi

diberikan sebaiknya juga dengan melihat prospek usaha tersebut di masa yang akan datang.

Sedangkan penilaian dengan 7P kredit adalah sebagai berikut : 1. Personality

Yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya sehari-hari maupun masa lalunya. Personality juga mencakup sikap, emosi, tingkah laku dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah.

2. Party

Yaitu mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi tertentu atau golongan-golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya. Sehingga nasabah dapat digolongkan ke golongan tertentu dan akan mendapatkan fasilitas kredit yang berbeda pula dari bank.

3. Purpose

Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah. Tujuan pengambilan kredit dapat bermacam-macam apakah tujuan untuk konsumtif atau untuk tujuan produktif atau untuk tujuan perdagangan.

4. Prospect

Yaitu untuk menilai usaha nasabah di masa yang akan datang apakah menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain mempunyai prospek atau sebaliknya. Hal ini penting mengingat jika suatu fasilitas kredit yang dibiayai tanpa mempunyai prospek, bukan hanya bank yang rugi akan tetapi juga nasabah.

5. Payment

Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian kredit yang diperolehnya. Semakin banyak sumber penghasilan debitur maka akan semakin baik. Sehingga jika salah satu usahanya merugi akan dapat ditutupi oleh sektor lainnya.

6. Profitability

Untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba. Profitability diukur dari periode ke periode apakah akan tetap sama atau akan semakin meningkat, apalagi dengan tambahan kredit yang akan diperolehnya dari bank.

7. Protection

Tujuannya adalah bagaimana menjaga kredit yang dikucurkan oleh bank namun melalui suatu perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan barang atau orang atau jaminan asuransi.

Disamping penilaian dengan 5C dan 7P, PT. BPR BUMIASIH Nusantara Bona Pasogit 24 Tarutung melaksanakan penilaian kredit dengan studi kelayakan, terutama untuk kredit dalam jumlah yang relatif besar. Adapun penilaian kredit dengan studi kelayakan meliputi :

Merupakan aspek untuk menilai keabsahan dan keaslian dokumen-dokumen atau surat-surat yang dimiliki oleh calon debitur, seperti akte notaris, izin usaha atau sertifikat tanah dan dokumen atau surat lainnya. 2. Aspek Pasar dan Pemasaran

Yaitu aspek untuk menilai prospek usaha nasabah sekarang dan masa yang akan datang.

3. Aspek Keuangan

Merupakan aspek untuk menilai kemampuan calon nasabah dalam membiayai dan mengelola usahanya. Dari aspek ini akan tergambar berapa besar biaya dan pendapatan yang akan dikeluarkan dan diperolehnya. Penilaian aspek ini dengan menggunakan rasio-rasio keuangan.

4. Aspek Operasi/Teknis

Merupakan aspek untuk menilai tata letak ruangan, lokasi usaha dan kapasitas produksi suatu usaha yang tercermin dari sarana dan prasarana yang dimilikinya.

5. Aspek Manajemen

Merupakan aspek untuk menilai sumber daya manusia yang dimiliki oleh perusahaan (pengusaha), baik dari segi kuantitas maupun segi kualitas. 6. Aspek Ekonomi/Sosial

Merupakan aspek untuk menilai dampak ekonomi dan sosial yang ditimbulkan dengan adanya suatu usaha terutama terhadap masyarakat, apakah lebih banyak benefit atau cost atau sebaliknya.

Merupakan aspek yang menilai dampak lingkungan yang akan timbul dengan adanya suatu usaha, kemudian cara-cara pencegahan terhadap dampak tersebut.

G. Persetujuan Kredit

Setelah analisis pemberian kredit dilakukan oleh Account Officer, maka hasil analisis pemberian kredit tersebut disampaikan dalam rapat komite. Account Officer harus dapat menjelaskan keseluruhan pemeriksaan atau analisis secara ringkas dan jelas sehingga seluruh anggota komite dapat mempelajari serta membuat tanggapan dan keputusan. Hal-hal yang perlu dipelajari komite kredit disini adalah kelengkapan, keabsahan, dan keaslian dokumen serta penilaian yang meliputi seluruh aspek studi kelayakan kredit. Dalam hal ini komite kredit juga harus benar-benar melaksanakan fungsinya sehingga penyaluran maupun keputusan kredit dapat bermanfaat bagi kedua belah pihak.

H. Perjanjian Kredit

Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari disetujuinya kredit. Sebelum kredit dicairkan maka terlebih dahulu calon nasabah menandatangani akad kredit, kemudian mengikat jaminan kredit dengan hipotik atau surat perjanjian yang dianggap perlu. Penandatanganan dilaksanakan :

a. Antara bank dengan debitur secara langsung atau b. Melalui notaris.

Hal-hal yang tertera dalam akad/perjanjian kredit tersebut adalah sebagai berikut :

1. Maksimum kredit

Jumlah yang tertera dalam maksimum kredit ini adalah jumlah tertinggi yang diizinkan kepada si penerima kredit. Jumlah ini berdasarkan perhitungan kalkulasi kredit dalam aspek financial. Maksimum kredit ini sering juga disebut sebagai line of credit.

2. Jangka waktu.

Untuk kredit jangka pendek, jangka waktu diberikan paling lama untuk pemakaian 1 tahun. Berarti kredit dapat juga diberikan untuk selama 3 bulan, 6 bulan atau 9 bulan atau beberapa bulan saja asal tidak melebihi 1 tahun. Untuk jangka panjang, jangka waktu maksimal kredit adalah 3 tahun.

3. Keperluan kredit.

Keperluan kredit harus sesuai dengan bidang usaha debitur, berdasarkan target produktivitas yang akan dicapainya. Tentang target ini harus dijelaskan secara terperinci. Misalnya keperluan kredit untuk peningkatan produksi padi dari kapasitas 10 ton menjadi 15 ton dalam kurun waktu enam bulan.

4. Bunga/propisi.

Suku bunga yang ditetapkan oleh PT. BPR BUMIASIH Nusantara Bona Pasogit 24 Tarutung berbeda-beda untuk setiap jangka waktu kredit. Misalnya untuk pensiunan sebesar 2%/bulan, umum 2,75%/bulan, dan pegawai dengan sistem potong gaji sebesar 2,5%/bulan. Propisi kredit

yang ditetapkan sebesar 0,5 % dari jumlah maksimum kredit dan adminitrasi sebesar 3%. Propisi tersebut harus dibayar secara kontan oleh debitur pada saat perjanjian ditandatangani, demikian pula apabila oleh karena sesuatu dan hal lain kredit tersebut diperpanjang jangka waktunya.

5. Bea materai.

Sesuai dengan aturan Bea Materai Tahun 1921, maka setiap pemberian kredit dikenakan bea sebesar 0,50% dari maksimum kredit yang diberikan/diterima. Jumlah tersebut kemudian disetorkan ke kas Negara. 6. Bentuk kredit.

PT. BPR BUMIASIH Nusantara Bona Pasogit 24 Tarutung mencairkan kredit dengan cara pembukaan rekening terlebih dahulu, karena akan memperlonggar debitur dalam mempergunakan/memanfaatkan kredit baik dalam bentuk uang kartal.

7. Jaminan kredit.

Dalam jaminan/agunan harus dijelaskan secara terperinci, seperti jumlah jaminan, nilai jaminan, jenis jaminan dan status pemiliknya. Nilai agunan harus sesuai dengan penetapan taksasi bank.

8. Asuransi.

Setiap jaminan kredit sebaiknya diasuransikan sesuai dengan sifat jaminan tersebut, hal ini dimaksudkan untuk mengamankan risiko bilamana terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti kebakaran dan sebagainya.

9. Ketentuan-ketentuan tambahan.

b) Persyaratan tentang keharusan menyalurkan aktivitas keuangan melalui bank,

c) Laporan-laporan tentang keadaan keuangan seperti, Neraca dan Rugi/Laba perusahaan, laporan tentang perkembangan usaha (produksi, penjualan dan stok) secara bulanan, laporan tentang piutang (Nama, Jumlah dan cara pembayarannya).

Isi perjanjian kredit harus dijelaskan kepada debitur sehingga tercapai kesepakatan bersama dalam hal prosedur yang berlaku, biaya yang akan dikeluarkan. Direksi juga harus memberitahukan 5 (lima) hal pokok berikut ini dalam realisasi kredit :

1. Ucapan terima kasih kepada debitur atas kepercayaan pada PT. BPR BUMIASIH Nusantara Bona Pasogit 24 Tarutung.

2. Bahwa dana yang diserahkan pada debitur adalah dana masyarakat yang harus diberi bunga, sehingga harus ada kesepahaman bahwa pinjaman yang diberikan juga memiliki bunga yang harus dibayar tepat pada waktunya.

3. Petugas yang akan menangani kredit dalam hal pembayaran maupun monitoring harus diberitahukan kepada debitur.

4. Menunjukkan contoh slip setoran pinjaman sebagai bukti pembayaran angsuran kredit yang sah.

5. Bahwa debitur tidak diperkenankan memberikan dana (uang) selain dari biaya-biaya yang sudah disepakati dalam perjanjian kepada seluruh petugas bank sebagai ucapan terima kasih.

I. Pencairan Kredit

Setelah perjanjian kredit ditandatangani maka langkah selanjutnya adalah merealisasikan atau mencairkan kredit. Realisasi kredit diberikan setelah penandatanganan surat-surat yang diperlukan dengan membuka rekening di PT. BPR BUMIASIH Nusantara Bona Pasogit 24 Tarutung. Dengan demikian penarikan dana kredit dapat dilakukan melalui rekening yang telah dibuka. Pencairan atau pengambilan uang dari rekening sebagai realisasi dari pemberian kredit dapat diambil sesuai ketentuan dan tujuan kredit. Pencairan dana kredit tergantung dari kesepakatan PT. BPR BUMIASIH Nusantara Bona Pasogit 24 Tarutung dengan debitur dan dapat dilaksanakan dengan pengambilan :

a. Sekaligus

b. Atau secara bertahap.

Dokumen terkait