• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN INDUSTRI KELAPA SAWIT

Dalam dokumen 317933172 makalah tentang kelapa sawit docx (Halaman 32-36)

Minyak sawit yang dimurnikan

LAPORAN PROSES MINYAK KELAPA SAWIT

I.3. STANDAR MUTU MNYAK KELAPA SAWIT

2.2 PERKEMBANGAN INDUSTRI KELAPA SAWIT

Kelapa sawit sebagai tanaman penghasil minyak sawit dan inti sawit merupakan salah satu primadona tanaman perkebunan yang menjadi sumber penghasil devisa non migas bagi Indonesia. Cerahnya prospek komoditi minyak kelapa sawit dalam perdagangan minyak nabati dunia telah mendorong pemerintah Indonesia untuk memacu

pengembangan areal perkebunan kelapa sawit.

Berkembangnya sub‐sektor perkebunan kelapa sawit di Indonesia tidak lepas dari adanya kebijakan pemerintah yang memberikan berbagai insentif, terutama kemudahan dalam hal perijinan dan bantuan subsidi investasi untuk pembangunan perkebunan rakyat dengan pola PIR‐Bun dan dalam pembukaan wilayah baru untuk areal perkebunan besar swasta.

Bab III Pembahasan

Pengolahan minyak kelapa sawit

PENGOLAHAN MINYAK KELAPA SAWIT Sterilisasi

Tahap sterilisasi ini dalam pengolahan minyak kelapa sawit secara teknis dilakukan dengan memberikan steam/ uap air pada tandan dalam suatu alat sterilizer berupa autoclave besar. Tujuan sterilisasi dalam pengolahan atau pembuatan minyak tersebut adalah 1) merusak enzim lipolitik, sehingga dapat mencegah perkembangan asam lemak bebas, 2) memudahkan pelepasan buah dari tandan, 3) melunakkan buah, serta 5) mengkoagulasikan gum/emulsifier

sehingga memudahkan pengambilan minyak. Distribusi waktu pengolahan selama sterilisasi terbagi menjadi lima bagian, yaitu: 1) pengeluaran udara, 2) waktu untuk mencapai tekanan yang diperiukan, 3) waktu untuk sterilisasi tandan, 4) pengeluaran uap air, serta 5)

pembongkaran, penurunan, & reloading. Bila waktu pengolahan pada tahap sterilisasi terlama lama, maka akan banyak minyak hilang (3%) serta kernel berwarna kehitaman (gelap). Bila waktu pengolahan selama tahap sterilisasi terlalu singkat, maka buah akan sulit lepas dari tandan pada tahap pengolahan selanjutnya, yaitu threshing.

Stripping / threshing / pemipilan

Alat yang digunakan pada tahap pengolahan ini disebut sebagai stripper (pemipil), berfungsi untuk melepaskan buah dari tandannya dengan cara membanting tandan, sehingga kadang- kadang tahap proses ini disebut sebagai tahap proses bantingan atau tahap pengolahan bantingan, dengan rangkaian peralatan yang disebut sebagai stasiun bantingan. Tujuan dari proses stripping atau treshing atau bantingan dalam pengolahan minyak ini adalah untuk: 1) pelepasan buah kelapa sawit dari tandannya, hasil pipilannya disebut sebagai brondolan, 2) minyak hasil ekstraksi tidak terserap lagi oleh tandan sehingga tidak menurunkan efisiensi pengolahan, serta 3) tandan tidak mempengaruhi volume bahan dalam tahap pengolahan lebih lanjut. Stripper harus menerima bahan secara tetap sesuai dengan kapasitas selama tahap pengolahan ini, karena bila terlalu banyak pada awalnya, tandan akan saling melindungi, sehingga masih ada bahan yang belum terlepas.

Digesti

Pada tahap pengolahan ini digunakan kettles (tangki silinder tertutup dalam steam jacket, dimana di dalam tangki terdapat pisau-pisau atau batang-batang yang terhubung pada poros utama, berfungsi untuk menghancurkan buah yang telah dipisahkan dari tandannya). Tujuan tahap digesti dalam pengolahan minyak kelapa sawit adalah untuk: 1) membebaskan minyak dari perikarp, 2) menghasilkan temperatur yang cocok bagi massa tersebut untuk dikempa (190° C), 3) pengurangan volume sehingga dapat meningkatkan efisiensi pengolahan minyak kelapa sawit serta 4) penirisan minyak yang telah dilepaskan selama tahap pengolahan ini. Di dalam digester, buah akan hancur akibat adanya gesekan, tekanan, dan pemotongan. Minyak juga telah mulai dilepaskan dari buahnya pada tahap proses ini. Minyak hasil digesti keluar melalui lubang di bawah digester, kemudian akan dicampur dengan minyak hasil dari tahap pengolahan minyak kelapa sawit selanjutnya yaitu tahap ekstraksi atau pengempaan. Ekstraksi Minyak kelapa sawit

Pada awal tahap pengolahan ini, brondolan tercacah dan keluar dari bagian bawah digester sudah berupa bubur. Hasil cacahan tersebut kemudian dikempa dalam alat pengempa yang berada di bawah digester. Umumnya, alat pengempaan yang digunakan di perusahaan pengolahan minyak kelapa sawit adalah screw press. Putaran screw mendorong bubur buah ke arah sliding cone pada posisi yang berlawanan. Minyak keluar dari bubur buah kemudian melewati press cage.

Pengempaan dengan screw press dalam pengolahan tersebut memiliki ciri-ciri: 1) bekerja dengan tekanan tinggi dimana tekanan tersebut diperoleh dari perputaran uliran/srew, 2) berbentuk screw / helix yang berputar dalam wadah, 3) tekanan terhadap press cake makin besar, karena jarak antar uliran dengan dinding makin sempit, 4) tekanan terlalu besar mengakibatkan banyak nut pecah, serta 5) cocok untuk kelapa sawit dengan persentase nut kecil dan persentase serabut besar atau proporsi nut terhadap buah sekitar 20 %.

Penjernihan (clarifer)

pengolahan kelapa sawit bertujuan untuk menjernihkan sehingga diperoleh minyak dengan mutu sebaik mungkin dan dapat dipasarkan dengan harga baik. Tahapan klarifikasi dalam industri pengolahan tersebut adalah penyaringan, pengendapan, sentrigasi, dan pemurnian. Minyak kasar campuran dari digesti dan pengempaan dialirkan menuju ke saringan getar (vibrating screen) untuk disaring agar kotoran berupa serabut kasar dapat dipisahkan. Minyak kasar lalu ditampung dalam tangki penampung minyak kasar (crude oil tank/ COT),

selanjutnya dipanaskan hingga suhu/ temperatur 95 – 100oC, dengan tujuan untuk memperbesar perbedaan berat jenis (BJ) antara minyak, air dan sludge sehingga sangat membantu dalam proses pengendapan.

Minyak dari COT selanjutnya dialirkan ke tangki pengendap (continous settling tank/ clarifier tank). Di dalam tangki tersebut crude oil terpisah menjadi minyak dan sludge atau lumpur akibat pengolahan dengan teknik pengendapan. Sludge masih dapat diambil minyaknya dengan teknik pengolahan minyak kelapa sawit tertentu misalnya sentrifugasi (centrifuge) atau pemusingan.

Pengolahan minyak kelapa sawit selanjutnya melalui tahap pemurnian 3.1.Diagram proses pengolahan

PENUTUP

3.2. KESIMPULAN

Industri minyak kelapa sawit merupakan salah satu industri strategis, karena

berhubungan dengan sektor pertanian (agro‐based industry) yang banyak berkembang di negara‐negara tropis seperti Indonesia, Malaysia dan Thailand. Hasil industri minyak kelapa sawit bukan hanya minyak goreng saja, tetapi juga bisa digunakan sebagai bahan dasar industri lainnya seperti industri makanan, kosmetika dan industri sabun.

Prospek perkembangan industri minyak kelapa sawit saat ini sangat pesat, dimana terjadi peningkatan jumlah produksi kelapa sawit seiring meningkatnya kebutuhan masyarakat.

Dengan besarnya produksi yang mampu dihasilkan, tentunya hal ini berdampak positif bagi perekenomian Indonesia, baik dari segi kontribusinya terhadap pendapatan negara, maupun besarnya tenaga kerja yang terserap di sektor. Sektor ini juga mampu

meningkatkan taraf hidup masyarakat di sekitar perkebunan sawit, di mana presentase penduduk miskin di areal ini jauh lebih rendah dari angka penduduk miskin nasional sebesar. Boleh dibilang, industri minyak kelapa sawit ini dapat diharapkan menjadi motor pertumbuhan ekonomi nasional.

DAFTAR PUSTAKA

Bagi, F.S. and I.J. Singh. 1974. A Microeconemic Model of Farm Decisions in an LDC: A Simultaneous Equation Approach. Department of Agricultural

Economics and Rural Sociology, The Ohio University, Ohio.

Barnum, H.N. and L. Squire. 1978. An Econometric Application of the Theory of the Farm-Household. Journal of Development Economics, (6): 79–102. Basalim, U., M.R. Alim dan H. Oesman. 2000. Perekonomian Indonesia: Krisis dan Strategi Alternatif. Universitas Nasional, Jakarta.

Badan Pusat Statistik. 1997. Statistik Indonesia. Biro Pusat Statistik, Jakarta. _________________. 2000. National Labour Force Survey 1997, 1998 and 1999. Badan Pusat Statistik, Jakarta.

Becker, G.S. 1965. A Theory of Allocation of Time. Economic Journal, 299 (75): 493–517.

De Vos, S. 1993. Socio-economic Differences in Houshold Complexity in Sri Lanka. Asia-Pacific Population Journal, 1 (3): 47–59.

Departemen Perindustrian dan Perdagangan. 2002. Rencana Induk Pengembangan Industri Kecil Menengah. Departemen Perindustrian dan Perdagangan

Republik Indonesia, Jakarta.

Djunaedi, E. 1998. Analisis Pola Subkontrak dan Nilai Tambah Pengolahan pada Industri Kecil Barang Jadi Rotan: Kasus pada Industri Kecil Barang Jadi

Rotan di Sentra Industri Rotan Tegalwangi, Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Skripsi Sarjana. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Erwinsyah. 1999. Kebijakan Pemerintah dan Pengaruhnya terhadap Pengusaha Rotan di Indonesia. Enviromental Policy and Institutional Strengthening IQC, OUT-PCE-I-806-00002-00.

Fariyanti, A. 1995. Dampak Kebijaksanaan Larangan Ekspor Rotan terhadap Pertumbuhan Industri dan Distribusi Rente Ekonomi di Indonesia. Tesis Magister Sains. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Gronau, R. 1977. Leisure, Home Production and Work: The Theory of the Allocation of Time Revisited. Journal of Political Economy, 85 (6): 1099– 1123.

159

Harlinda. 1995. Dampak Larangan Ekspor Rotan terhadap Perkembangan Usaha dan Efisiensi Industri Rotan di Sumatera Selatan. Tesis Magister Sains.

Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Hadi, J. 2003. Modul Pengenalan Singkat Eviews Version 3.1. Laboratorium Komputer Ilmu Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Hardono, G.S. 2003. Simulasi Dampak Perubahan Faktor-Faktor Ekonomi Terhadap Ketahanan Pangan Rumahtangga Pertanian. Jurnal Agro

Dalam dokumen 317933172 makalah tentang kelapa sawit docx (Halaman 32-36)

Dokumen terkait