• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PERKEMBANGAN DESA MERANTI PASCA MENJAD

4.1 Perkembangan Jumlah Penduduk

Seperti yang telah dibahas pada bab sebelumnya, bahwa pertambahan jumlah penduduk di Desa Meranti sebagian besar dipengaruhi oleh kehadiran para pendatang baru dari daerah luar. Hingga sampai tahun 1980-an masih terdapat masyarakat dari luar Desa Meranti yang datang walaupun dilihat dari sisi jumlah tidak sebesar tahun–tahun sebelumnya. Masyarakat dari daerah luar yang datang masih didominasi oleh para sanak famili masyarakat yang sudah terlebih dahulu menetap di Desa Meranti itu sendiri. Namun demikian tingkat pertambahan penduduk Desa Meranti bukan hanya dari para pendatang baru, akan tetapi juga masih cukup tingginya angka kelahiran dibanding angka kematian.

Angka pertumbuhan jumlah penduduk Desa Meranti yang masih dapat dilihat dari kehadiran para pendatang baru ini, lebih disebabkan oleh alasan pekembangan Desa Meranti itu sendiri. Desa Meranti yang telah berubah menjadi ibu kota kecamatan turut memberi andil tersendiri sebagai daya tarik bagai masyarakat dari daerah–daerah lain untuk datang. Hal ini dapat dimaklumi, karena setelah Desa Meranti ditetapkan sebagai ibu kota kecamatan, terdapat banyak program yang digulirkan oleh Pemerintah Daerah di desa tersebut sebagai pendukung Desa Meranti sebagai ibu kota kecamatan.

Pertumbuhan penduduk Desa Meranti juga dipengaruhi oleh tigkat kelahiran yang masih lebih tinggi bila dibanding angka kematian. Walaupun program Keluarga Berencana yang diprogramkan pemerintah dengan slogannya ”Dua Anak Cukup” telah cukup lama berjalan, dengan tujuan untuk menurunkan angka fertilitas yang masih tinggi. Bukan berarti secara otomatis program tersebut langsung menuai sukses dimana orang– orang desa langsung ikut begitu saja program Keluarga Berencana itu. Upaya yang dilakukan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk tidaklah mudah. Menurunkan jumlah penduduk dengan cara menekan rata–rata jumlah anak dalam rumah tangga akan berhubungan dengan banyak faktor, Satu diantaranya adalah faktor dari nilai anak itu sendiri.27

Tahun

Agar perkembangan jumlah penduduk dapat lebih mudah dipahami, maka akan lebih baik bila kita perhatikan pada tabel 9 dan 10 berikut:

Tabel 9: Perkembangan Jumlah Penduduk Desa Meranti Menurut Jenis Kelamin

Laki–laki Perempuan Jumlah Porsentase

1985 4.348 jiwa 4.281 jiwa 8.629 jiwa 16,4 % 1986 4.285 jiwa 4.358 jiwa 8.643 jiwa 16,4 % 1987 4.305 jiwa 4.370 jiwa 8.675 jiwa 16,5 % 1988 4.312 jiwa 4.343 jiwa 8.655 jiwa 16,4 % 1989 4.459 jiwa 4.517 jiwa 8.976 jiwa 17,0 % 1990 4.512 jiwa 4.608 jiwa 9.120 jiwa 17,3 % Jumlah 26.221 jiwa 26.477 jiwa 52.698 jiwa 100 %

Sumber: BPS Kabupaten Asahan (Kecamatan Meranti Dalam Angka).

27

Faturochman, dkk, Dinamika Kependudukan dan Kebijakan, Yogyakarta: Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan Universitas Gadjah Mada, 2004. hal. 38-40.

Tabel 10: Distribusi Penduduk Desa Meranti Berdasarkan Kelompok Umur

Tahun Kelompok Umur (Tahun) Jumlah Porsentase

0–4 5–9 10–14 15–24 25–49 50 thn keatas 1985 1.788 1.114 1.420 1.627 1.790 890 8.629 16,4 % 1986 1.792 1.116 1.421 1.631 1.793 890 8.643 16,4 % 1987 1.794 1.120 1.429 1.636 1.803 893 8.675 16,5 % 1988 1.794 1.119 1.427 1.630 1.791 894 8.655 16,4 % 1989 1.801 1.150 1.504 1.739 1.883 899 8.976 17,0 % 1990 1.812 1.176 1.533 1.781 1.916 902 9.120 17,3 % Jumlah 10.781 6.795 8.734 10.044 10.976 5.368 52.698 100 %

Sumber: BPS Kabupaten Asahan (Kecamatan Meranti Dalam Angka).

Jika kita memperhatikan tabel 9 dan tabel 10, maka kita akan mendapatkan angka –angka jumlah penduduk yang menurun, khususnya adalah pada angka tahun 1988. Perlu kita ketahui pula, bahwa penurunan angka jumlah penduduk yang terjadi pada tahun 1988 ditenggarai oleh terjadinya krisis yang melanda dunia. Krisis yang mengglobal ini sebenarnya sudah terjadi sekitar menjelang akhir tahun 1986 dimana harga minyak bumi terus merosot tajam.28 Khusus di Negara Indonesia, krisis ini telah juga memberikan dampaknya pada perekonomian nasional. Krisis ini semakin membuat perekonomian nasional menjadi lebih berat setelah pada tahun 1987 terjadi inflasi sebesar 9,11%.29

28

G. Dwipayana dan Nazaruddin Sjamsuddin, Jejak Langkah Pak Harto: 16 Maret 1983–11

Maret 1988, Jakarta: PT. Lamtoro Gung Persada, 1992. hal. 505–506. 29

Ibid. Hal. 584–585.

Dengan terjadinya krisis di perekonomian nasional secara langsung telah berpengaruh pada perekonomian di daerah–daerah. Sementara di desa–desa yang tidak terlalu kuat tingkat ekonominya juga turut terkena imbas dari krisis itu.

Desa Meranti yang baru beberapa tahun menjadi ibu kota kecamatan dengan penduduknya yang sebagian besar bermatapencaharian bertani juga mengalami dampak krisis tersebut. Krisis di Desa Meranti mengalami puncaknya pada pertengahan hingga akhir tahun 1987. Kondisi krisis ditenggarai telah memicu masyarakat untuk merantau atau bahkan pindah ke daerah lain untuk mencari penghidupan yang lebih baik. Hal demikian memang dilakukan oleh beberapa warga masyarakat di Desa Meranti karena mereka beranggapan sudah tidak ada alternatif lain untuk bertahan dalam kondisi yang demikian.

Dari angka yang terlihat pada tabel 10 pada tahun 1988 kita dapat melihat bahwa angka yang paling banyak berkurang adalah pada warga masyarakat dengan kelompok umur umur 15–24 tahun dan 25–49 tahun. Kelompok umur ini adalah kelompok yang tergolong pada masa–masa produktif sehingga dapat dimaklumi mengapa kemudian kelompok inilah yang kebanyakan merantau atau pindah. Karena kelompok–kelompok pada umur tersebutlah yang dapat serta mampu untuk merantau ke daerah lain untuk dapat bertahan dari krisis.

Tabel 11: Distribusi Penduduk Desa Meranti Menurut Agama Yang Dianut

Tahun

Agama Yang Dianut

Jumlah Porsentase Islam Protestan Katholik Budha Hindu

1985 6.797 1.634 193 5 _ 8.629 16,4 %

1986 6.806 1.637 195 5 _ 8.643 16,4 %

1987 6.497 1.895 283 _ _ 8.675 16,5 %

1988 6.492 1.885 278 _ _ 8.655 16,4 %

Tahun

Agama Yang Dianut

Jumlah Porsentase Islam Protestan Katholik Budha Hindu

1990 7.007 1.811 287 15 _ 9.120 17,3 %

Jumlah 40.486 10.661 1.518 33 _ 52.698 100 %

Sumber: BPS Kabupaten Asahan (Kecamatan Meranti Dalam Angka).

Krisis yang mengalami puncaknya pada tahun 1987 telah mendorong sebagian masyarakat Desa Meranti keluar ke daerah lain. Dengan keadaan krisis yang tidak kunjung selesai dimana masyarakat semakin merasakan sulitnya hidup serta melambungnya harga–harga kebutuhan pokok. Hal demikian membuat mereka tidak memiliki banyak pilihan. Berdasarkan informasi yang penulis dapatkan, bahwa keluarnya masyarakat Desa Meranti ke daerah lain terjadi pada saat–saat menjelang akhir tahun 1987.30

30

Wawancara dengan mantan Mantri Statistik (Mantis) Kecamatan Meranti Bapak Sumadya Putra.

Dari jumlah masyarakat yang keluar merantau atau pindah dari Desa Meranti (lihat tabel 9), bagian terbesar didominasi oleh masyarakat yang bersuku Batak sebanyak 15 orang. Sementara 10 orang lagi dilakukan oleh suku lainnya yang mana beberapa diantaranya tedapat etnis Tionghoa. Etnis Tionghoa itu sendiri kemudian kembali pada tahun 1989 setelah kondisi perekonomian dirasa cukup pulih kembali. Sekembalinya mereka ke Desa Meranti ternyata untuk melanjutkan usaha dagangnya yang sempat mereka tinggalkan karena keadaan krisis tadi.

Tabel 12: Distribusi Penduduk Desa Meranti Menurut Suku

Tahun

Suku Yang Dianut

Jumlah Porsentase Suku Jawa Suku Batak Suku Melayu Lainnya

1985 6.653 jiwa 1.642 Jiwa 278 jiwa 56 jiwa 8.629 jiwa 16,4 % 1986 6.650 jiwa 1.663 jiwa 280 jiwa 50 jiwa 8.643 jiwa 16,4 % 1987 6.130 jiwa 2.178 jiwa 357 jiwa 10 jiwa 8.675 jiwa 16,5 % 1988 6.132 jiwa 2.163 jiwa 360 jiwa _ 8.655 jiwa 16,4 % 1989 6.342 jiwa 2.242 jiwa 384 jiwa 8 jiwa 8.976 jiwa 17,0 % 1990 6.430 jiwa 2.287 jiwa 388 jiwa 15 jiwa 9.120 jiwa 17,3 % Jumlah 38.337 jiwa 12.175 jiwa 2.047 jiwa 139 jiwa 52.698 jiwa 100 %

Sumber: BPS Kabupaten Asahan (Kecamatan Meranti Dalam Angka).

Dokumen terkait